Mayang terpaksa harus menikah dengan Randi. Ia di jodohkan oleh ibu tiri nya pada pria arogan dan tempramen itu, demi bisa melunasi hutang kakak tiri nya bernama Sonya pada Randi.
Mayang menempati rumah orang tua Randi dan satu rumah dengan mertua juga kakak ipar nya yang sudah menikah.
Selama ini Mayang selalu di perlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga suaminya. Kecuali Rion yang merupakan suami Lia, kakak ipar Randi.
"Mayang, kenapa kamu tidur di teras? Ayo masuk, disini dingin. Apa Randi yang melakukan ini?" ajak Rion, yang baru pulang dari bekerja. Ia terkejut melihat Mayang yang tidur meringkuk diatas lantai teras.
Mayang yang kaget mendengar suara bariton milik kakak iparnya langsung duduk dan menunduk malu. "Nggak papa mas! Aku takut mas Randi akan memarahiku, jika aku memaksa masuk dan tidur di dalam."
"Keterlaluan sekali Randi, bisa-bisa nya menyuruh istrinya tidur di luar, padahal di luar hujan deras." Rion menggertakkan rahangnya hingga menegas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Mayang mulai menempati rumah yang di belikan oleh Rion. Di rumah itu sudah ada para pelayan yang dulu bekerja di rumah keluarga Randi.
Siang ini, Mayang sedang duduk-duduk di gazebo taman samping dengan menyantap brownis buatannya.
Mulai pekan depan, Mayang sudah bisa melanjutkan kuliah lagi di kampusnya yang dulu.
Saat sedang melamun, Mayang di kejutkan dengan dering ponsel miliknya, yang ia letakkan diatas meja.
Mayang meraih ponselnya, dan langsung melihat nama Rion di layar ponselnya. Ia segera mengangkatnya.
"Halo mas!" ucap Mayang, saat panggilan terhubung.
"Sayang! Hari ini aku harus pergi keluar kota selama seminggu, Krn ada pekerjaan. Kamu mau ikut atau tidak?" kata Rion. Ia memberikan tawaran pada Mayang, berharap Mayang akan ikut bersamanya.
"Hmm! Dimana mas?" tanya Mayang ingin tau.
"Jogja!" jawab Rion singkat. Ia sedang menandatangani berkas diatas meja kerjanya, sehingga tidak terlalu fokus pada Mayang. Ponselnya ia gamit menggunakan pundaknya. Karena kedua tangannya sedang membolak-balik berkas dan menandatanganinya.
"Sepertinya tidak mas, Senin besok aku sudah mulai kuliah. Aku perlu membeli beberapa perlengkapan."
Rion menghentikan gerakan tangannya yang akan membubuhkan tanda tangan mahalnya pada sebuah berkas penting.
Ia seperti tak percaya mendengar jawaban Mayang. padahal ia ingin mendengar Mayang mengatakan 'Ya'.
"Kamu yakin sayang?"
"Hmm! Yakin mas!" jawab Mayang dengan kepala mengangguk perlahan seolah Rion bisa melihatnya.
"Aku ingin membeli beberapa kebutuhan untuk kuliah mas, aku tidak mempunyai tas, sepatu, pakaian. Aku juga membutuhkan laptop." lanjut Mayang.
Rion mengangguk paham, seolah Mayang bisa melihat gerakan kepalanya. Kemudian meletakkan pulpen diatas berkas, dan menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya.
"Baiklah kalau begitu, aku hanya ingin mengatakan untuk terus berhati-hati. Sampai saat ini orang suruhan Randi masih terus mengikutiku." jawab Rion.
"Haah! Apa? Mas Randi meminta orang untuk mengikuti mas Rion?" Mayang terkejut sampai mendelikkan matanya mendengar hal ini dari Rion. Karena Rion tidak pernah mengatakan hal ini sebelumnya.
"Hmm! Sebenarnya sudah beberapa Minggu ini, anak buah Randi selalu mengikuti mobilku. Menurut informasi, Randi ingin mencari tau apakah aku yang menyembunyikan mu."
"Lalu?" tanya Mayang penasaran.
"Ya aku biarkan saja anak buah nya mengikutiku. Selama ini aku akan menemui mu menggunakan mobil lain. Aku tidak ingin lagi Randi dan keluarganya mengusik ketenangan mu."
"Terimakasih mas." jawab Mayang dengan perasaan berbunga. Dicintai Rion dengan tulus, membuat semangat hidupnya kembali lagi. Dulu bahkan Mayang berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena merasa masa depannya telah benar-benar hancur.
"Aku sudah pernah mengatakan padamu, bahwa aku akan selalu menjaga dan melindungi mu."
"Aku akan mengirimkan penjaga yang setia untuk menjagamu mulai hari ini. Agar aku bisa tenang meninggalkanmu sendiri di sini, selama aku berada di Jogja."
"Tidak perlu seperti itu mas."
"Harus sayang, karena aku yakin. Mereka tidak akan pernah berhenti mencarimu. Mereka pasti akan mencarimu ke kampus setelah ini." terang Rion. Ia harus mengatakannya pada Mayang. Karena ibu dan kakak tirinya sudah mengetahui jika Mayang kembali berkuliah di kampusnya dulu Prestasi University.
Mendengar perkataan Rion, Mayang mendadak takut. Ia kembali mengingat perlakuan buruk Randi dan keluarganya selama ini. Membayangkan bertemu kembali dengan mereka membuat Mayang menjadi down.
"Jangan pikirkan apapun, aku akan kirimkan penjaga bayangan untuk menjadi penjagamu. Mereka tidak akan pernah bisa menyentuhmu. Percaya padaku!"
Mayang menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan untuk menenangkan dirinya. Setelah itu, Mayang menganggukkan kepalanya, seolah Rion bisa melihatnya. "Hmm! Aku percaya mas Rion yang terbaik." ucapnya kemudian.
Mendengar jawaban Mayang, Rion terkekeh senang. "Hahaha! Ya sudah, datang ke kantor sekarang ya. Aku akan berangkat ke Jogja nanti siang. Kita harus bertemu beberapa jam sebelum aku pergi."
"Hah?" Kata Mayang cengo, mendengar permintaan Rion.
"Iya, temui aku sekarang di kantor. Bersiap-siap, sebentar lagi supir akan sampai di rumahmu!"
"I-iya sudah. Aku bersiap sekarang."
"Hmm! Aku tunggu."
Setelah panggilan terputus, Mayang langsung beranjak dari duduknya menuju ke kamar, untuk berganti pakaian. Setelah siap, ia langsung keluar kamar menuju ke teras rumah. Sebelumnya sudah berpamitan pada pelayan agar tidak mencarinya.
Ketika sampai di luar rumah, Mayang melihat mobil sedan berwarna hitam sudah terparkir di depan. Ia yakin, jika ini adalah mobil yang Rion kirimkan untuk menjemputnya.
Tapi karena merasa keselamatannya di incar oleh Randi dan keluarganya, ia harus memastikan dulu apakah mobil ini benar dikirim untuknya.
Mayang mengambil ponselnya di dalam tas untuk menghubungi Rion.
Tut
Tut
"Ya sayang!" jawab Rion.
"Mas mobil Toyota Camry hitam itu kirimanmu?"
"Ya sayang! Mobil itu aku belikan untukmu."
"Hah?"
"Aku tau kamu sudah lama menginginkan mobil Camry itu kan?"
Darimana mas Rion tau. Tanya Mayang dalam hati.
"Ya sudah! Aku pergi sekarang."
"Hati-hati sayang."
"Ya mas!"
Mayang memasukkan kembali ponselnya kedalam tas, dan menuruni teras untuk mendekati mobil. Ketika sedang berjalan, seorang supir keluar dari dalam mobil, dan membukakan pintu bagian penumpang untuk Mayang.
"Silahkan nona." ucap supir itu.
Mayang tersenyum ramah dan mengangguk sopan. "Terimakasih pak, tapi apa boleh saya mengendarai sendiri mobil saya?" pinta Mayang, dengan suara lembut.
"Tapi tuan Rion memerintahkan saya untuk mengantarkan anda ke kantornya nona. Jika tidak,,,"
"Saya tau pak! Tapi saya ingin mengendarai sendiri mobil ini. Bapak akan diantar penjaga rumah untuk kembali ke kantor." Mayang memotong ucapan sang supir yang akan menjelaskan.
Sang supir tak bisa membantah permintaan Mayang, ia menyerahkan kunci mobilnya pada Mayang. Karena memang mobil ini milik nona muda ini. Ia akan menyiapkan mental untuk menghadapi kemarahan sang tuan, jika nanti melihat wanitanya menyetir sendirian.
"Terimakasih pak! Tenang saja, tuan Rion tidak akan memarahi dan memecat anda." ucap Mayang dengan senyum tulus. Ia mengerti hal yang menjadi kegundahan sang supir. Bisa terlihat dari raut wajahnya yang tertekan.
Sang supir hanya mengangguk pasrah dengan senyum yang dipaksakan.
Setelah masuk dan duduk sempurna di balik kemudi. Mayang mengusap setir mobil dengan jemari lentiknya. Rasanya senang sekali bisa memiliki mobil impian, ia pernah memiliki mobil dulunya. Namun saat sang ayah meninggal dunia. Ibu dan kakak tirinya mengambil paksa mobil miliknya, dan menjualnya.
Padahal mobil yang dulu ia miliki bukanlah mobil mewah. Ia membatin, apa yang akan ibu dan kakak tirinya lakukan, jika mengetahui ia memiliki mobil mewah.
Mayang menggedikan bahunya dan mengela nafas pelan. Ia tak ingin mengingat wanita-wanita iblis itu. Ia akan mengupgrade dirinya menjadi Mayang yang baru, Mayang yang sekarang bukanlah Mayang yang dulu, yang akan menunduk menatap lantai dengan meremas jemarinya karena takut jika dimarahi, dan menangis ketika dihajar.
Rion mengembalikan kembali kepercayaan dirinya sebagai seorang nona muda pemilik Panorama corporation.
Ia saat ini masih berusaha memantaskan diri, untuk mengambil alih perusahaan orang tuanya, sebelum akhirnya memutuskan untuk merebut kembali harta dan perusahaan peninggalan orang tuanya.