Bintang panggung dan penulis misterius bertemu dalam pertemuan tak terduga.
Rory Ace Jordan, penyanyi terkenal sekaligus sosok Leader dalam sebuah grup musik, terpikat pada pesona Nayrela Louise, penulis berbakat yang identitasnya tersembunyi.
Namun, cinta mereka yang tumbuh subur terancam ketika kebenaran tentang Nayrela terungkap.
Ikuti kisah mereka....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. KCTT 31.
"Wah,,, Wah,,, Lihat siapa yang baru saja makan bersama dengan pasukan aneh-nya,"
Suara sarkasme itu terlontar begitu cepat hingga mampu menghentikan langkah Nayla beserta empat orang yang tengah bersamanya. Membuat mereka menoleh ke sumber suara hanya untuk melihat seorang wanita berdiri dengan kedua tangan terlipat bersama seorang pria di sisinya.
"Apakah akhirnya kau keluar dari gua setelah sekian lama, Nayrela?"
Wanita itu kembali melontarkan kalimatnya bahkan sebelum Nayla memberikan respon atas kalimat yang sebelumnya wanita itu lontarkan.
"Dan membawa teman-teman anehmu ini bersamamu untuk menutupi kesendirianmu?" imbuhnya dengan sorot sinis.
Nayla menatap wanita itu dengan tatapan tak percaya. Tidak pernah menduga akan bertemu lagi dengan seseorang yang pernah berada dalam progam belajar yang sama di masa lalu.
"Apakah kalian tahu bagaimana kehidupan konyolnya?" dia berkata lagi, lalu tertawa.
"Penuh dengan drama aneh, bahkan dia bisa menggila hanya karena gelang yang dipakainya saat ini," wanita itu tersenyum mengejek.
Rory, Thomas, Nathan, dan Ethan saling pandang sejenak, beralih pandang pada Nayla yang tetap bungkam tanpa terlihat keinginan mengatakan sesuatu untuk membela diri.
"Oh,,, Apa kau juga masih sering mengurung diri di rumah surammu? Mengabaikan semua pekerjaan dan hanya melimpahkan pekerjaanmu pada Rose?"
"Hingga membuat Rose pergi ke kota lain dan parahnya itu berada di negara berbeda. Kau bahkan berhasil mendapatkan korban baru, bukankah begitu?"
"Hebat,,,!?!" dia menambahkan seraya bertepuk tangan.
"Hei,,, Cukup! Sarkasme mu menyebalkan, apa kau tahu itu?" bentak Rory tak tahan lagi.
Thomas menoleh dengan gerakan cepat, menatap sahabatnya setelah mendengar bentakan yang tidak pernah Rory lakukan jika mereka berada di tempat umum. Namun, dirinya juga tidak tahu bagaimana cara menenangkan sahabatnya tanpa menambah keributan.
"Santai saja, kau tidak perlu membentak seperti itu," sahut pasangan si wanita.
"Dan akan lebih baik jika kau bisa membantu menjaga mulut pasanganmu!" balas Rory tajam.
Kedua tangan Rory terkepal di sisi tubuhnya, menahan emosi yang tengah ia rasakan dengan sorot tajam yang ia berikan pada pasangan asing yang telah menghina Nayla.
Nayla tersenyum tipis, meraih tangan Rory sekaligus menyelipkan tangannya sendiri ke dalam genggaman tangan Rory dengan harapan emosi pria itu mereda.
"Lama tidak bertemu Vania. Silakan nikmati makan malammu," ucap Nayla tersenyum.
Nayla segera menarik Rory beserta teman yang lain untuk pergi meninggalkan kedai burger, namun suara wanita itu kembali terdengar bahkan sebelum Nayla mencapai pintu keluar.
"Yang aku tahu adalah, orang aneh akan bergaul dengan sesama orang aneh. Dan kau akan menjadi lebih aneh karena bergaul bersama mereka!" ucapnya lantang sembari menunjuk Rory dan teman-temannya.
Langkah Nayla seketika terhenti, amarah di hatinya terpancing dengan cepat hingga ia berbalik dan kembali menatap wanita yang mengenali siapa dirinya sebenarnya.
"Abaikan saja! Kita pergi sekarang." Thomas berkata lembut seraya mendaratkan telapak tangannya di bahu Nayla.
Nayla menggeleng, menepis lembut tangan Thomas dari bahunya, lalu melangkah mendekat tanpa melepaskan tangan Rory.
"Pernahkah kau mendengar istilah 'jangan mencampuri urusan orang lain'?"
"Tidakkah kau bisa mengerti apa artinya?" ucap Nayla.
"Atau kau tidak cukup cerdas untuk memahami satu kalimat sederhana itu hingga kau membutuhkan bantuan?"
Intonasi pada suara Nayla seketika berubah, tidak lagi suara lembut seperti sebelumnya yang Rory beserta teman-temannya dengar, seolah mereka tengah bersama dua orang yang memiliki kepribadian yang jauh berbeda. Termasuk wanita yang disebut Vania turut memberikan reaksi yang sama.
"Kau boleh mengusikku sepuasmu Vania, kau boleh menghinaku sesukamu dan aku tidak akan terganggu dengan mulut besarmu. Tapi, jangan sentuh siapapun yang berada di sekitarku karena aku tidak akan mentolerir apapun yang kau lakukan jika itu menyangkut semua orang yang berada di sekitarku,"
Suara Vania tercekat di tenggorokan. Kalimat yang sebelumnya telah ia susun sebagai jawaban menghilang dari pikirannya setelah melihat perubahan kontras yang diberikan Nayla yang ia kenal tertutup dan pendiam. Ia bahkan tidak pernah sekalipun melihat sorot dingin dan tajam itu dari seorang Nayla.
"Aku akan mengingatkan satu hal padamu. Aku memiliki firasat bahwa orang yang berada di sampingmu akan menjadi penyesalan terbesarmu, dan kau tahu firasatku tidak pernah salah,"
Nayla berbalik, meminta semua teman-temannya untuk pergi meninggalkan kedai burger meski mereka sempat mendengar suara teriakan Vania.
"Hey,,,! Nayrela,,,! Apa maksudmu?" Vania berteriak, namun tidak cukup untuk membuat Nayla berbalik.
"Maaf, Nona! Tolong jangan membuat keributan di sini!" tegur pelayan mencoba untuk menenangkan.
Keheningan panjang menyelimuti Nayla ketika mereka berada di area parkir. Wanita itu bahkan belum menyadari satu tangannya masih menggenggam tangan Rory.
"Maafkan aku," Nayla berkata lirih
"Kalian terlibat keributan dan mendengar hal tidak menyenangkan karena ku. Maaf karena aku menyeret kalian ke dalam masalah yang seharusnya tidak kalian hadapi. Aku sungguh-sungguh minta maaf," ucap Nayla menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Mereka tercengang sejenak ketika melihat Nayla justru menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi disaat merekalah yang baru saja di rendahkan.
"Sejujurnya,,," Thomas membuka suara.
"Kami-lah yang telah menyeretmu ke dalam situasi seperti ini, karena kami berada di sekitarmu dengan penampilan aneh kami,"
"Tidak!" Nayla menggelengkan kepalanya.
"Dia akan mengabaikan kalian jika hanya aku sendiri yang ada di depannya,"
"Aneh,,," Ethan tertawa.
"Tentu saja, siapapun akan berkata aneh karena kami menutupi wajah kami bahkan kepala kami,"
"Kami sangat sering mendengar kata itu, bahkan pandangan skeptis dari hampir semua orang yang bertemu kami dengan keadaan seperti ini. Tapi, kami selalu mengabaikannya,"
"Dan kamu membungkamnya untuk kami, bagaimana bisa kami menyalahkanmu?" Nathan menimpali.
"Tolong jangan berkata begitu," sambut Nayla.
"Tidak ada satupun hal yang aneh dari kalian. Mereka hanya tidak tahu bagaimana wajah kalian,"
"Jika mereka melihat kalian tanpa penutup wajah, aku bisa yakin mereka akan menjilat ludah mereka sendiri,"
"Apakah begitu caramu mengakui bahwa kami tampan?" goda Ethan menggerakkan alisnya.
Thomas menepuk dahinya sendiri, Nathan tertawa tanpa suara, sedangkan Rory memberikan tatapan tajam pada Ethan yang segera menggaruk kepalanya. Namun, dalam benak mereka merasa lega melihat Nayla kembali tersenyum.
"Tapi, sekarang aku penasaran, siapa dia? Kenapa dia bisa berkata seperti itu?" tanya Thomas.
"Dia dan aku berada dalam progam belajar yang sama. Hanya saja, dia tidak menyukaiku," jawab Nayla.
"Itu keterlaluan! Jika hanya berdasarkan tidak menyukai seseorang, tindakannya berlebihan," sambut Nathan.
"Karena sejak awal aku selalu mengabaikannya setiap kali dia berulah, dan secara kebetulan dia bekerja tidak jauh dari tempatku bekerja saat ini," jawab Nayla.
"Jadi, dia berkata hanya atas dasar apa yang dia lihat tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Thomas.
"Aku tidak tahu pasti. Yang perlu aku lakukan hanyalah mengabaikannya jika hanya aku yang dia libatkan," ucap Nayla.
"Tapi kalian mendapatkan imbasnya. Aku benar-benar minta maaf pada kalian atas kejadian ini," tambahnya.
"Sebaliknya," celetuk Ethan.
"Aku terhibur dengan caramu membungkam wanita itu, dia bahkan tidak bisa mengatakan apapun. Bayangkan saja, andai di tanganmu ada sebotol saus, apakah kau akan melemparkan saus itu ke wajahnya? Itu akan menjadi tontonan menarik,"
"Pft,,,,"
Nayla gagal menahan tawanya, tidak pernah menyangka dengan mereka yang baru saja ia kenal justru mampu membuat hatinya merasa lebih baik.
"Kamu bisa menghadapi wanita itu dengan tenang. Bahkan, bisa menenangkan Rory dengan sangat mudah," sambung Thomas seraya melirik ke tangan Nayla.
Seolah baru saja tersadar atas tindakannya, Nayla mengikuti arah pandang Thomas dan berakhir membelalakan kedua matanya.
. . . .
. . . .
To be continued...