Hidup Nicho Javariel benar-benar berubah dalam sekejap. Ketenaran dan kekayaan yang dia dapatkan selama berkarir lenyap seketika akibat kecanduan obat-obatan terlarang. Satu per satu orang terdekatnya langsung berpaling darinya. Bukannya bertobat selepas dari rehabilitas, dia malah kecanduan berjudi hingga uangnya habis tak tersisa. Dia yang dulunya tinggal Apartemen mewah, kini terpaksa tinggal di rumah susun lengkap dengan segala problematika bertetangga. Di rumah susun itu juga, ia mencoba menarik perhatian dari seorang perempuan tanpa garis senyum yang pernah menjadi butler-nya. Dapatkah ia menemukan tempat pulang yang tepat?
"Naklukin kamu itu bangganya kek abis jinakin bom."
Novel dengan alur santai, penuh komedi sehari-hari yang bakal bikin ketawa-ketawa gak jelas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Melihat rumah Sera yang mendadak diseruduk emak-emak rusun, membuat Nicho dan Ucup bergegas ke sana untuk mengetahui apa yang terjadi. Begitu tiba di tempat itu, Nicho yang belum pernah sama sekali menginjakkan kaki ke dalam, langsung menerobos masuk di antara kepungan ibu-ibu yang tengah melemparkan cacian dan hardikannya.
Untuk sesaat, baik Nicho maupun Sera saling bersitatap diam. Pria itu mendadak terpaku begitu melihat Sera yang terduduk di lantai dengan penampilan acak-acakan. Tiga kancing bajunya terbuka hingga hampir menunjukkan dalamannya. Sebelah bahunya pun terekspos karena kerah bajunya yang melorot ke samping. Di wajahnya tampak ada bekas cakaran. Namun, yang membuat Nicho semakin terkejut adalah kehadiran sosok lelaki yang berada di sampingnya.
Meski tak mengenal pria itu, tapi ia cukup familiar dengan wajahnya. Pasalnya pria itu adalah penghuni lantai dua yang kerap bertengkar dengan istrinya. Bahkan istrinya yang sangar juga berada di sini dan berdiri paling depan sambil memegang gagang sapu seolah tengah memimpin pertempuran.
Kendati tengah diamuk ibu-ibu, perempuan itu sama sekali tak menunjukkan rasa bersalah maupun ketakutan, malah melempar tatapan tajam yang membuat istri dari pria di sampingnya itu semakin naik pitam.
"Apa Lo, hah? Sok-sokan nantangin gua?" geram ibu itu dengan mata yang melotot, "Dasar perempuan gatal! Suka goda laki orang!" Saat hendak melayangkan gagang sapu ke arah kepala Sera, Nicho langsung mencegatnya.
Bersamaan dengan itu, terdengar suara pak RT yang datang untuk menengahi.
"Ada apa ini ribut-ribut!"
"Ada pelakor di rusun kita, Pak! Ini cewek ngegodain suami saya," jawab ibu itu yang kemudian turut disahuti emak-emak lainnya.
"Usir saja dia dari sini Pak RT!"
"Dia ini wanita panggilan!"
"Tenang, Ibu-ibu! Tenang!" ucap pak RT sambil menggulung sarungnya yang hampir melorot.
"Gak Pak RT, saya gak puas kalo belum lihat nih cewek angkat kaki dari rusun kita. Lihat aja, suami saya malah berani main di rumahnya siang-siang gini!" lontarnya berang.
"Atas dasar apa cewek secantik ini mau sama lakik ibu yang bentukannya mirip adonan gagal kek gitu?" sambar Nicho seketika.
"Bisa aja kan karena dia emang jual tubuhnya jadi gak peduli dengan tampang suami saya! Dengar-dengar dia kan suka open BO!" ketus ibu itu masih dengan amarah yang meluap-luap.
"Berhenti menilai seseorang melalui cerita orang! Apalagi kalo Anda gak lihat langsung!" tandas Sera membela diri.
"Jangan sembarangan ngomong, Buk! Gimana kalo kenyataannya, suami ibu yang kegenitan dan bersikap gak senonoh sama pacar saya?" sambar Nicho lagi sambil berkacak pinggang.
"Hah, pacar?" Semua yang ada di sana melongo seketika, termasuk pak RT.
"Jadi kamu pacaran sama neng Sera, Jaka?" tanya pak RT seolah hendak menginformasikan ucapan Nicho barusan.
"Iya, Pak RT. Jaka sama neng Sera eheman. Makanya Jaka mau tinggal sementara sama saya, biar bisa mantau dan jagain neng Sera." Ucup ikut menimpali sekaligus membuat semuanya tampak meyakinkan.
Pria itu lantas berkata, "Pak RT dan semuanya, maaf dah bikin keributan. Emang ini saya yang salah. Saya yang menerobos masuk ke rumah Neng ini. Tadinya cuma penasaran karena banyak gosip yang bilang, Neng ini open BO, kali aja saya bisa pakai jasanya terus nego lebih dulu."
Ucapan blak-blakan dari pria itu, membuat istrinya langsung melayangkan pukulan bertubi-tubi padanya. Nicho pun hendak menyikut pria itu tapi segera ditahan oleh Ucup dan pak RT.
"Jangan gunakan energi ibu buat marah-marah kayak gini setiap hari. Apa semua perempuan yang digoda suamimu harus kamu datangi seperti ini? Yang bermasalah itu kan suami ibu," ucap pak Ngadimin yang sedari tadi berusaha netral.
"Iya, mending ibu ke warung sekarang, beli cairan obat nyamuk dan racuni dia. Suami seperti dia cukup serahkan pada Tuhan." Ucup ikut menimbrung.
"Dari tampang-tampangnya, suami kek gini lihat kambing dibedakin aja langsung birahi," celetuk Nicho kesal.
Para emak-emak itu lantas saling berbisik-bisik dan menggeleng-geleng dengan kelakuan si suami yang terkenal kerap main serong. Sementara istrinya tadi langsung menjewer telinga suaminya dan menggiringnya keluar dari rumah Sera.
Kini giliran ibu-ibu julid yang mendapat semburan mulut pedas Nicho. "Ibu-ibu, lain kali jangan kek sumbu pendek. Dari pada ngurusin hidup orang, mending lu pada urusin keluarga masing-masing. Yang punya anak cewek, jagain tuh anak biar gak kena rayuan maut lelaki. Yang punya anak cowok, nasihatin tuh biar gak modusin anak gadis orang. Yang punya suami kang selingkuh, mending dibuang aja. Suami kalian bukan ultramen yang bisa langsung berubah. Kalo bentukan setelan pabriknya dah kek gitu, ya bakal gitu terus!"
Semua orang segera membubarkan diri, menyisakan Nicho yang tetap berada di sana. Nicho menghela napas sesaat, kemudian menoleh ke arah Sera yang masih terduduk di sudut ruang. Ia lantas berjongkok di hadapan perempuan itu. Sera langsung berpaling, saat pria itu hendak menyentuh garis cakaran yang terdapat di pipi kirinya.
"Di mana kotak P3K?"
Pertanyaan Nicho membuat Sera langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan lamat.
"Kamu punya kotak P3K di rumah, kan?" tanyanya lagi.
"Aku bisa mengurus diriku sendiri. Sebaiknya kamu segera keluar sebelum orang pada ngira yang enggak-enggak lagi," ucap Sera dengan suara yang terdengar lemah.
"Aku bakal langsung keluar setelah ngobatin luka kamu. Aku gak bisa lihat cewek terluka," ucapnya lagi, tetapi langsung segera ditimpali kembali, "Maklum, jiwa empati dan sosialku ini cukup tinggi. Perempuan kayak kamu gak cocok tinggal di tempat kayak gini!"
"Gimana dengan kamu sendiri?" tanya Sera balik, masih dengan menancapkan tatapannya pada sepasang manik hazel Nicho.
"Aku? Aku pria bisa tinggal di mana saja. Tapi perempuan harus memastikan tempat yang mereka tinggali itu aman."
Sudut bibir Sera tertarik tipis disertai gerakan tangan yang menunjuk ke suatu arah. Nicho ikut menoleh ke arah yang ditunjuknya. Ia bisa melihat sebuah kotak kecil di atas lemari. Ketika hendak mengambilnya, mata pria itu malah tertuju pada sebuah buket bunga yang diletakkan di atas bufet kayu.
.
.
.
Like dan komeng
itu mah gagap kali
setidaknya kali ini Sera nanya keadaan Nicho, berarti Nicho terlihat dimatanya🤭