Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Sesuai Perjanjian
Semalaman aku tidur di samping ibu yang terbaring di ruang ICU. Itupun setelah para pengawal memastikan ku mendapat ijin dari bosnya.
"Lekas sehat ya bu, Andine sayang sama ibu," meski tak ada respon, aku elus punggung tangan wanita yang telah melahirkan ku ke dunia.
"Apapun akan Andine lakukan untuk melihat senyum ibu kembali," janji Andine.
"Maafkan Andine, beberapa hari ini Andine akan sibuk bekerja. Tapi Andine janji bu, kalau ada waktu luang Andine pasti ke sini," ujar Andine.
Ponsel Andine berdering, ada nomor tak dikenal di layar.
Andine mengernyitkan dahi, "Siapa nih?" tanya Andine dalam benak.
Yaelah, kalau ingin tahu ya tinggal angkat aja Ndin, seru author dari balik layar.
"Halo," sapa Andine sesuai saran author.
"Siapkan dirimu! Pagi ini kita ke rumah sakit," terdengar suara seseorang yang sudah tidak asing di telinga Andine.
Andine membuang nafasnya kasar.
Tok... Tok... Bersamaan itu pintu diketuk dari luar.
"Iya," balas Andine.
Orang suruhan Aleandro pun masuk.
"Anda sudah ditunggu tuan muda di lobi rumah sakit," beritahunya.
"Hah? Sekarang?" tanya Andine memastikan.
Pria itu pun mengangguk.
"Aku belum mandi? Apa ini nggak kepagian?" Andine melirik jam yang melingkar di lengan kanannya. Masih menunjukkan jam enam pagi.
"Tak ada bantahan nyonya muda," sambung pria itu.
"Isshhhhhhh," Andine membuang nafas kasar.
.
Andine mengikuti langkah lebar pengawal yang ada di depannya.
'Jalan kok kayak dikejar setan aja,' batin Andine ngedumel.
"Silahkan nyonya muda," pengawal itu membuka pintu mobil bagian belakang.
"Loh..., kok di sini? Aku di depan aja tuan," Andine berusaha menolak.
Bagaimanapun Andine tahu diri, tak mungkin dirinya duduk sejajar dengan tuan Aleandro. Di sana pasti sudah ada nyonya Michelle yang menemani.
"Masuk!" terdengar suara Aleandro dari dalam.
"Duduk sama balok es... Hiii takut," Andine berdiri dengan begidik ngeri.
"Ngapain kamu, kegatelan?" suara Aleandro terdengar karena melihat Andine mengoyangkan tubuh.
"Ti... Tidak tuan," jawab Andine gugup.
Gimana tidak gugup melihat pria tanpa senyum itu.
"Duduk!" tegas Aleandro.
Mau tak mau Andine meletakkan pantatnya untuk duduk di samping pria yang boleh dikatakan sebagai suaminya itu.
'Nyonya Michelle kemana? Kok malah aku yang diajak?" tanya Andine dalam benak.
"Nona Andine, kita akan ke rumah sakit. Untuk melanjutkan perjanjian yang telah ditandatangani. Tuan dan nyonya Aleandro tidak akan mengulur waktu. Semakin cepat semakin baik," jelas sang asisten.
'Emang dia saja yang ingin cepat selesai,' cibir Andine tanpa mengeluarkan suara apapun.
"Bagaimana Nona? Anda mengerti?" sambung asisten Aleandro.
Andine mengangguk.
.
Aleandro dan Andine sudah duduk di depan seorang dokter yang sebelumnya hanya bisa dilihat Andine di TV.
"Anda dokter Jerome bukan?" tanya Andine antusias.
Dengan senyum penuh wibawa, dokter Jerome mengangguk.
"Nggak usah tebar pesona! Cepat jelaskan!" seru Aleandro.
Seketika senyum di wajah sang dokter pun lenyap.
"Oke... Tapi setelah mendengar semuanya, jangan harap kamu membantah Ale," tukas dokter Jerome yang ternyata sahabat dari Aleandro.
"Aku nggak mau ikut permainan yang kamu buat bersama istri gilamu itu," tegas dokter Jerome.
"Jelaskan saja!" tuntut Aleandro yang terlihat tak suka saat Jerome melibatkan Michelle.
"Hasil pemeriksaan Nona Andine sebelumnya memang tak menunjukkan ada masalah. Tapi ada satu hal yang terlewat," Jerome mulai menjelaskan.
Aleandro menaikkan sebelah alisnya.
"Ada satu obat yang jika diberikan ke dalam tubuh Nona Andine maka akan berakibat fatal buat tubuhnya," imbuh Jerome dengan mimik serius.
"Nggak usah berbelit-belit?" Aleandro menatap Jerome dengan mata memicing.
"Intinya, Nona Andine tak akan bisa ikut program bayi tabung," Jerome menambahkan.
Kena kau Aleandro, batin Jerome terbahak.
Jederrrrrrrrr....
Andine terpaku mendengar penjelasan dokter Jerome.
'Kalau tak bisa bayi tabung, apa aku harus mengembalikan semua uangnya. Gimana ini? Uangnya sudah aku pakai buat pelunasan biaya rumah sakit ibu," gejolak hati Andine.
"Ada satu cara Aleandro," tegas Jerome yang merupakan seorang spesialis infertility.
"Apa?" tukas Aleandro seperti tak sabar.
"Cara alami," tandas Jerome.
"Jangan gila kamu Jerome," ucap Aleandro dengan mimik marah.
"Ya terserah kamu aja. Semua keputusan ada di kamu," ejek Jerome yang tahu kelemahan Aleandro.
"Sial," umpat Aleandro seraya beranjak dari duduk.
Aleandro menarik lengan Andine mengajaknya pergi.
"Ingat Ale, lo harus sukses," cibir Jerome.
Jerome yakin, Aleandro pasti akan melakukan apa yang dia minta.
Tuntutan sebagai pewaris tunggal sebuah keluarga konglomerat yang ingin mempunyai penerus berikutnya tak bisa Aleandro elakkan.
.
Pov Aleandro
"Tuan besar ingin bertemu dengan anda tuan muda," beritahu Martin, sang asisten.
"Huh, mau buat onar apalagi pak tua itu," Aleandro membuang nafasnya kasar.
"Sepertinya tuan besar ingin segera menimang cucu tuan," bilang Martin dari balik kemudi.
"Aiissssshhh... Padahal aku sudah jelaskan semuanya," Aleandro menghela nafas panjang.
Tiga tahun pernikahan belum waktu yang lama menurut Aleandro. Kenapa pak tua itu terus mendesakku. Kesal Aleandro dalam hati.
"Kali aja nyonya Michelle setuju tuan," kata Martin yang hafal dengan kegalauan bosnya.
Aleandro menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya.
Berbicara dengan Michelle, apalagi urusan anak pasti akan berujung ribut.
Michelle selalu berkilah tak ingin hamil dulu. Takut badannya rusak, tak mau repot dengan merawat bayi atau alasan apapun.
Saat masuk mansion, tuan besar sudah menunggu di ruang tengah.
"Masih ingat pulang?" sambut sang tuan besar.
'Katanya suruh pulang?' gumam Aleandro dengan hati dongkol.
Aleandro hendak balik kanan tanpa mengucapkan apapun.
"Duduk kamu!" kata tuan besar dengan nada memerintah.
Kalau tidak dihalangi Martin, ogah Aleandro menuruti perkataan tuan besar.
"Ingat Aleandro, papa sudah semakin tua," kata tuan besar menurunkan nada suaranya.
"Tuh, sudah sadar," sela Aleandro.
Tuan besar melotot ke arah Aleandro, putra semata wayangnya itu selalu saja menguji kesabarannya.
"Papa sudah menuruti semua kemauan kamu. Bahkan menyetujui kamu menikah dengan wanita tak jelas itu. Sekarang papa tunggu imbal balik darimu Ale," tandas tuan besar.
"Namanya Michelle Pah," Aleandro tak bisa menerima jika sang papa selalu menyebut wanita tak jelas pada istrinya.
"Papa mau apa?"
"Jangan buat papa menjelaskan lagi," seru papa mulai jengah.
"Jika dalam setahun ini, kamu belum kasih cucu ke papa maka jangan harap perusahaan kamu teruskan," tegas tuan besar.
Meski Aleandro bisa saja membantah, tapi Aleandro tak ingin penyakit jantung ayahnya kambuh karena ulahnya.
Sampai di kediamannya, Aleandro berbicara serius dengan Michelle.
Seperti saat sebelumnya, Michelle tetap saja menolak hamil. Tapi juga tak mau jika Aleandro kehilangan aset perusahaan.
Maka, muncullah ide gila untuk mencari ibu pengganti.
"Gimana? Kamu setuju nggak sayang? Kamu tak perlu menyetubuhi wanita itu," kata Michelle. Aleandro mengerutkan dahi belum paham.
"Teknologi kedokteran sudah semakin canggih loh. Kita bisa lakukan dengan bayi tabung. Jadi kamu tak perlu berhubungan dengannya," sambung Michelle dengan antusias.
Entah karena kebucinan akut tingkat dewa atau karena otak Aleandro yang loading lama, usul Michelle diterima begitu saja.
Dan mereka pun mendatangi dokter Jerome untuk memperlancar rencana mereka.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Gile nggak tuh idenya author.....
Tapi namanya dunia halu, ya harap maklumin aja deh. Daripada kegileannya nggak tersalurkan. Bisa berabe semuanya... 🤫🤫🤫🤫🤫
Author harap, smoga karya ini lolos retensi..., dan tidak hanya kerja bakti tanpa upeti... 😭
yup perlu banget Andien diperkenalkan