Tak perlu menjelaskan pada siapapun tentang dirimu. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak akan mempercayainya.
Dalam hidup aku sudah merasakan begitu banyak kepedihan dan kecewa, namun berharap pada manusia adalah kekecewaan terbesar dan menyakitkan di hidup ini.
Persekongkolan antara mantan suami dan sahabatku, telah menghancurkan hidupku sehancur hancurnya. Batin dan mentalku terbunuh secara berlahan.
Tuhan... salahkah jika aku mendendam?
Yuk, ikuti kisah cerita seorang wanita terdzalimi dengan judul Dendam Terpendam Seorang Istri. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author ya, kasih like, love, vote dan komentarnya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap ujian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTSI 26
Sudah lima hari, Salwa dirawat di klinik. Dengan telaten Ningsih menjaga dan merawat anaknya dengan penuh kasih sayang. Setiap sore Supri dan Rina datang menjenguk dan meminta Ningsih untuk istirahat. Meskipun Rina tengah hamil besar, tapi dia begitu perduli dengan musibah yang dialami kakaknya, bahkan Supri juga begitu baik dan selalu ringan tangan untuk membantu keponakan dan kakak iparnya.
"Rin, perutmu sudah besar. Jangan banyak wira wiri, takutnya kamu kecapek'an. Insyaallah, mbakmu ini masih sanggup urus Salwa sendirian. Kamu dirumah saja, temani ibuk." Ningsih menatap adiknya dengan tatapan hangat, di dalam hatinya ia begitu mensyukuri karena memiliki saudara seperti Rina.
"Gak papa, mbak. Aku juga pengin nengokin keponakan tersayangku ini. Rasanya kangen kalau sehari saja gak ketemu sama Salwa." Rina tersenyum manis dan menatap Salwa yang tengah makan martabak manis rasa keju kesukaannya. Tadi sebelum berangkat ke klinik, Rina mampir membelikan makanan kesukaan keponakannya itu.
"Yasudah, tapi mbak gak mau kamu kecapean dan terjadi apa apa sama kandungan kamu. Ibuk gimana, sehat kan?" Balas Ningsih, masih dengan wajah hangatnya.
"Alhamdulillah, ibu sehat mbak. Kapan, Salwa di bolehkan pulang, mbak. Ini sudah lima hari Salwa dirawat, dan kelihatannya dia juga sudah lebih baik dan sudah kembali ceria."
"Insyaallah besok sudah boleh pulang, nunggu dokter anaknya dulu. Biasanya nanti malam jam sembilan dokternya datang mengontrol." Sahut Ningsih sambil menghembuskan nafasnya dalam.
"Alhamdulillah, semoga besok Salwa boleh pulang. Gak tega aku, lihat Salwa di pasangin jarum kayak begitu. Sedih saja rasanya, semoga setelah ini Salwa sehat terus. Aamiin." Rina membalas dengan senyuman teduh, tangannya membelai rambut keponakannya penuh dengan kasih sayang.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Ningsih termenung, duduk sendirian di sofa ruang tamu. Salwa sudah tidur setelah minum obat satu jam yang lalu, sedang Bu Yati sudah terlelap sejak habis magrib tadi. Pikiran dan hati Ningsih gelisah dan cemas, karena dia sudah dikeluarkan dari pabrik plastik tempatnya bekerja, karena satu Minggu tidak masuk kerja lantaran Salwa di rawat.
"Aku harus cari kerjaan baru, tapi apa? Cari kerja sekarang sulit sekali, apa lagi tanpa ijasah sepertiku. Aku menyesal, kenapa dulu ceroboh sekali, sampai sampai semua ijasahku ilang dan sampai sekarang gak ketemu. Ya Alloh, berikan kemudahan dan jalan untukku bisa memenuhi kebutuhan anak dan ibuku." Lirih Ningsih dengan dada bergemuruh menahan rasa sesak. Tak terasa air matanya sudah jatuh membasahi pipinya yang semakin tirus. Entah dapat ide dari mana, Ningsih tiba tiba kepikiran untuk membuat status di aplikasi watshap nya. Meminta info jika ada loker untuk dirinya. Dan benar saja, beberapa pesan dari beberapa temannya masuk untuk menawarkan pekerjaan. Ada yang menawarkan jadi SPG tapi harus ada ijazah, ada yang menawarkan kerja di laundry tapi jaraknya lumayan jauh dari rumah, ada yang menawarkan jadi seles marketing sebuah produk alat masak.
"Asalamualaikum, Ning. Kamu beneran butuh kerjaan, ikut aku saja. Insyaallah kerjanya enak kok, aku yakin kamu bisa dan akan betah." Ayu, dulu dia juga kerja di pabrik plastik, keluar lebih dulu dari Ningsih dan kini menawarkan pekerjaan.
"Kerja apa, Yu? Dimana dan gajinya gimana?" Balas Ningsih dengan harapan yang tinggi.
"Jadi seles alat masak, tapi kita gak harus jalan kaki gitu, kita diantar keliling pakai mobil kok, ya berkelas gitu loh. Kantornya ada di Permata indah, dan soal gaji tergantung dari penjualan sih. Tapi aku bisa dapat lumayan loh dalam sebulan. Coba saja dulu dari pada nganggur." Bujuk Ayu dengan menggebu gebu dan Ningsih jadi tertarik dan mengiyakan ajakan Ayu untuk kerja ikut dengannya menjadi seles.
"Kalau kamu mau, besok aku tunggu jam delapan di kantor, biar langsung aku ajak ketemu sama bosnya. Tapi kamu harus pakaian rapi ya, celana panjang dan pakai kemeja, gak boleh pakai kaos. Dan satu lagi, harus dandan yang cantik, makeup tipis tipis lah setidaknya." Sambung Ayu dengan suara cemprengnya.
"Oke, Yu. Besok aku akan ke kantor, tapi aku belum tau alamatnya loh." Balas Ningsih dengan wajah yang tak lagi murung, harapan dan semangatnya kembali berkobar.
"Nanti aku sharelock gak usah khawatir, yasudah aku mau tidur dulu. Besok aku harus berangkat pagi pagi, Asalamualaikum." Tutup Ayu yang mengakhiri obrolan mereka. Ningsih yang semangat, langsung masuk ke kamarnya, membuka lemari pakaiannya dan mencari celana kain juga kemeja yang cocok untuk tubuhnya.
"Bismillah, semoga ini jalan untukku menafkahi anak dan orang tuaku. Berikan kemudahan ya Robb." Bisik Ningsih di dalam hatinya, lalu merebahkan tubuhnya di samping Salwa yang masih terlelap, di kecupnya pipi putih sang anak dengan penuh cinta.
Pagi pagi sekali Ningsih sudah bangun untuk memasak, karena dia harus datang ke kantor yang di tunjukkan oleh temannya. Dan ningsih juga sudah memberitahu Rina kalau dia akan pergi melamar pekerjaan, Rina yang tanpa diminta langsung tau dan paham jika dia harus menjaga ibu dan Salwa. Ningsih lega, karena adiknya itu begitu pengertian.
Pukul delapan kurang sepuluh menit, Ningsih sudah ada di depan kantor dan Ayu datang menyambutnya. Ayu mengajak Ningsih untuk menemui atasannya, dan Alhamdulillah Ningsih langsung di suruh untuk masuk kerja saat itu juga. Hati Ningsih tak henti mengucapkan syukur dan juga sangat berterima kasih pada Ayu, apalagi semua teman temannya juga menyambutnya dengan baik.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Dua bulan berlalu, Ningsih menikmati pekerjaannya dan hasil yang diperoleh sudah lumayan, cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Bukan pertama, Ningsih menerima gaji masa trainingnya sebesar satu juta lima ratus, dan di bulan kedua Ningsih menerima gaji hampir dua juta, karena dia bisa menjual produknya cukup lumayan. Ningsih memang begitu pandai dalam menawarkan produk jualannya, cara bicara dan sikapnya banyak membuat orang tertarik untuk membeli produk yang dia tawarkan. Dan penampilan Ningsih juga sudah berubah, karena pekerjaannya menuntut penampilan juga. Ningsih jadi rajin merawat diri. Bahkan dia juga mulai luas dalam pergaulan, karena setiap hari bertemu dengan banyak orang.
Hari ini, Ningsih sedang mengadakan demo di salah satu kampung di kota sebelah dan di situ Ningsih bertemu dengan Rahman, salah satu petugas desa yang memang sejak kedatangan Ningsih, Rahman terus memperhatikan dan rasa kagumnya juga mulai mengusik laki laki yang menyandang status duda tanpa anak itu.
Ningsih memang sedang mengadakan demo masak di salah satu balai desa di kampung bersemi, dan Alhamdulillah Ningsih bisa menjual sampai sebelas produk disana. Tak terkecuali Rahman yang ikut juga membeli panci serbaguna dan panggangan satenya. Padahal nominalnya cukup fantastis, dua barang harganya satu juta empat ratus. Bagi Rahman tak masalah, asal bisa mendapatkan nomor telepon Ningsih dan sedikit perhatian Ningsih. Karena Ningsih terlihat sangat sumringah saat dirinya membeli dua produk yang ditawarkan.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Hati Yang Kau Sakiti
#Dendam terpendam seorang istri
Novel Tamat
#Anak yang tak dianggap
#Tentang luka istri kedua
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
#Ganti istri [Tamat]
#Wanita sebatang kara [Tamat]
#Ternyata aku yang kedua [Tamat]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
gabung bcm yu
..
follow me ya thx