Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Satu
"Huaa... Risa akhirnya ujiannya selesai juga." Teriak Cia sambil mengangkat kedua tangannya ke atas membuat perhatian orang-orang di kantin berpusat kepada mereka.
Mereka sekarang memang tengah berada di kantin setelah berperang dengan berbagai macam soal ujian. Cia dan Risa pergi ke kantin terlebih dahulu karena mereka merasa sudah sangat lapar. Biar saja yang lainnya nanti menyusul mereka, Risa sudah sangat lapar jika harus menunggu mereka.
"Syuttt... Jangan berisik Ci, malu-maluin." Malu Risa dengan kepalanya yang ditundukkan karena merasa malu.
"Cia beneran lega tau Risa, ujiannya udah selesai, jadi kita tinggal nunggu kelulusan aja kan?" Ujar Cia sambil mengerjapkan matanya.
Setelah memesan makan siang mereka, Risa dan Cia pun mengambil tempat duduk yang biasanya mereka tempati agar nanti Aaro dan yang lainnya tidak susah saat mencari mereka.
"Iya sih Ci, ngomong-ngomong abis ini lo mau lanjut ke mana?" Tanya Risa setelah menyamankan duduknya.
"Cia juga belum tau Risa, tapi kayaknya Cia mau fokus sama dedek bayi dulu." Jawab Cia polos membuat Risa tersadar.
Astaga, apa yang ditanya olehnya? Kenapa dia menanyakan hal yang sudah jelas-jelas dia ketahui jawabannya? Batin Risa.
"Kalau Risa mau lanjut kemana?" Tanya Cia memecahkan lamunan Risa.
"Gue kayaknya... Bakalan lanjut ke Oxford Ci." Jawab Risa kembali memfokuskan fokusnya kepada Cia.
"Risa jadi bakalan ninggalin Cia dong?" Lirih Cia dengan nada sedihnya. Tatapan matanya bahkan sudah mulai berkaca-kaca.
"Nanti Cia sendirian dong?" Sedih Cia. Tanpa sadar air mata gadis itu turun dari pipinya membuat Risa langsung panik seketika.
"Loh Ci? Jangan nangis dong Ci," Panik Risa. Gadis itu langsung saja berpindah tempat duduk ke sebelah Cia kemudian memeluk gadis itu yang tengah terisak.
Di ujung kantin sana, Aaro baru saja memasuki kantin bersama teman-temannya. Pandangan laki-laki itu tengah menelusuri sekitar kantin, mencoba mencari istri mungilnya.
"Aa, itu si Cia sama si Risa bukan sih?" Tanya Rion sambil menunjuk ke arah dua orang gadis yang tengah saling berpelukan.
"Mereka kenapa?" Tanya Dikru heran.
Aaro pun mengalihkan tatapannya ke arah telunjuk Rion.
Cia kenapa? Paniknya kemudian langsung berlari ke arah kedua gadis itu.
"Ay? Kamu kenapa?" Panik Aaro kemudian menarik tubuh Cia ke dalam pelukannya membuat Risa langsung melepaskan Cia.
"Sttt kenapa?" Panik Aaro karena Cia yang makin terisak di dalam pelukannya.
Di kecupnya kening istrinya itu kemudian semakin mengeratkan pelukannya, menyembunyikan wajah laki-laki itu di sela-sela rambut Cia.
"Ris, Cia kenapa?"
"Ay? Apanya yang sakit hmm? Ada yang sakit?" Panik Aaro.
"Tadi Cia nanya gue bakalan lanjut kemana abis ini, gue bilang lanjut ke Oxford," Jelas Risa yang membuat Aaro menghembuskan nafasnya lega.
"Cia kenapa Aa?" Tanya Zaki dengan tatapan khawatirnya. Laki-laki itu pun duduk di kursi yang kosong disusul oleh yang lainnya.
"Udah gapapa, biarin si Aaro aja yang nenangin Cia." Ujar Risa yang di jawab dengan tatapan bingung mereka.
"Ay, udah ya nangisnya?" Bisik Aaro kemudian menjauhkan tubuhnya dari Cia.
Laki-laki itu menangkup kedua pipi Cia kemudian mengusap air mata gadis itu dengan lembut.
"Cia lagi sedih Kak." Seguk Cia yang di balas dengan anggukan kepala Aaro pertanda mengerti.
"Iya, udahan ya nangisnya. Udah dari tadi kan?" Bujuk Aaro.
"Risa mau ninggalin Cia." Adu Cia kemudian kembali menangis membuat yang lainnya langsung panik.
"Ci, denger gue!" Tegas Risa kemudian menarik bahu Cia agar menatap ke arahnya.
"Gue emang bakalan pergi,"
"Tuh kan! Risa bakalan ninggalin Cia." Potong Cia kemudian kembali menangis membuat Risa menghembuskan nafasnya lelah.
"Dengerin gue dulu Ci!" Tegas Risa yang membuat Cia akhirnya mempusatkan perhatiannya ke arah Risa walau masih saja sesegukan.
"Gue emang bakalan pergi, tapikan kita masih bisa sama-sama."
"Kita bisa video callan setiap hari."
"Lo bisa ceritain semua keseharian lo dan gue bakalan cerita semua keseharian gue."
"Oke?" Jelas Risa yang akhirnya membuat tangis Cia mulai berhenti.
"Beneran ya Risa?" Tanya Cia di balas dengan anggukan kepala Risa yakin.
"Tapi kalo Risa bohong gimana? Nanti Risa sibuk, trus gak bisa ngasih kabar Cia gimana?" Cemberut Cia yang membuat Risa mengusap rambut Cia.
"Gak! Gak bakalan. Sesibuk apapun gue, gue bakalan tetap ngasih kabar ke lo. Gue janji." Ujar Risa kemudian mengangkat kedua jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk peace.
"Sekarang lo makan ya? Kasian dedek bayinya." Bujuk Risa membuat Cia menganggukkan kepalanya menurut.
"Iya, tapi suapin Cia ya?" Cengir Cia yang membuat Risa tersenyum kecil.
"Aku aja Ay yang suapin kamu." Potong Aaro yang langsung mendapatkan gelengan kepala Cia.
"Gak mau! Cia maunya sama Risa." Bantah Cia yang membuat Aaro tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Risa pun mulai menarik piring yang ada di depan Cia kemudian menyuapi gadis itu.
"Nih, makan yang banyak ya Ci." Ujar Risa yang di balas dengan anggukan polos Cia.
Aaro yang melihat sudut bibir Cia yang terdapat sisa makanan pun dengan sigap membersihkannya.
"Pelan-pelan Ay makannya." Ujar Aaro yang gemas melihat pipi Cia yang menggembung.
Sedangkan Rion yang melihat interaksi ketiganya hanya terdiam. Laki-laki itu masih memikirkan apa yang sekarang tengah terjadi.
Jadi Risa bakalan kuliah di luar ya? Batin laki-laki itu.
"Heh Yon! Tumben banget lo diam aja dari tadi, kesambet lo? " Ejek Dita yang memancing tawa Zaki.
"Kayaknya dia lagi galau Dit. Bentar lagi mau di tinggal Ayang sekolah ke luar negri soalnya." Ejek Zaki yang di balas dengan tatapan datar Rion.
"Apa sih." Kesal laki-laki itu.
"Ya kalau si Risa kuliah di luar negri, ya lo nya kuliah di luar negri juga lah Yon." Ujar Dikru yang membuat tatapan sedih Rion berubah menjadi tatapan yang berbinar.
"Nahhh! Kok lo pinter banget sih Ru?" Antusias Rion kemudian langsung menarik kursinya mendekati Risa.
"Beb, kamu yakin mau kuliah di sana?" Tanya Rion yang tidak mendapatkan jawaban apapun dari Risa.
"Beb, kok aku di cuekin?" Ambek Rion kemudian menggoyangkan kedua tangan Risa yang di pegangnya ke kanan dan ke kiri.
"Nanti Yon, jangan di bahas sekarang." Peringat Risa yang membuat Rion bersunggut tak terima.
"Tapi kan Beb, ini tuh penting. Masa kamu mau ninggalin aku juga?" Ambek Rion membuat Risa mengusap dadanya sabar.
Ingin rasanya Risa menggeplak kepala Rion agar laki-laki itu mengerti akan maksud dirinya.
"Lo ngerti ga sih maksud kata gue 'nanti' Yon? Nanti ya artinya nanti, bukan sekarang bahasnya." Kesal Risa dengan menekan kata 'Nanti' di kalimatnya.
"Ternyata selama ini gue salah Ris, gue kira lo udah bisa nerima gue, bisa hargain gue, tapi ternyata... "
Plak
Risa menggeplak kepala Rion dengan geram membuat ucapan Rion terhenti seketika.
"Apa? Mau marah lo?" Kesal Risa. Dirinya benar- benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran laki-laki yang satu ini.
"Nanti Cia nangis lagi goblok kalo lo bahasnya sekarang! Gue capek nenanginnya. Jadi bahasnya nanti aja! Lo malah ngerembet ke mana-mana." Maki Risa kesal yang membuat Rion auto melongo.
"Astaga Beb, ku udah mikir yang engga-engga Beb." Lemas Rion membuat mereka yang mendengarnya tertawa kecuali Aaro dan Cia yang sudah asik dengan kegiatan mereka sendiri tanpa menghiraukan yang lainnya.