NovelToon NovelToon
Deepen The Role

Deepen The Role

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Cintapertama / Vampir / Manusia Serigala / Epik Petualangan / Penyelamat
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: LIMS OFFICIAL

"Aku akan selalu di sisimu"

Benjamin Paul, seorang remaja berusia 17 tahun yang memilih untuk kembali ke kota kecil di Alaska tempat ia lahir. 5 tahun lalu ayah dan ibunya bercerai, lalu ia tinggal di Chicago bersama ibu dan ayah sambungnya. Di usia 17 tahunnya itu, ia memilih kembali ke Sitka, kota kecil di Alaska.

Sesaat ia kembali, tidak ada hal aneh. Sampai ketika ia bertemu sebuah keluarga misterius, ayahnya yang kecelakaan, Joseph dan Damian teman kecil Benjamin bukan manusia, dan seorang gadis cantik bernama Marella.

Bagaimana kisah Benjamin? Simak kisah si tokoh utama ini agar kalian tidak ketinggalan‼️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LIMS OFFICIAL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fight

...•Benjamin Paul•...

Sudah 2 minggu sejak ayah keluar dari ruamh sakit, dan selamat dari insiden mengerikan itu. Aku juga jadi berteman baik dengan Marella Gerald, anak bungsu keluarga Gerald.

Yah, dia kini berusia 17 tahun sementara kelima saudaranya berpuluh tahun lebih tua darinya. Aku mengetahui dia adalah gadis dengan 'darah sejati' itu. Keluarganya adalah keluarga vampir.

Joseph mengatakan ada peristiwa yang membuat hubungan klan Canis manusia serigala, dan klan Ruby mata merah menjadi dingin. Tapi yang aku tangkap, sepertinya keluarga Gerald bukanlah pemimpin utama klan Ruby ini.

Lihat saja, mereka justru menjaga Marella si manusia darah sejati yang begitu dicari. Tapi tidak masalah. Kini aku mengetahui siapa mereka.

Pagi ini, ayah kembali bekerja. Tapi aku mengantarnya ke kantor, dan nanti ketika sudah jam pulang maka aku akan menjemput ayah.

Pagi ini, aku ke rumah keluarga Gerald. Benar, aku akan menjemput Marella. Saudara-saudaranya ada urusan sampai jam sekolah selesai. Jadi hari ini, aku yang akan menemani gadis cantik ini.

Apa? Aku mengatakannya cantik? Yang benar saja. Aku sudah tiba di depan rumah gadis itu. "Pagi, Ben" sapa Jessi padaku. Menurutku, Jessi adalah ibu yang sangat baik untuk keenam Gerald bersaudara ini.

"Pagi, apa Marella sudah siap?" tanyaku dengan sopan. "Sebentar, dia masih membereskan buku-bukunya" jawab Jessi seraya tersenyum.

Setelahnya aku melihat kelima kakak Marella keluar. "Apakah ini tanda-tanda adik kecil kita punya kekasih?" Veronica mulai menggodaku. Aku deskripsikan sifat-sifat mereka.

Pertama Veronica. Dia gadis yang super duper ceria dan aktif. Aku yakin dia adalah kakak ketiga atau kedua di antara mereka. Lalu Patrick, menurutku dia anak pertama. Patrick sejak pertemuan pertamaku yang pasti adalah dia sangat kuat.

Patricia. Kalian pasti berpikir mereka anak kembar bukan? Salah besar. Mereka berdua sangat berbeda. Patrick sangat suka membuat Patricia kesal. Mereka sangat menggambarkan kakak adik.

Selanjutnya, adalah anak keempat. Sepertinya. Sharon. Aku tidak tahu banyak tentangnya, yang pasti dia pendiam namun dia humoris. Aku hanya bisa menyimpulkan itu.

Dan, Esmeralda Prislly Gerald. Aku memanggilnya Esmeralda, Joseph memanggilnya Esme, Marella memanggilnya Prislly, dan keluarga Gerald memanggilnya Espe. Banyak bukan?

Singkat saja, kita menyebutnya dengan Esme. Dia adalah gadis yang menurutku, sangat dingin. Dibanding keempat saudara Marella yang lainnya, Esme tidak banyak melakukan interaksi denganku. Tapi dia adalah saudara yang paling dekat dengan Marella. Itu adalah deskripsi Gerald bersaudara.

"Kalian mau kemana?" tanyaku penasaran. "Urusan vampir" jawab Patrick tersenyum miring. Aku bisa melihat Patricia menyenggolnya.

Esmeralda keluar paling akhir dan di belakangnya adalah Marella. Esmeralda menatapku dengan tajam namun terlihat tenang.

"Tolong jaga dia untuk hari ini" pesan Esmeralda padaku. "Pasti" jawabku tersenyum.

Akhirnya aku membukakan pintu untuk Marella, dan aku masuk di bangku supir. Setelahnya, aku klakson mobil dan kami berangkat.

...****************...

"Di mana, Ben? Tumben sekali kau tidak bersamanya pagi ini" tanya Carla mencari Benjamin. "Dia baru saja tiba" jawab Joseph terkekeh.

Benar saja, sebuah mobil tiba di parkiran. Mobil milik Benjamin. Benjamin keluar. Setelahnya ia membukakan pintu mobil.

"Wah, mereka semakin lengket" ujar Jennifer tersenum miring melihat pemandangan itu. Benjamin dan Marella berjalan bersama.

"Mereka semua memperhatikan kita, Ben" bisik Marella menunduk sedikit. Pagi ini mereka akan menjadi topik hangat. "Memangnya kenapa? Itu bukan masalah" jawab Benjamin lalu ia merangkul Marella tanpa ragu.

"Hi" sapa Benjamin pada teman-temannya. Carla dan Jennifer saling pandang, dan mereka menggeleng-geleng pelan seolah mereka adalah kakak yang tidak ikhlas melihat adiknya kini dengan berani merangkul gadis lain.

"Tarik ucapanmu, Ben" saran Joseph meledek. "Yang benar saja" gumam Benjamin terkekeh. Pagi ini, Marella bergabung dengan kelompok mereka ketika sarapan pagi berlangsung.

"Siapa pasangan dansamu, Carla?" tanya Jennifer penasaran. "John" jawab Carla seraya menyantap makanannya. "Kau sendiri?" tanya Carla. "Arnold" jawab Jennifer tertawa kecil.

"Sungguh? Dia orang yang kau suka bukan?! Ahhkk" dan itu adalah drama perempuan di pagi hari. Marella tersenyum melihat tingkah mereka.

"Kau Josh?" tanya Benjamin penasaran. "Sepertinya aku tidak ikut" jawab Joseph terkekeh. "Kau payah sekali. Cobalah menggoda seorang perempuan" saran Carla segera.

Joseph terkekeh mendengarnya. "Cobalah mengajak Prislly, dia juga tidak punya pasangan dansa" saran Marella. Joseph terkejut mendengarnya.

"Patrick dengan Patricia, lalu Sharon dengan Veron. Prislly sendiri belum punya pasangan dansa" jelas Marella dengan nada bicaranya yang lembut. "Benar juga" gumam Carla tampak berpikir.

Wajah Joseph tampak ragu. Marella tahu alasannya. Bagi Esmeralda, manusia serigala dianggap musuh. "Aku akan mencoba berbicara dengannya jika kau mau" tawar Marella lagi.

Joseph tersenyum tenang. "Aku akan coba sendiri" jawab Joseph segera. Semua kembali menikmati sarapan. Tapi dari apa yang ditangkap Benjamin, ia bisa tahu siapa gadis yang dicintai Joseph.

Setelah sarapan selesai, bel masuk kelas dimulai. Mereka akhirnya berpisah satu sama lain. Hingga akhirnya jam sekolah telah berakhir.

Tentunya Benjamin akan mengantar pulang Marella. "Apa kau mau makan siang lebih dulu?" tawar Benjamin. "Boleh, aku juga kebetulan sendirian di rumah" jawab Marella setuju.

"Baiklah, mari kita makan siang" gumam Benjamin melajukan mobilnya menuju sebuah restoran. Mereka akhirnya sampai, dan keduanya memasuki restoran. Benjamin dan Marella memesan makanan mereka masing-masing.

"Ben, dia siapa?" tanya Marella ketika ia memperhatikan seorang pria di sudut restoran itu terus menatap ke arah mereka. "Dia? Memangnya kenapa?" tanya Benjamin balik.

"Aku merasa dia terus mengikuti kita sejak di parkiran sekolah" jawab Marella mulai gelisah. "Tenang saja, aku pastikan kau aman" ujar Benjamin seraya tersenyum. Marella bisa menenangkan dirinya sedikit.

Keduanya menikmati makan siang mereka. Setelah selesai membayar, mereka memutuskan pulang. "Kau menelpon siapa?" tanya Benjamin penasaran.

"Ibu, apa dia sudah di rumah atau tidak" jawab Marella. "Panggilanmu diangkat?" tanya Benjamin memastikan kembali. "Tidak" jawab Marella.

Benjamin akhirnya menyadari sebuah mobil terus mengikuti mereka dari belakang. "Sepertinya kita akan ke rumah seseorang lebih dulu" ujar Benjamin punya ide. "Ke mana?" tanya Marella penasaran.

"Kita ke rumah seseorang" jawab Benjamin tersenyum misterius. Beberapa saat kemudian mereka akhirnya tiba di depan sebuah rumah dengan halaman super luas.

Seorang remaja tampak sedang memotong kayu untuk dijadikan bahan bakar pembuatan api. Joseph. Kini mereka berada di depan rumah keluarga Rothrout. Joseph tidak sendiri.

Damian duduk di bawah pohon pinus yang tumbuh tinggi di depan rumah mereka. "Mengapa kita ke sini?" tanya Marella terheran. "Hmm, aku juga tidak tahu" jawab Benjamin mengangkat bahunya.

Mereka menghampiri Joseph. "Hi, dude. Kau tampak sibuk sepertinya" sapa Benjamin ketika ia sudah berada di hadapan Joseph.

Hari yang panas membuat Marella memilih duduk di samping Damian. "Aroma mu kuat sekali" ujar Damian terkekeh. "Kau mau memakanku?" tanya Marella dengan ekspresi takut yang polos. Damian tertawa kecil mendengarnya.

"Yang benar saja, aku bahkan tidak punya selera terhadap darah manusia" jawab Damian terkekeh. Marella mengangguk-angguk kecil.

"Kenapa kalian ke sini?" tanya Damian terheran. "Aku juga tidak tahu" jawab Marella terkekeh seraya memperhatikan Benjamin dan Joseph yang saling tinju meninju.

"Hey, Dami. Kau takut terbakar bukan?" ledek Benjamin tanpa dosa. "Kau menyebalkan sekali, sobat" gumam Damian tersenyum menahan kesal.

"Bisakah kalian ikut bersamaku mengantar Marella pulang?" tanya Benjamin pada kedua temannya. "Tidak biasanya kau takut sendirian selama perjalanan" ledek Joseph terkejut.

Benjamin menghela nafas pendek. Lalu, "Ada pria mencurigakan yang mengikuti kami sedari pulang sekolah sampai dengan makan siang tadi," jawab Benjamin segera.

"Baiklah, ayo. Cuaca hari ini benar-benar memusuhi diriku" Damian yang tidak mau basa-basi lebih lama, setuju. Mereka akhirnya pergi, dan hendak mengantar Marella pulang.

Perjalanan tidak memakan waktu yang lama. Sampai akhirnya, mereka sampai di depan rumah keluarga Gerald. "Terimakasih sudah repot-repot mengantar dan menjemputku, Ben" ujar Marella setelah turun dari mobil. "Terimakasih juga kalian sudah menemani kami" Marella tidak lupa berterimakasih pada Joseph dan Damian yang menemani mereka.

"Tidak masalah. Kami pulang dulu" jawab Benjamin tersenyum santai. "Ahk, Ben. Bisakah kau menelponku ketika kau sudah sampai di rumah?" tanya Marella menunduk. Benjamin terheran. Lalu, "Baiklah," jawab Benjamin paham.

Mobil itu kembali melaju. Marella memasuki rumah. Namun, "Sayang sekali nona. Kau tinggal sendiri sekarang" ujar seseorang membuat Marella terdiam kaku. Gadis itu menoleh ke belakang.

Ia mendapati pria yang mengikutinya tadi dengan santai duduk di sofa ruang tamu. Marella memucat takut melihat pria itu.

Di sisi lain, "Tunggu, Ben!!" mata Damian tiba-tiba berubah menjadi merah. "Ada apa?" tanya Joseph terheran. "Ben, kita harus putar balik ke sana" ujar Damian dengan ekspresi serius.

"Memangnya kenapa?" tanya Benjamin terheran. Kini ia menjadi khawatir. "Ada bau vampir lain di sini" dan Benjamin akhirnya memutar arah kembali ke kediaman keluarga Gerald.

Sementara Marella, "Sayang sekali kekasihmu meninggalkan dirimu. Dia benar-benar merepotkan" ujar pria itu berhasil membuat Marella tersungkur lemas.

"Untung saja keluargamu tidak ada. Apalagi anak kelima keluarga ini benar-benar merepotkan" gumam pria itu tersenyum misterius. Namanya Ken. Dia sudah lama memperhatikan gadis itu.

"Ucapkan kalimat terakhirmu, nona. Sebelum aku melakukan hal yang sama pada kekasihmu. Manusia pada dasarnya hanyalah sampah yang lemah" ujar Ken itu mengambil tangan Marella dan siap menghisap seluruh darah gadis itu.

"Tidak.. Ben, aku mohon.." batin Marella tersungkur lemas. Kepalanya mengeluarkan darah terus menerus. Ketika gigi pria itu sudah hampir menyentuh pergelangan tangan Marella. "Benjamin!!" dan pria itu tercampak.

"Astaga, Marella!!" seseorang menghampiri Marella dan segera menggendongnya. "Sialan" gumam Ken bangkit berdiri. Ia akhirnya mengetahui pelakunya.

"Wah, vampir yang masih kecil ada di sini. Bagaimana mungkin kau berlaku kasar pada seniormu?" tanya Ken ketika melihat Damian. Namun kening pria itu mengerut ketika satu orang lagi memasuki rumah.

"Ben, bawalah dia" perintah Joseph. Benjamin segera menggendong Marella yang sudah tidak sadarkan diri.

Sementara di dalam rumah itu, Damian dan Joseph mencoba menahan Ken yang berusaha menerobos mereka untuk mengejar Benjamin.

"Bocah ini kenapa tidak bisa kuserang sedikitpun?!" batin Ken yang terus tercampak setiap ingin menyerang Damian. Lalu, "Joseph-" Damian belum selesai berbicara dan ia juga ikut tercampak.

Ken berhasil melarikan diri. Namun, Joseph yang terbentur keras meringis kesakitan. "Sial sekali, bagaimana ini?!" gumam Damian bangkit berdiri.

"Josh? Josh, astaga. Hey!!" kini Damian dibuat panik dengan Joseph yang tidak sadarkan diri.

Di sisi lain, "Sialan" gumam Benjamin kesal ketika Ken tiba-tiba muncul di hadapannya. Ia tidak menyerah dan segera menggas mobilnya. Namun pria itu bisa menahannya dengan tangan kosong.

Benjamin akhirnya memilih keluar dan memberanikan diri menghadapi pria itu. "Hey bocah, jika kau tidak mau bernasib sama, berikan gadis itu" perintah Ken tersenyum sinis.

"Keuntungannya untukku?" tantang Benjamin. Ken memiringkan kepalanya dan meringis kesal. "Kau benar-benar merepotkan" Ken dengan cepat hampir berhasil menyerang Benjamin.

Namun remaja itu terus menerus berhasil mengelak setiap serangan. Ketika Ken hampir berhasil meraih pintu, ia juga berhasil mencampakkan pria itu.

Sampai akhirnya, "Matilah!!" ujar Ken memukul punggung Benjamin dengan sebuah kayu. Benjamin tersungkur lemas. Rasanya, tulang punggungnya seperti patah. Ken mendekati pintu mobil penumpang, dan merusak pintu mobil itu.

"Sayang sekali bocah, aku harus membawa kekasihmu" gumam Ken hampir berhasil meraih Marella. Namun, "A-Apa ini?!" gumam Ken terkejut ketika ia merasakan sesuatu menusuk jantungnya.

"Takkan kubiarkan kau menyentuhnya" Benjamin yang melakukan itu pada Ken. Benjamin terjatuh setelahnya. Sekujur tubuhnya masih sakit.

"Kurang-" belum selesai pria itu bertindak, ia merasakan ada seseorang berada di belakangnya. "Kembalilah ke neraka" pesan orang itu dan memutus kepalanya segera.

"Kau terlambat.. Prislly" ucap Benjamin sebelum akhirnya ia tidak sadarkan diri.

................

"Apa masih ada yang sakit, nak?" tanya seseorang tahu Benjamin sudah mulai sadar. Ia membuka matanya segera. Bernandez, Joseph, dan Damian ada di sana menjaganya sejak tadi malam.

"Aduh" gumam Benjamin meringis sakit ketika ia mencoba mengubah posisinya menjadi duduk. "M-Marella di mana?" tanya Benjamin tersadar. "Kejam sekali, kau bahkan tidak menanyai diriku?" tanya Joseph balik.

Benjamin tertawa kecil. "Dia masih belum sadar" ujar Damian terkekeh. "Yah, bisakah aku menitipkannya pada kalian?" tanya Bernandez sudah bisa berjalan walaupun masih pincang.

"Aku antar" Joseph segera bangkit berdiri dan mengekori ayah Benjamin. "Jangan memaksakan dirimu, ayah" pesan Benjamin. "Tentu" setelahnya mereka berlalu.

"Apa yang terjadi padamu kemarin?" tanya Damian penasaran. "Aku menusuk pria itu, setelahnya aku melihat Esmeralda memutus kepalanya" jawab Benjamin masih ingat apa yang terjadi.

"Besar juga nyalimu, Joseph bahkan sempat tidak sadarkan diri. Untung saja Patrick dan Patricia tiba tepat waktu" Damian mengingat kembali bagaimana ia dan Joseph bisa dikalahkan begitu saja.

Setelah beberapa saat, keluarga Gerald akhirnya memasuki ruangan Benjamin berada. "Kau sudah merasa baikan, nak?" tanya Garon melihat Benjamin yang masih duduk di kasurnya.

"Lumayan. Bagaimana dengan Marella?" tanya Benjamin penasaran. "Aku memintanya beristirahat dulu. Kami sangat berterimakasih karena kalian dengan sukarela menyelamatkannya" jawab Jessi seraya tersenyum pada mereka.

Damian mengangguk. "Oh ya, mengenai mobilmu.. kami sudah membawanya ke tukang perbaikan mobil, kemungkinan besok sudah seperti sedia kala" ujar Veronica teringat mobil Benjamin.

"Ahk, terimakasih" gumam Benjamin seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Bisakah kalian keluar sebentar?" tanya seseorang di pintu. Esmeralda. "Baiklah" jawab Garon.

Setelah semuanya keluar, "Apa alasan pria itu melakukannya?" tanya Esmeralda segera. "Aku juga tidak tahu, tapi dia terus menerus mencoba membawanya" jawab Benjamin. Suasana berubah menjadi serius.

Esmeralda menghela nafas sejenak. "Apa ada sesuatu yang menjadi ciri khas pria itu?" tanya Emseralda. Benjamin mulai berpikir.

"Ahk.. dia mempunyai tato lingkaran berisi bintang" mendengar itu Esmeralda berubah menjadi serius. "Kau tidak salah lihat?" tanya Esmeralda memastikan kembali. "Aku serius. Di bagian lehernya, ada tato itu" jawab Benjamin yakin.

"Lalu kau tahu cara membunuhnya dengan menusuk jantungnya dari mana?" tanya Esmeralda lagi. "Dari.. artikel" jawab Benjamin.

Esmeralda tampak setres. "Memangnya.. mereka siapa?" tanya Benjamin penasaran. "Mereka yang membuat permusuhan antara vampir dan manusia serigala" jawab Esmeralda segera.

Benjamin terkejut mendengarnya. "Sudahlah, yang terpenting aku tahu siapa pria itu" gumam Esmeralda hendak meninggalkan Benjamin. "Prislly, maksudku.. Esmeralda" panggil Benjamin sebelum akhirnya gadis itu benar-benar pergi.

"Kenapa?" tanya Esmeralda berbalik dan menghentikan langkahnya. "Terimakasih" ucapan itu membuat Esmeralda terkejut.

"Ya" jawab Esmeralda dan akhirnya ia keluar dari ruangan itu. Di perjalanan, Esmeralda berpapasan dengan Joseph. Keduanya sama-sama memberikan pandangan dingin satu sama lain.

Damian yang melihat itu terkekeh. "Dia dari ruangan Benjamin?" tanya Joseph ketika ia dan Damian sudah berjalan sampingan.

"Ya. Mereka tampak serius, jadi kami meninggalkan mereka berbicara berdua" jawab Damian terkekeh. Joseph menggangguk-angguk kecil. Ia menoleh lagi ke belakang, dan memperhatikan punggung Esmeralda yang masih terlihat.

"Yang terpenting dia selamat" ujar Damian terkekeh. "Begitulah. Aku kira dia mati dibunuh vampir itu" gumam Joseph ikut tertawa kecil mendengar itu.

1
palupi
karya yg bagus thor👍
Leon I: terimakasih banyak yah kak!!
total 1 replies
palupi
ku tunggu janjimu ❤️🥰🙏
Puspa Indah
Oke baiklah! Antara plagiat karya novel terjemahan, atau kamu memang sungguh berbakat. Aku tidak terlalu suka temanya, tapi penyajian bahasa novel kamu sungguh luar biasa. Kamu tidak cocok jadi penulis di platform ini. Kualitasnya sudah kelas penerbitan 👍
Puspa Indah: Iya, aku sudah cek karya sebelumnya. Yang terakhir paling bagus cara penyajiannya. Jelas kalau kamu mengalami kemajuan kemampuan menulis. Moga suatu saat aku juga bisa seperti kamu. Salut, semoga sukses selalu. Banyaknya like dan review tidak menjamin karya bermutu. Memberikan yang terbaik, itulah penghargaan tertinggi untuk dirimu sendiri.
Leon I: haii kakk!! terimakasih atas pendapat positifnya kak. saya hendak meluruskan, ini karya original saya ya kak dan tidak ada plagiat karya lain manapun kak, terimakasihh🙏🥹
total 2 replies
Puspa Indah
Gaya penulisannya bagus. Jadi ingat novel Trio Detektif atau Goosebumps.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!