Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Bermimpi
Hingga Amar pun kaget. Dan mengangkat wajahnya cepat. Namun tangan Lisa sudah memeluk erat tubuh Amar. Dan matanya kembali terpejam.
Deg....
Darah Amar berdesir saat ia merasakan benda kenyal itu. Amar terpaku menatap bibir pink Lisa di depannya. Sedangkan tubuhnya masih di peluk erat Lisa.
" Tidak....." kata Amar mengelengkan kepalanya. Dengan pelan pelan ia berusaha melepaskan tangan Lisa dari tubuhnya. Saat melihat mata Lisa terpejam. Namun tangan Lisa begitu erat memeluk tubuhnya.
" Bang Lisa sayang abang," guman Lisa mengigau. Kembali membuat Amar terdiam. Sambil memejamkan matanya. Dan tanpa sadar ia kembali mencium bibir Lisa. Entah setan mana yang merasukinya. Hingga ia pun melumat bibir mungil itu.
Dan Lisa pun membalas lumayan itu. Hampir 5 menit tautan bibir itu terlepas. Saat Amar sadar apa yang ia lakukan. Lalu dengan cepat melepas pelukan Lisa. Dan setelah itu Amar cepat cepat keluar dari kamar Lisa.
" Astagfirullah Al Adzim," kata Amar berjalan cepat masuk kekamarnya dan cepat menutup pintu kamarnya.
" Tidak...itu tidak mungkin," kata Amar Yang bersandar di balik pintu. Dan tubuhnya merosot turun kelantai dengan mata berkaca kaca.
" Amar kau gila, tidak mungkin ....." kata Amar tercekat. Ketika ia terbawa nafsu. Hingga ia nekat mencium bibir Lisa saat tertidur. Dan perasaan itu membuat Amar merasa bersalah.
" Ya Allah ada apa ini....." kata Amar lirih. Ketika ia sadar Lisa bukan adiknya. Ia begitu berat untuk meninggalkannya. Namun rasa itu bukan lagi seperti rasa sayang. Ada hal yang mustahil, yang tidak bisa ia jabarkan saat ini.
" Aku tidak mungkin...," kata Amar yang lalu bangkit membuka lemari pakaiannya. Dan mengambil tas untuk mengisi beberapa pakaian. Agar ia bisa pergi besok pagi. Dan juga mengemasi buku bukunya. Setelah selesai ia pun berbaring di tempat tidur.
" Aku harus pergi, aku tidak sanggup melihatnya," kata Amar merasakan hatinya begitu terasa sakit. Sambil memegang bibirnya. Lalu mengingat kejadian barusan
" Tidak mungkin," guman Amar. Sambil berusaha memejamkan matanya. Untuk melupakan kejadian di kamar Lisa.
*************
Paginya Lisa berangkat sekolah di antar Zain. Karna Amar sudah pergi pagi pagi dengan alasan pergi ke luar kota . Untuk melihat bengkel cabang milik bang Jali Yang membuat Lisa cemberut karna Amar tidak mengatakan apa apa padanya.
" Ada apa, kok ade melamun?" kata Zain melirik Lisa melamun.
" Tidak ada apa apa bang, Lisa cuma heran kok bang Amar ngak pamitan sama ade, kalo mau pergi " kata Lisa sambil mengingat mimpinya tadi malam
" Atau...." kata Lisa yang merasakan mimpi berpelukan erat dengan abangnya tadi malam
" Apa ..?" kata Zain.
" Ngak bang, Lisa hanya merasa aneh saja. Sepertinya bang Amar akan meninggalkan Lisa pergi jauh bang," kata Lisa. Yang bermimpi Amar memeluknya erat hingga Lisa sempat bersedih dan memanggil nama abangnya itu beberapa kali.
Deg ...
Zain pun terdiam. Tidak bisa berkata apa apa mengenai Amar. Apalagi Amar sudah meminta. Agar ia mengatakan sendiri tentang siapa dirinya pada Lisa adiknya.
" Kan masih ada bang Zain yang akan mengantar ade, Lisa tinggal telpon abang Zain ya jika pulang sore," kata Zain tersenyum. Sambil menoleh pada Lisa. Agar adiknya itu tidak canggung padanya.
" Tapi abang kan harus bekerja.Masa punya waktu sih, buat jemput Lisa " kata Lisa menatap Zain.
" Hei santai saja, kerjaan abang juga ngak banyak. Oh ya bagaimana akhir pekan besok Lisa temani abang untuk melihat lihat kota. Agar tidak jenuh di rumah," kata Zain
" Boleh....tapi apa bang Amar akan ikut?" kata Lisa.
" Boleh kaki mau ikut, tapi kalo Amar belum pulang dari luar kota bagaimana?" kata Zain
" Ya cuma sama ade dong," kata Lisa
" Ngak apa apa, sekalian kita jalan jalan. Biar abang tahu banyak tentang kota ini.," kata Zain yang memang bercerita baru datang ke jakarta karna pindahan dari Surabaya.
" Insyaallah ya bang, kalo Lisa ngak sibuk. Lisa akan menemani abang jalan jalan. Tapi apa Lisa juga boleh belajar menyetir sama bang Zain, " kata Lisa melirik Zain.
" Apa ade ingin belajar menyetir?" kata Zain melirik Lisa.
" Ya bang, ade pengen bisa menyetir. Biar pas pergi pergi bisa bawa mobil sendiri Seperti bang Amar juga. Sejak motor Lisa rusak Lisa ngak bisa bawa motor lagi. Apalagi mobil ayah," kata Lisa
" Hahaha....ya pake mobil abang aja. Nanti kalo ade sudah kuliah. Abang akan belikan mobil untuk Lisa. Jika Lisa sudah punya SIM," kata Zain.
" Hah ...benaran bang, apa uang bang Zain banyak. Kok begitu niat banget mau belikan Lisa mobil," kata Lisa kaget.
" Ade kan sudah mau kuliah, kalo bawa mobil itu akan aman. Jika pulang malam kalo ada kegiatan di kampus. Apalagi kalo musim hujan. Ngak akan kehujanan. Kalo ade naik motor akan repot. Tapi mobilnya untuk hadiah ade lulus nanti. Jika ade lulus dengan nilai bagus," kata Zain.
" Masya Allah serius bang , Lisa mau bang. Tapi apa itu ngak kemahalan," kata Lisa menatap Zain ragu.
" Tidak, abang sudah punya gaji besar di perusahaan tempat abang Zain bekerja. Jadi abang bisa mengumpulkan uangnya untuk beli mobil ade," kata Zain tersenyum.
" Alhamdulilah, mudahan bang Zain naik gaji lagi dan dapat bonus besar ya bang. Lisa ikut senang dengarnya. Apalagi ade mau di belikan mobil. ," kata Lisa tersenyum bahagia. Jika Zain akan memberikan hadiah untuknya.
" Aamiin ," kata Zain membuang nafas kasarnya sembari tersenyum. Saat melihat tingkah polos Lisa. Karna ia juga ingin berbagi kebahagian bersama adiknya.
***************
Disisi lain Amar berbaring sambil menatap langit langit kamar mewahnya. Yang 4 kali lebih besar dari kamarnya di rumah. Namun rumah itu terasa sangat sepi. Setelah makan malam tadi papinya langsung pergi keruang kerja. Dan maminya sedang bicara pada seseorang. Hingga membuat Amar merasa asing di rumahnya sendiri.
Padahal biasanya di malam seperti ini. Amar berkumpul bersama ayah dan bundanya untuk nonton tv bersama di ruang tengah. Sambil bercanda dengan Lisa adiknya. Yang membuat Amar rindu dengan keluarga lamanya. Padahal baru sehari ini ia tidak bertemu. Namun Amar merasakan sangat rindu pada keluarga lamanya.
" Ade . ." kata Amar saat mengingat Lisa Yang biasa mengodanya. Tawa adiknya itu kadang membuatnya terhibur saat lelah pulang bekerja.
" Apa kabarmu hari ini de" kata Amar yang langsung meraih ponselnya. Untuk menelpon Lisa.
Dan Amar dengan sabar menunggu sambungan ponselnya. Karna tadi pagi ia belum sempat berpamitan pada adiknya
Dan tidak lama ...
" Bang Amar jahat, kenapa ngak bilang ade. jika abang mau keluar kota?" kata Lisa dengan suara memelas dari sebrang sana.
" Maaf , abang lupa karna tadi pagi buru buru," kata Amar memberi alasan. Sembari memindahkan mode vidio call. Untuk bisa melihat wajah Lisa.
" Ya abang tega," kata Lisa manyun Saat melihat wajah Amar di ponselnya.
" Maaf , tapi sekarang abang sudah bilang sama ade kan," kata Amar.
" Telat....., tapi bang. tadi malam Lisa bermimpi di peluk bang Amar erat. Lisa sempat mau nangis, saat abang lepas pelukannya. Seperti mau ninggalin ade pergi jauh," kata Lisa dengan wajah sendu.
Deg.......
" Ade bermimpi?" kata Amar yang langsung teringat ciumannya malam itu. Hingga menatap lekat wajah Lisa di layar ponsel. Yang membuat Amar menelan salivanya. Saat melihat bibir mungil Lisa.
" Ya bang, apa benar abang lama disana. Jangan lama lama ya bang Lisa kangen," kata Lisa memanyunkan bibirnya.
Hingga Amar pun cepat mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Pura pura sedang mencari sesuatu di samping bantalnya
" Abang juga," kata Amar sembari berusaha membuang pikiran kotornya. Entah mengapa melihat bibir Lisa ia ingin melumatnya lagi.
" Ya makanya cepat pulang ya bang. Kan abang mau wisuda," kata Lisa
" Ya de, sudah dulu ya de. Abang akan pulang nanti jika dekat wisuda. Ini ada teman yang mau tanya tanya. Sudah dulu ya assalamualaikum," kata Amar yang tidak mau berlama lama bicara dengan Lisa.
" Yah...kok cuma sebentar sih?" kata Lisa cemberut.
" Nanti abang kirim pesan, jika mau tanya ade. Dah.... selamat malam. Jangan lupa berdoa kalo mau tidur. Abang sayang ade," kata Amar cepat mematikan ponselnya. Karna pikiran kotornya mulai berkecamuk dalam dirinya.
" Huh.... ya tuhan ada apa dengan ku," kata Amar memegang dadanya yang berdegup kencang. Lalu memegang bibirnya. Saat teringat bibir itu yang mencium adik sendiri
" Tapi dia bukan adikku..." guman Amar
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar