Ibrahim, ketua geng motor, jatuh cinta pada pandangan pertama pada Ayleen, barista cantik yang telah menolongnya.
Tak peduli meski gadis itu menjauh, dia terus mendekatinya tanpa kenal menyerah, bahkan langsung berani mengajaknya menikah.
"Kenapa kamu ingin nikah muda?" tanya Ayleen.
"Karena aku ingin punya keluarga. Ingin ada yang menanyakan kabarku dan menungguku pulang setiap hari." Jawaban Ibra membuat hati Ayleen terenyuh. Semenyedihkan itukah hidup pemuda itu. Sampai dia merasa benar-benar sendiri didunia ini.
Hubungan mereka ditentang oleh keluarga Ayleen karena Ibra dianggap berandalan tanpa masa depan.
Akankah Ibra terus berjuang mendapatkan restu keluarga Ayleen, ataukah dia akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Setelah celananya digulung hingga atas lutut, Ibra mulai mengobati luka Ayleen. Menurut Ibra sih, tak terlalu parah, mungkin karena dia sudah terbiasa dengan luka. Menjadi anak geng motor yang kerjaannya balapan, membuatnya sudah sangat familiar dengan luka.
Tapi sepertinya tidak dengan gadis dihadapannya itu. Baru juga Ibra membersihkan luka, Ayleen sudah terdengar beberapa kali mendesis, bahkan tak segan mengaduh kesakitan. Dan Ibra, akan langsung meniup untuk mengurangi perihnya meski Ayleen tanpa diminta. Tak pelak, teman-temannya yang lain langsung menatap mereka, meninggalkan sejenak kesibukan main game atau chatingan demi melihat si ketua yang berlaku manis pada seorang gadis.
Jika mereka saja seheran itu, bagaimana dengan Ayleen. Jantungnya terasa tak baik-baik saja diperlakukan manis seperti ini. Matanya terkunci pada sosok Ibra yang tampak sangat hati-hati dan telaten mengobati lukanya. Pria yang dalam pikirannya sangat kasar, berandal kampus, ternyata bisa berlaku lembut seperti ini.
"Kamu gak pernah jatuh sebelumnya, maksud aku kecelakaan?" tanya Ibra sambil terus mengobati.
"Pernah dulu, pas SD. Dibonceng motor sama Abangku yang masih baru belajar naik motor. Cukup parah, sampai aku mengalami patah tulang lengan dan gak sekolah lama. Sampai sekarang, aku masih trauma jika dibonceng dengan kecepatan tinggi." Kejadian itu tak akan pernah Ayleen lupakan. Aydin yang baru bisa bawa motor, sepertinya belum terlalu mahir menguasai gas. Motor yang dia kendarai melaju sangat kencang hingga berakhir menabrak pohon dipinggir jalan.
"Tapi kamu gak trauma naik motor?"
"Enggak sih, cuma kalau ngebut, aku takut."
Ibra mangangguk paham. Dilihat dari sini, perbedaan itu makin nyata. Dia suka dengan kecepatan tinggi, sedang Ayleen malah trauma. Ayleen gadis yang kehidupannya lurus, sedang dia, banyak sekali nyimpangnya. Mulai dari suka balapan liar, ngerokok, minum alkohol, sampai jadi kurir narkoba. Tapi kenapa, dia malah jatuh cinta pada Ayleen. Mungkinkah karena perbedaan itu? Atau mungkin karena Ayleen yang lembut mengingatkannya pada alm. sang ibu?
"Kok ngelamun?" Pertanyaan Ayleen membangunkan Ibra dari lamunannya. "Mikirin apa?"
"Kamu." Sahut Ibra sambil terkekeh pelan. Tak ada raut jaim sama sekali diwajahnya. "Aku berhakkan, mikirin siapapun, termasuk kamu. Karena aku mikir pakai otakku sendiri," lanjutnya sambil meletakkan telunjuk dikepalanya.
"Ya iyalah, masa pakai otakku," celetuk Ayleen sambil ikutan terkekeh.
"Cantik." Ibra terpukau melihat tawa Ayleen yang memperlihatkan kedua lesung pipinya. Mendapat pujian serta tatapan intens dari Ibra, wajah Ayleen seketika memerah. Melemparkan pandangan kearah lain agar Ibra tak menyadari jika saat ini, dia tengah tersipu.
Tatapan Ayleen mendadak terkunci pada 3 orang pria yang terlihat sedang asyik bermain. Entah apa yang mainkan, tapi terlihat seru. Tertawa tiada henti dengan wajah belepotan warna merah.
"Mereka sedang main apa sih?" tanya Ayleen.
"Oh...biasa anak-anak, main ular tangga."
Mulut Ayleen langsung melongo. Ular tangga? Mainan anak kecil itu? Apa dia gak salah dengar. Anak geng motor, mainannya ular tangga.
"Kenapa, kamu mau ikut main juga?"
Setelah selesai mengobati kaki Ayleen, Ibra mengajak cewek itu mendekati teman-temannya yang sedang main ular tangga. Ayleen terbengong-bengong menatap 3 orang cowok yang duduk melingkar memutari papan ular tangga. Mereka yang biasanya tampil macho di kampus, mendadak ambyar hari ini. Wajah penuh warna merah, coretan lipstik. Dan yang paling menonjol, jelas bibir mereka, semerah darah, kayak orang habis makan ayam mentah. Sepertinya yang jadi sasaran coretan pertama adalah bibir.
Ayleen menutup mulutnya dengan telapak tangan. Menahan agar tawanya tidak pecah gara-gara penampilan mereka yang kayak badut.
"Mau ikutan?" tawar Ilham pada Ibra dan Ayleen.
"Boleh, yuk duduk." Ibra menarik pelan lengan Ayleen, mengajaknya untuk duduk diatas karpet, bergabung dengan lainnya. Ayleen sedikit meringis karena lututnya yang terluka terpaksa ditekuk. "Sakit ya?" tanya Ibra. Bodohnya dia yang lupa jika lutut Ayleen tengah terluka.
"Sedikit."
"Kita pindah duduk diatas aja yuk," titah Ibra pada teman-temannya.
"Eng-enggak, gak papa kok. Disini aja." Ayleen jelas tak enak hati. Dia yang minta gabung, tapi malah membuat mereka riweh karena harus pindah tempat.
"Gak usah sungkan Leen, kita gak papa kok, kalau cuma harus pindah kesofa. Yuk bro." Diki mengangkat papan ular tangga lalu membawanya keatas meja. Dan mereka lalu mengitari meja tersebut.
"Peraturannya, setiap berhenti di ular, kena coret. Dan yang nyoret setiap peserta." Ilham menjelaskan cara permainan mereka pada Ayleen. Peserta baru yang belum tahu seperti apa cara mainnya. "Dan yang menang, yang nyampek di kotak nomor 100 lebih dulu, dinobatkan sebagai king. Tapi kalau kamu yang menang, jadi queen-lah. Tapi sehari doang."
Ayleen masih tak paham dengan jadi king atau queen sehari doang itu. Nyambungnya dia malah jadi raja atau ratu sehari, nikah kali.
"Yang jadi king atau queen, bebas memerintah apapun pada yang kalah."
"A-apapun?" Ayleen langsung gelisah.
"Tenang aja, apapunnya dalam batas wajar kok," Ibra menambahkan. "Gak ada yang aneh-aneh kayak kekerasan, apalagi sampai tahap pelecehan."
Karena Ayleen sudah paham, permainan akhirnya dimulai dari awal lagi. Belum dapat giliran lempar dadu, Ayleen udah deg-degan duluan, takut kena ular, yang otomatis wajahnya akan dicoret pakai lipstik.
Mereka terus bergiliran melempar dadu, hingga untuk pertama kalinya, Ibra berhenti dibuntut ular. Dengan penuh semangat, teman-teman Ibra langsung mengambil lipstik dan bergantian mencoret mukanya. Seperti dugaan Ayleen, bagian wajah yang diincar pertama kali adalah bibir.
Ayleen tak bisa menahan tawa melihat bibir Ibra penuh dengan gincu. Cowok tampan dan maskulin itu, mendadak mirip waria. Dan saat giliran dia yang mencoret, Ayleen membuat lingkaran dipipi kiri Ibra, membuatnya terlihat sepeti badut.
"Kapan lagi coba, kita bisa nyoret-nyoret gini wajahnya Paket. Biasanya dia kan gak pernah ikut," seloroh Ilham. Sepertinya dia sangat puas bisa mencoret wajah Ibra.
"Paket?" gumam Ayleen.
"Pak ketua," jelas Diki. "Masa gitu aja gak ngerti sih Buket."
Mata Ayleen langsung melotot. Buket, bu ketua gitu?
"Udah, udah ayo lanjut." Ujar Ibra saat melihat Ayleen salah tingkah.
Permainan kembali lanjut, kembali melempar dadu dan berdoa mendapatkan keberuntungan. Tapi sepertinya, dewi fortuna tak berpihak pada Ayleen. Kali ini, giliran dia yang kena buntut ular. Dan 4 orang pria yang ada disana langsung kompak menatap Ayleen. Membuat gadis cantik itu langsung tersenyum simpul.
"Yaelah, Paket ma Buket kompak amat. Gak rela nih kayaknya cuma Paket aja yang kena coret." Ilham lebih dulu mengambil lipstik dan hendak mencoret wajah Ayleen, tapi Ibra mencegahnya.
"Coret muka gue aja."
"Ya gak bisa gitu dong, Bro," tolak Ilham. "Sportif."
"Gak papa kok, coret mukaku aja," ujar Ayleen.
Setelah mendapatkan izinnya, Ilham langsung mencoret kening Ayleen, membentuk huruf I. Setelah itu berbisik pada 2 temannya lainnya. Hingga kening Ayleen, terdapat tulisan I, bentuk love, dan A. Siapapun pasti paham jika artinya, Ibra love Ayleen.
Ibra menunduk menahan tawa, sedang Ayleen masih belum ngeh apa yang tertulis dikeningnya. Dan saat giliran Ibra mencoret, sama seperti Ayleen, dia membuat bulatan merah dipipi gadis itu.
Permainan terus berlanjut, hingga akhirnya, Diki keluar sebagai pemenang. Dan sekarang, dia dapat julukan king, yang artinya bebas memerintah teman-temannya termasuk Ibra dan Ayleen. Dan perintah pertamanya, adalah berfoto bersama dengan wajah yang belum dibersihkan.
Diki memanggil Reza yang ada dihalaman untuk mengambil foto mereka berlima.
"Kaku banget sih gayanya," seru Reza yang kali ini cosplay jadi fotografer. "Ayleen sana Ibra lebih deketan. Biar gak dikira satru."
Diki, Ilham dan Ade udah pose segokil mungkin, tapi Reza belum juga mau segera menekan tombol foto. "Bra, geser doang, deketan ma Ayleen."
Ibra membuang nafas berat lalu makin mendekat pada Ayleen. Baru setelah itu, Reza menangkap gambar.
Setelah selesai, Dikiangsung mengunggah foto tersebut di story WA sekaligus IG nya.
"Lihat dong fotonya," Ayleen mengulurkan tangan kearah Diki. Sambil tersenyum penuh arti, Diki menyerahkan ponselnya.
Mata Ayleen langsung terbeliak lebar. Dia tak tahu kalau dikeningnya, ada tulisan I love A.
"Udah gue unggah ke story."
Tubuh Ayleen makin lemes lagi mendengar itu.