Han Xuan seorang Kultivator tak tertandingi yang menguasai Alam Mistik dengan bakat serta kekuatan yang mengguncang Surga.
Pembabtisan Surga untuk menuju keilahian membuatnya gagal dan mati. Setelah dua ribu tahun akhirnya dia bereinkarnasi kembali ketubuh seorang Bocah yang bernama Han Sen dengan akar spiritual yang tersegel.
Surga memberikannya kesempatan kedua untuk mencapai puncak. Iblis, Monster ataupun Dewa yang menghalanginya akan dia singkirkan.
Ini adalah kisah perjalanan Han Sen yang sekali lagi akan mencapai puncak kehidupan.
Kalau suka jangan lupa like, vote dan komen !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dimas upss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 - Serigala Merah
Keesokan paginya mereka semua melanjutkan kembali perjalanan dan siang harinya mereka semua sudah sampai ditempat tujuan. Han Sen memberitahu lokasi dimana titik mereka akan berkumpul, hal ini dilakukan dengan rencana yang matang.
Lolongan Serigala mulai terdengar dan Serigala Putih keluar dari reruntuhan. Semua orang sudah siap dalam posisi dan mereka semua maju bersama dalam sebuah formasi.
Para Serigala ini berkelompok dalam jumlah yang banyak, namun mereka tidak terlalu kuat dan hanya setara dengan Tahap Menengah Alam Qi Kondensasi.
"Hahaha... Bunuh Serigala ini !" Tawa semua orang terdengar sangat keras dan dalam formasi yang kokoh mereka yang dipimpin oleh Kultivator Alam Golden Core semuanya terlihat sangat mudah.
Lolongan disertai gelombang jiwa yang kuat terdengar ditelinga mereka. Han Sen mengerutkan keningnya dan dua puluh ekor Serigala Putih keluar dengan mata yang merah, dalam mode mengamuk kekuatan Serigala ini bahkan setara dengan Tahap Awal Alam Golden Core.
"Gawat... lindungi Tuan Muda Liang Jie !" Teriak para Kultivator yang di Alam Golden Core.
Sekarang masalah yang mereka hadapi adalah jumlah. Mereka hanya memiliki sepuluh Kultivator Tahap Awal Alam Golden Core dan sekarang perbedaan kekuatan hampir setengahnya. Kemungkinan untuk menang akan menjadi hal yang sulit, belum lagi masih banyak dari mereka yang berada di Alam Qi Kondensasi.
Han Sen sendiri tidak terlalu khawatir mengingat keterampilannya sendiri sudah cukup untuk melindungi dirinya sendiri. 20 Serigala itu menyerang bersamaan dan Han Sen mengeluarkan sebuah Botol dengan cairan hijau didalamnya dan mengoleskan cairan itu bilah pedangnya.
*Groar.*
Pertarungan sengit pecah dan banyak orang yang mulai panik, namun Han Sen dengan santai menari dengan Pedangnya dan Han Sen menggores kaki dari seekor Serigala dan membuatnya jatuh. Kaki yang tergores itu mengalami kelumpuhan dan Han Sen tidak melewatkan kesempatan untuk memenggal kepala Serigala.
"Hei... Ambil ini dan oleskan kepada Senjata kalian, kemampuan Serigala ini tidak benar-benar mencapai Alam Golden Core dan mereka didorong dengan kemarahan. Racun itu sudah cukup untuk melumpuhkan mereka dan sisanya akan mudah untuk diatasi !" Kata Han Sen sambil melemparkan Botol yang berisi cairan racun.
"Terimakasih Saudara Han." Salah seorang Kultivator menangkapnya dan segera melakukan apa yang sama dengan dilakukan Han Sen dan membaginya kepada yang lainya.
Liang Jie tidak bisa menahan diri untuk tidak bersorak didalam hatinya. Dibandingkan dengan mereka yang berada di Alam Qi Kondensasi, Han Sen seribu kali lipat lebih berguna seolah dia adalah orang yang sudah berpengalaman.
Bukan hanya dapat membaca situasi keseluruhan dan menemukan solusi yang tepat. Ketenangan dan persiapannya sangatlah sempurna, seolah dia tahu musuh macam apa yang dia hadapi dan mempersiapkan semuanya dengan matang. Bekerjasama dengannya memang bukanlah sesuatu yang buruk, dengan racun ini masalah Serigala akan hilang dan mereka akan bisa melewatinya.
"Aouuu." Lolongan Serigala sekali lagi terdengar namun kali ini jauh lebih mengerikan dari biasanya.
Serigala merah yang sangat besar perlahan keluar dan berdiri diatas reruntuhan yang tinggi, auranya terlihat sangat kuat dan dapat menekan semua orang yang berada disana.
"Gawat... Serigala ini sudah bermutasi dan kekuatannya mungkin setara dengan Alam Golden Core Tahap akhir yang selangkah lagi akan menjadi Alam Nascent Soul. Racun yang aku buat tidak akan bekerja untuknya !" Kata Han Sen dengan cemas.
Serigala merah itu berlari dengan kecepatan yang sangat luar biasa. Mata semua orang tidak dapat mengikuti kecepatannya dan dia menerkam salah satu Kultivator yang berada di Alam Golden Core.
*Crunzh.*
Serigala Merah menghancurkan orang itu dan darah mulai bercipratan ketanah. Tubuhnya ditelan habis dan Serigala Merah melolong memanggil kawanannya.
Lei Hai yang melihat keganasan ini segera melarikan diri. Tinggal disana sama saja dengan kematian, setidaknya dia harus menyelamatkan hidupnya sendiri dan bersembunyi. Han Sen yang melihat Lei Hai tidak bisa menahan diri untuk tidak mengutuknya.
Jing Shan dengan panik berteriak, "Tuan... jika kita bergerak dalam kelompok maka peluang kita untuk selamat adalah nol. Kita harus berpisah dan menyelamatkan diri !"
"Kalian semua dengarkan aku... kita berpencar dan bertemu dititik yang sudah kita sepakati sebelumnya." Liang Jie tidak memiliki pilihan lain dan dia bersama dengan dua bawahannya segera pergi.
Mereka semua juga melakukan hal yang sama dan berpencar kesegala arah. Serigala Merah itu juga mengejar dan Han Sen memiliki ide yang bagus.
Dari dalam kerumunan salah seorang wanita jatuh dan Serigala Merah bergerak kearahnya dan berniat menerkamnya. Namun Han Sen dengan cepat menendang wajah dari Serigala Merah dan membuatnya terdorong kesamping.
"Cepat pergi jika kau tidak ingin mati !" Kata Han Sen sambil mengacungkan Pedangnya.
Wanita itu dengan panik segera berdiri dan berlari, didalam hatinya dia sangat berterimakasih kepada Han Sen dan akan mengingatnya. Han Sen tetap tinggal dan menarik perhatian Serigala merah.
Setelah dirinya merasa bahwa cukup mendapatkan perhatian, Han Sen segera berbalik dan masuk jauh kedalam dengan sangat cepat. Arah yang dia tuju adalah tempat Lei Hai pergi dan Serigala Merah dengan gigih mengejarnya.
Hanya dalam waktu yang singkat Han Sen dapat melihat punggung Lei Hai yang sedang berlari. Segera dia menyusulnya dan berlari disebelahnya sambil tersenyum puas.
"Kebetulan sekali kita berlari diarah yang sama !" Kata Han Sen sambil berlari kearahnya.
Lei Hai merasakan aura dari Serigala Merah yang mengejar mereka berdua sekarang dan hanya bisa mengutuk Han Sen. Lei Hai mengeluarkan Pedangnya dan berniat menebas Han Sen dengan kemarahan.
Namun Han Sen melompat dan menghindari ayunan Pedang dari Lei Hai, "Hah... Kita ada diposisi yang sama dan kau masih memikirkan dendam lama. Kau itu sangat kuat dan dari pada berurusan denganku lebih baik melawannya !"
"Bajingan sialan... berikan racun yang sebelumnya kau gunakan, semua ini adalah salahmu dan kenapa juga kau harus berlari kemari dari sekian banyak tempat !" Teriak Lei Hai dengan kesal.
"Jangan salahkan aku... mungkin hari ini merupakan hari sial untukmu. Jangan sedih... aku akan memberikan racun itu, setidaknya itu akan bisa memperlambatnya." Han Sen memberikan Botol yang berisi Racun.
Lei Li mengambilnya dan berbalik melemparnya kearah Serigala itu. Racun itu tepat mengenai kepala Serigala itu namun bukannya melambat malahan Serigala Merah itu semakin marah dan mengejar mereka semakin gigih.
Han Sen tersenyum dan berkata, "Ah... aku lupa bahwa Racun yang kubuat berasal dari barang murahan. Untuk Beast sekuat ini Racun yang aku buat tidak akan berpengaruh sama sekali."
"Lalu apa yang harus kita lakukan sialan... cepat pikirkan cara untuk keluar dari situasi ini atau aku akan melemparmu kedalam mulutnya." Teriak Lei Hai dengan marah.
"Aku tidak tahu... tapi aku memiliki kabar bagus untukmu. Serigala Merah hanya mengincar orang yang menyerangnya, bisa dikatakan dia sangat pendendam. Sebelumnya aku dikejar olehnya karena menyerangnya, tapi sepertinya targetnya sudah pindah kepadamu dan lihatlah... racun yang kau lempar membuatnya sangat marah sekarang. Jadi tinggalah disini dan matilah !" Han Sen mengeluarkan Racun bubuk dan melemparkannya kewajah Lei Hai.
Sama halnya dalam mengejar kekuatan dalam berkultivasi butuh perjuangan dan peruntungan, yg mana dalam perjalanannya ada bumbu penyedap rasa seperti petualangan cinta, kisah asmara, tragedi cinta dlsj. karena disetiap petualangan baru dimunculkan figuran cantik manis nan jenius namun bagiku atau juga pembaca lainnya itu cuma menjadi hiasan sampul justru menonjolkan rutinitas hubungan harmonis suami istri yg lama² terasa monoton dan membisankan.......!/CoolGuy//Doubt//Tongue/