NovelToon NovelToon
Satria Lapangan

Satria Lapangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: renl

Sinopsis Satria Lapangan
Pahlawan Lapangan adalah kisah tentang perjalanan Bagas, seorang remaja yang penuh semangat dan berbakat dalam basket, menuju mimpi besar untuk membawa timnya dari SMA Pelita Bangsa ke Proliga tingkat SMA. Dengan dukungan teman-temannya yang setia, termasuk April, Rendi, dan Cila, Bagas harus menghadapi persaingan sengit, baik dari dalam tim maupun dari tim-tim lawan yang tak kalah hebat. Selain menghadapi tekanan dari kompetisi yang semakin ketat, Bagas juga mulai menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Stela, seorang siswi cerdas yang mendukungnya secara emosional.

Namun, perjuangan Bagas tidak mudah. Ketika berbagai konflik muncul di lapangan, ego antar pemain seringkali mengancam keharmonisan tim. Bagas harus berjuang untuk mengatasi ketidakpastian dalam dirinya, mengelola perasaan cemas, dan menemukan kembali semangat juangnya, sembari menjaga kesetiaan dan persahabatan di antara para anggota tim. Dengan persiapan yang matang dan strategi yang tajam,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 17

2 kali di siram air.

Setelah sedikit tertawa bersama, April tanpa banyak bicara mendorong Bagas masuk ke dalam kamar. "Udah sana, mandi dulu. Ntar gue pinjemin baju, cepet sana!" ujar April dengan nada yang seperti sudah tahu kalau air yang jatuh tadi adalah ulah adiknya, Cila.

Bagas, yang masih bingung dengan kejadian tadi, akhirnya mengikuti perintah April. Tanpa banyak bertanya, ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Tak lama setelah itu, Bagas keluar dengan mengenakan kaos polos dan celana jeans panjang yang didapatkan dari lemari pakaian April. Meskipun pakaian itu agak lebih besar sedikit untuk Bagas, namun ia merasa nyaman. Sesaat kemudian, Bagas keluar dari kamar April dengan penampilan yang lebih segar, meskipun masih sedikit kesal.

April, yang sedari tadi hanya tersenyum, melihatnya sambil tertawa pelan. "Udah, Pril, udah. Gue kena sial mulu deh," gerutu Bagas, tampak sedikit jengkel.

"Loh, kok gitu, Gas?" jawab April, penasaran.

"Tadi, siapa, Pril?" tanya Bagas, menyadari kejadian tadi.

"Oh, itu adik gue. Napa? Lo naksir?" April menggoda, lalu melanjutkan, "Eh, gak ya? Dia bukan kriteria gue," jawab Bagas santai.

April hanya tertawa mendengar penuturan Bagas. "Balik lagi deh, loh, kenapa?" tanyanya.

"Ya, gue ketemu adik lo dua kali, dan dua-duanya gue kena siram air," jawab Bagas, sedikit menggerutu. "Kok bisa gitu ya, Pril?" lanjutnya, sambil tertawa.

April semakin terpingkal mendengarnya. "Wah, teman lagi menderita malah diketawain parah sama lo, April," ujar Bagas dengan nada bercanda.

Dari lantai dua, Cila yang mendengar percakapan mereka, tampak mengintip dari balik tangga, seolah menikmati momen itu.

Tiba-tiba ponsel Bagas berbunyi, memecah suasana. "Bentar, Pril," kata Bagas, sambil memeriksa ponselnya.

Setelah beberapa saat, Bagas kembali ke April, dan April bertanya, "Siapa, Gas?"

"Nyokap gue nanyain, jam segini belum balik," jawab Bagas. "Oh, lo mau pulang, Gas?" tanya April, sedikit kecewa.

"Gak, gue balik aja, deket kok, aman," jawab Bagas, sambil tersenyum.

"Yakin, nih, Gas?" tanya April lagi, memastikan.

"Iya, santai aja, Pril," jawab Bagas dengan tenang.

Bagas kemudian berdiri, mengambil ransel yang masih basah, dan bersiap untuk pulang. "Yaudah, gue pamit, Pril," katanya sambil melangkah menuju pintu.

April hanya mengangguk, sedikit kecewa. "Oke, Gas. Hati-hati," ujarnya.

Bagas keluar, motor sport hijaunya sudah menunggu di depan rumah. Setelah melewati pagar besi yang tinggi, punggung Bagas dan motornya perlahan menghilang dari pandangan April. Begitu tak terlihat lagi, April pun masuk ke dalam rumah, kembali melanjutkan aktivitasnya di dalam.

Suasana kembali hening, namun ada perasaan lega dan hangat yang menyelimuti hati April setelah momen bersama Bagas.

Bagas melajukan motornya perlahan, arah pulang menuju rumah, masih memikirkan kejadian-kejadian yang terjadi hari itu. Pikirannya terasa campur aduk—tentang April, tentang Cila, dan tentang perasaan yang sulit untuk dicerna. Namun, ia tetap fokus mengendarai motornya, meski hatinya sedikit tak menentu.

Sementara itu, di rumah April, suasana berbeda. April berjalan menuju lantai dua, hendak mencari adiknya. Ia tiba di depan kamar Cila dan mengintip dari balik pintu. Melihat Cila sedang duduk di kamar, April langsung masuk tanpa memberi aba-aba terlebih dahulu.

"Ihhh, kakak! Kebiasaan deh masuk kamar Cila tanpa ketuk dulu," ujar Cila dengan nada kesal, merespon kelakuan kakaknya yang selalu tiba-tiba masuk tanpa permisi.

April cuma terkekeh. "Lah, kenapa kakak harus ketuk dulu? Masuk kamar adek sendiri juga, kan?" jawab April sambil menjahili Cila, membuat adiknya kesal.

"Eh, bando kamu kemana satu? Kok ada yang hilang?" tanya April, merasa aneh karena koleksi bando Cila yang biasa teratur, kini tampak berantakan.

Cila terlihat sedikit sedih. "Gak tahu, soalnya bando kesayangan Cila itu hilang," jawabnya pelan.

"Udah, biar aja. Besok kita cari yang baru ya, nak," kata April, sambil mengelus rambut Cila dengan lembut, mencoba menenangkan adiknya.

"Oh iya, Kak, tadi siapa yang datang?" tanya Cila, penasaran.

"Oh, itu Bagas. Dia teman di tim basket sekolah," jawab April sambil tersenyum nakal. "Kenapa? Kamu suka sama dia?" lanjutnya, mencoba menggoda Cila.

Cila terdiam sejenak sebelum menjawab, "Gak."

April malah tertawa mendengar jawaban Cila. "Kenapa gak? Dia ganteng, jago basket, apa lagi, deh," goda April semakin gembira.

Cila terlihat sedikit terganggu. "Cila gak suka sama cowok yang gak jelas," jawab Cila singkat.

April tidak bisa menahan tawa. "Loh, gak jelas apanya? Dia nyata kok, dan juga kakinya napak di tanah," jawab April sambil tersenyum.

Cila tidak terlalu peduli dengan canda kakaknya. "Udah sana, kakak keluar, deh," kata Cila sambil mendengus, seolah sudah cukup dengan obrolan mereka.

"Eh, kok diusir?" jawab April, merasa lucu melihat kelakuan adiknya itu.

Cila cuma mendorong April dengan lembut, "Udah sana, Kak." Tanpa bisa menolak, April pun akhirnya keluar dari kamar Cila, sambil menggelengkan kepala. Memandang kelakuan adiknya yang selalu membuatnya tersenyum, meskipun kadang lucu dan konyol.

Setelah itu, April pun meninggalkan kamar Cila, melangkah kembali ke lantai bawah, sambil sedikit tersenyum dan merasa lega setelah berbicara dengan adiknya.

Setelah membaca pesan dari Bagas, April kembali melanjutkan aktivitas belajarnya, merasa sedikit lega setelah percakapan singkat dengan Bagas. Ia menyadari, meski sibuk dengan segala hal, teman-temannya tetap ada untuknya, terutama Bagas yang selalu muncul tepat ketika ia membutuhkan bantuan.

Sementara itu, di rumah Bagas, suasana sudah mulai sunyi. Jam menunjukkan pukul 10 malam, dan Bagas merasa sangat lelah setelah seharian penuh latihan dan kejadian-kejadian yang cukup menguras energi. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air, berharap bisa menenangkan pikirannya. Tiba-tiba, suara keras dari arah ruang tamu membuatnya terkejut.

"Kamu, ya, kalau mau ke mana-mana bilang dulu," suara ibu Bagas terdengar tegas, disertai dengan tindakan menjewer telinga anaknya.

Bagas mengernyit. "Iya, maaf, tadi habis latihan, langsung ke rumah April," jawabnya, mencoba menjelaskan.

"Kan bisa chat mama, di rumah mama dan papa khawatir, takut kamu kenapa-kenapa. Lain kali kalau ke mana-mana itu pamit," lanjut ibunya dengan nada sedikit khawatir namun tetap penuh kasih sayang.

"Iya, ma, udah ah, capek banget," jawab Bagas, sedikit mengeluh karena kelelahan. "Bagas ke kamar dulu ya, ma."

Dengan lembut, Bagas mencium pipi kiri dan kanan ibunya sebagai tanda perpisahan. Ibunya hanya tersenyum melihat sikap anaknya yang baik hati dan penuh perhatian, meskipun kadang suka ceroboh. Setelah itu, Bagas pun melangkah menuju kamarnya, mencoba untuk beristirahat setelah hari yang panjang.

Setelah berjalan menaiki anak tangga, Bagas membuka pintu kamar dan melemparkan tasnya sembarangan ke tempat yang tidak teratur. Tanpa banyak pikir, ia langsung berbaring di kasurnya, merasakan kelegaan setelah seharian penuh aktivitas. Sesekali, ia membuka ponsel untuk melihat berita terbaru seputar permainan basket, mengalihkan pikirannya dari kelelahan fisik yang mulai terasa.

Namun, tanpa disadari, matanya semakin berat, dan rasa kantuk yang datang perlahan membuatnya terlelap. Ponsel yang ada di tangannya terjatuh ke samping kasur, dan suasana kamar yang hening menambah ketenangan saat Bagas mulai tenggelam dalam mimpi.

1
Aimee
Baca ini karena lihat cover sama sinopsisnya, eh mau lanjut... sesimple itu
Dragon 2345: makasih kakak Uda mampir,
total 1 replies
Cute/Mm
Keren abis nih karya, besok balik lagi baca baruannya!
Dragon 2345: aman kak makasih dah mampir, tmbah semangat aq buat up makasih sekali lagi support nya
total 1 replies
Celeste Banegas
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Dragon 2345: makasih kakak sudah mampir,
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!