Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 02
Dengan keadaan yang lebih baik raffael meninggalkan club itu.
Sesampainya di rumah, dia di sambut hangat oleh kedua orang tuanya.
"Raffa. Kamu dari mana saja, sayang?" tanya seorang wanita paruh baya, yang masih terlihat cantik.
Dengan cara pakaian yang modis, di usianya kini sudah menginjak kepala empat. wanita itu terlihat masih sangat muda.
Dia merupakan ibu dari Raffael, yang bernama Liana. sementara laki-laki yang berada di sampingnya merupakan ayahnya yang bernama Jeremy.
Mereka sengaja menunggu kedatangan raffael, sebab ada hal yang ingin di bicarakan dengannya.
"Raffa!" panggil Jeremy, tegas.
Dia terlihat kesal, karena raffael sama sekali tidak menanggapi pertanyaan Liana.
Raffael menghela nafas kasar, dia pun akhirnya terpaksa menghampiri kedua orang tuanya.
"Ada apa?" tanya raffael, saat mendaratkan bokongnya di sofa.
Liana tersenyum. "Sayang. Hari ini Monica akan datang ke sini. Jadi mamah harap, kamu tidak ke mana-mana hari ini." ujar Liana menjelaskan.
"Aku tidak bisa janji, mah. Dan aku sudah bilang untuk berhenti menjodohkan ku dengan dia." sela raffael, ketus.
Liana terlihat kecewa dengan perkataan yang di lontarkan oleh raffael. sebenarnya dia hanya ingin yang terbaik untuk anak semata wayangnya itu.
"Raffa, jaga bicara mu!" tegur Jeremy, menatap tajam raffael.
Raffael pun terdiam, dan beranjak dari duduknya. melihat suasana di sana, membuat moodnya menjadi buruk.
Apalagi sekarang pikiran raffael sedang kacau, setelah kejadian semalam.
Tanpa permisi, raffael pun pergi dari hadapan kedua orang tuanya.
Melihat hal itu membuat Jeremy menggeram kesal.
"Raffa! mau kemana kamu?" bentak Jeremy, kesal.
Namun sayang, raffael sama sekali tidak memperdulikan perkataan Jeremy. bahkan raffael tidak pernah merasa takut, pada sosok orang tua yang di kenal dengan ketegasannya itu.
"Biarkan saja pah, mungkin raffael membutuhkan waktu untuk menerima semua ini. Jadi sebaiknya, kita biarkan saja dia dulu." Liana memegang tangan Jeremy, memberikan ketenangan.
Dia tahu jika saat ini, raffael mungkin kecewa dengan keputusan mereka tentang perjodohan ini.
Namun mau bagaimana lagi, Liana dan Jeremy sudah ingin mempunyai cucu. jadi inilah satu-satunya cara, agar raffael segera cepat menikah.
Siang ini raffael meminta roy, untuk menemuinya di sebuah cafe. raffael masih penasaran, dengan sosok wanita yang tidur bersamanya.
Maka dari itu raffael, akan mencoba mencari tahu dari roy terlebih dahulu.
"Hai raf." Roy yang baru saja datang, langsung menyapa Raffael.
Raffael tidak menyahut sapaan dari roy. dia hanya memasang wajah datarnya karena masih merasa kesal pada temannya itu.
Roy duduk dan menatap raffael. "Kenapa muka lo, kusut gitu?" tanyanya, heran.
Raffael menatap tajam roy. "Lo yang kenapa, semalam ninggalin gue di club?" tanya raffael ketus.
Roy terkekeh dan menggaruk kepalanya, yang tidak gatal. "Sorry, semalam gue harus pulang. Biasa nyokap gue...! Lo tahu sendiri, kan, bawelnya kaya gimana." jawab Roy, menjelaskan.
Raffael pun menghela nafas, merasa tidak puas dengan jawaban dari Roy.
Roy yang melupakan sesuatu pun, segera angkat bicara. "Kemarin malam, gue nyuruh dinda datang ke club. Sebab gue bingung harus ngapain, raf." sahutnya memberitahu.
Raffael pun terdiam, hatinya menerka apakah wanita yang tidur bersamanya adalah dinda? Tidak mungkin, dengan cepat raffael menepis tebakannya.
Roy pun melihat sikap raffael sedikit berbeda, Apakah telah terjadi sesuatu pada temannya itu.
"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Roy, menatap raffael.
"Gue baik. Kalau boleh tahu, dinda pulang jam berapa?" Raffael, mencoba mencari tahu.
Roy mengangkat bahu acuh. "Gue enggak tahu, sebab semalam gue pulang duluan, raf." jawabnya jujur.
Raffael menghela nafas, kini sepertinya dia harus bertanya langsung pada dinda, untuk meyakinkan apakah wanita yang semalam bersamanya adalah temannya sendiri.
Di saat sedang merenung, tiba-tiba saja ponsel raffael berdering. dia pun melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
Raffael mendengus kesal saat tahu, jika yang menghubunginya adalah Liana.
"Siapa, raf?" tanya Roy penasaran.
"Biasa, nyokap gue." Raffael terlihat kesal, saat menyebutkan orang yang menghubunginya.
Roy tersenyum. "Kenapa enggak di angkat. Siapa tahu penting. "
"Enggak, gue malas. Palingan nyuruh gue balik, buat ketemu sama tuh cewek matre." sahut raffael sewot.
Roy hanya terkekeh, saat melihat temannya itu sedang kesal kepada orang tuanya.
"Mau kemana, lo?" tanya Roy, saat melihat raffael beranjak dari duduknya.
"Gue mau ketemu dinda." Raffael menatap Roy sekilas, kemudian pergi dari sana.
"Raf, tunggu." pekik Roy, mengikuti langkah raffael.
Mereka pun pergi dari cafe itu menuju kosan dinda yang lumayan jauh dari sana.
...****************...
Sementara itu di rumah raffael, nampak kedua orang tuanya terlihat gelisah. sebab raffael belum juga kembali pulang.
Sedangkan di rumah mereka sudah datang keluarga dari calon istri raffael.
"Kemana anak, itu!" gumam Jeremy kesal.
Melihat Jeremy marah, membuat Liana kembali menenangkannya. "Sabar pah. Nanti, kita hubungi lagi raffael. Sekarang lebih baik, kita temui saja dulu keluarga Monica. Kasihan mereka sudah menunggu lama." ucap Liana lembut.
Jeremy menghela nafas. " Baiklah, sekarang kita temui mereka. Semoga saja, mereka tidak kecewa pada kita."sahut Jeremy, dingin.
Liana pun mengangguk, dan setelah itu mereka pun turun ke lantai bawah untuk menemui calon besannya.
...****************...
Di sebuah kosan sederhana, raffael dan Roy tampak sedang menunggu kedatangan dinda.
Tak lama kemudian orang yang mereka tunggu pun datang.
Raffael dan Roy terlihat mengernyitkan dahi, saat melihat cara berjalan dinda yang tak seperti biasanya.
Begitu pun dengan dinda, yang terkejut saat melihat kedua temannya ada di depan kosannya.
"Raffael." gumam dinda pelan.
Seketika dinda teringat kejadian, di mana dirinya dan raffael melakukan hal yang membuatnya kehilangan sesuatu berharga dalam dirinya.
"Din, baru pulang, lo?" tanya Roy, saat dinda menghampirinya.
"Iya, aku baru pulang. Tumben kalian kesini, ada apa?" Dinda sesekali melirik ke arah raffael, yang sedang menatapnya.
"Tahu tuh, si raffael. Katanya dia pengen ketemu sama, lo." Menatap raffael. "Eh, jalan lo kenapa kaya gitu?" celetuk Roy.
Dinda pun terdiam, tidak mungkin dirinya memberitahu tentang kejadian tadi malam kepada mereka.
"Tadi pagi, aku terjatuh di kamar mandi. Jadi kaki ku sakit." ujar dinda berbohong.
"Oh jatuh. Gue kira lo habis, di perawanin." celetuk Roy, tepat sasaran.
Raffael dan dinda saling tatap, mereka berdua seakan tersindir oleh perkataan Roy.
Namun baik dinda maupun raffael, mencoba bersikap biasa. meskipun raffael sendiri belum mengetahui siapa wanita itu.
"Kamu kalau bicara suka sembarangan, roy." Dinda pun duduk di samping Roy.
Setelah itu kini giliran Raffael, untuk mengutarakan rasa penasarannya.
"Din, apa semalam lo datang ke club?" tanya raffael menatap lekat dinda, yang tiba-tiba saja mematung.
lanjut Thor 🥰