Unwanted Bride (Pengantin yang tak diinginkan)
Nazila Faradisa adalah seorang gadis dari keluarga broken home. Karena itulah ia menutup hatinya rapat dan bertekad takkan pernah membuka hatinya untuk siapapun apalagi menjalani biduk pernikahan. Hingga suatu hari, ia terlibat one night stand dengan atasannya yang seminggu lagi akan menyelenggarakan pesta pernikahannya. Atas desakan orang tua, Noran Malik Ashauqi pun terpaksa menikahi Nazila sebagai bentuk pertanggungjawaban. Pesta pernikahan yang seharusnya dilangsungkannya dengan sang kekasih justru kini harus berganti pengantin dengan Nazila sebagai pengantinnya.
Bagaimanakah kehidupan Nazila sang pengantin yang tidak diinginkan selanjutnya?
Akankah Noran benar-benar menerima Nazila sebagai seorang istri dan melepaskan kekasihnya ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.27
Hari sudah beranjak sore, semburat senja pun telah terlihat jelas di langit yang mulai berganti warna, tapi Nazila belum juga menampakkan batang hidungnya, membuat Noran mendadak diliputi rasa khawatir.
Noran kini tengah berdiri di balkon sendirian, sedangkan Sarah telah pulang sejak tadi. Ia pulang dengan wajah masam dan ditekuk. Sikap Noran betul-betul membuatnya marah kali ini, bagaimana tidak kalau Noran selalu saja muntah setiap perempuan itu hendak mendekatinya.
Flashback on
"Sayang, kangen," rengek Sarah dengan suara manja yang makin menjadi saat Nazila baru saja beranjak keluar dari sana.
Baru hitungan detik Sarah memeluknya, tiba-tiba Noran mendorong Sarah dengan kencang kemudian ia pun bergegas berlari ke toilet karena sudah tak tahan ingin mengeluarkan isi perutnya saat mencium aroma parfum Sarah.
Uwekkk ... uwekkk ... uwekkk ...
"Sayang, kamu kenapa? Sakit?" tanya Sarah cemas saat melihat Noran sedang muntah-muntah di wastafel.
Ia pun bergegas membantu memijit tengkuk Noran agar Noran merasa lebih baik.
Tapi Noran justru menepis tangannya dan mendorong Sarah agar menjauh sebab ia sangat tak tahan mencium aroma Sarah. Ia seakan sedang mencium aroma tumpukan sampah.
Tak terima, Sarah mencoba kembali mendekat, tapi Noran justru langsung memuntahkan kembali isi perutnya membuat Sarah kian bingung.
"Sayang, kamu kenapa sih? Aku cuma mau bantu kamu, kok kayak nggak suka gitu?" tanya Sarah bingung. Dahinya bahkan sampai berkerut-kerut karena bertanya-tanya.
"Kamu bisa menjauh nggak? Kamu pakai parfum apa sih kok bau banget, bikin aku mual tahu," desis Noran kesal seraya menyeka air di mulutnya karena baru saja membasuh mulut.
Sarah bingung, ia tidak merasa dirinya bau sama sekali. Parfum yang ia pakai pun selalu sama, aromanya sensual, membuat para pria terpikat. Lantas ia pun mencium aroma di tubuhnya, tak ada yang aneh pikirnya.
"Bau? Aku nggak bau kok sayang. Aku pakai parfum kayak biasanya. Coba deh cium kalau nggak percaya!" Sarah kembali mendekat untuk meminta Noran mencium aroma tubuhnya yang menurutnya wanginya memikat.
"Emmmppphhhh ... "
Noran membekap mulutnya saat rasa mual itu hadir kembali. Ia pun segera berbalik dan berdiri di depan wastafel, kemudian memuntahkan kembali segala isinya.
"Kamu liat sendiri, Sar, nggak bau dari mana? Kalau nggak bau aku nggak bakal mual dan muntah gini. Tolong kamu pulang sekarang deh, aku nggak tahan, sumpah!" ujarnya lemah. Wajahnya pun sudah pucat karena sudah berapa kali ia bolak-balik ke wastafel untuk memuntahkan isi perutnya. Padahal siang ini ia belum makan sama sekali, membuat tubuhnya kian lemas tak berdaya.
Sarah mendengkus dan menatap tajam Noran.
Tak ada lagi yang bisa ia lakukan, Sarah pun segera membalik tubuhnya keluar dari kamar Noran sambil menghentakkan kaki. Rasanya ia ingin sekali menyemburkan amarahnya, tapi melihat kondisi Noran seperti itu, rasanya percuma. Karena itu, ia memilih pergi dari apartemen kekasihnya itu.
'Kenapa Noran bisa kayak gitu? Biasanya dia justru suka menghidu aroma tubuhku yang bercampur parfum ini, tapi kenapa kali ini ia justru mau muntah? Apa yang salah? Aku bahkan baru saja keluar jadi nggak mungkin aroma tubuhku bercampur aroma lainnya. Apa mungkin Noran terkena guna-guna?' Sepanjang jalan, Sarah tak henti-hentinya menduga-duga.
...***...
Nazila baru saja pulang ke apartemen Noran saat hari sudah menjelang malam. Tadi ia dan Kevin pergi menjemput Karin di rumah sakit tempatnya internship. Setelah itu, mereka menghabiskan setengah hari itu untuk berjalan-jalan dan nonton bersama. Oleh sebab itu, ia pulang sedikit terlambat.
Saat masuk ke apartemen itu, lampu ternyata masih menyala. Mata Nazila membola saat melihat, Noran tengah meringkuk di sofa dengan wajah sedikit pucat. Ia pun bergegas ke kamarnya dulu untuk membersihkan diri dan berganti pakaian, barulah ia menghampiri Noran.
"Tuan ... " panggilnya seraya menepuk pundak Noran agar bangun. Namun Noran justru tak bergeming, membuat Nazila panik. Dipegangnya dahi Noran yang ternyata sedikit hangat. Lantas Nazila bergegas ke dapur untuk mengambil air hangat, tapi belum sempat ia mengambil air minum, ia dikejutkan dengan piring lauk pauk di atas meja yang masih utuh. Nazila pun menyadari, sejak siang ternyata Noran belum makan membuatnya mendesah lirih.
Nazila bertanya-tanya, mengapa Noran tidak makan siang tadi? Apa pria itu makan siang di luar dengan Sarah? Tapi pakaian yang dikenakannya masih sama dengan yang ia kenakan tadi siang. Artinya dia memang belum makan, pikirnya. Jadi apa yang mereka kerjakan sampai lupa makan? Apa mungkin mereka ...
Nazila menggelengkan kepalanya cepat, tidak mungkin mereka melakukan hal itu, bukan? Apalagi di sini. Tapi, bagaimana bila memang benar mereka menghabiskan waktu dengan melakukan perbuatan itu?
Nazila mengusir jauh pikiran jelek itu. Ia harap, selama pernikahannya masih berlangsung, Noran tidak melakukan perbuatan yang di luar batas.
Nazila telah memegang segelas air hangat. Sebelum melangkahkan kakinya ke depan, tiba-tiba ia penasaran ingin melihat kondisi kamar Noran untuk memastikan dugaan di dalam otaknya itu. Tapi sprei yang terpasang pagi tadi masih rapi. Hanya ada sedikit kusut di tempat ia duduk pagi tadi. Nazila Lim menghela nafas lega setelah melihatnya. Ia pun bergegas membangunkan Noran lagi.
Ternyata butuh waktu membangunkan Noran. Dengan tatapan sayu, ia mencoba membuka kedua matanya.
Ditatapnya wajah Nazila lekat hingga tanpa sadar tangannya terulur mengusap pipi Nazila membuat Nazila bingung dengan perbuatan Noran itu.
"Akhirnya kau kembali. Syukurlah kau tidak apa-apa. Aku khawatir terjadi sesuatu padamu," ucapnya lirih lalu kembali menutupkan mata membuat Nazila panik.
"Tuan ... bangun ... tuan, tolong jangan menakut-nakuti saya, ayo bangun lalu makan!" ucapnya berusaha membangunkan tapi Noran tak bergeming. Bahkan suhu tubuhnya kini makin tinggi membuat Nazila makin panik dibuatnya.
...***...
g menye-menyeee
⬜🟥⬜⬜⬜🟥⬜
🟥🟥🟥⬜🟥🟥🟥
🟥🟥🟥🟥🟥🟥🟥
⬜🟥🟥🟥🟥🟥⬜
⬜⬜🟥🟥🟥⬜⬜
⬜⬜⬜🟥⬜⬜⬜