Delvia tak pernah menyangka, semua kebaikan Dikta Diwangkara akan menjadi belenggu baginya. Pria yang telah menjadi adik iparnya itu justru menyimpan perasaan terlarang padanya. Delvia mencoba abai, namun Dikta semakin berani menunjukkan rasa cintanya. Suatu hari, Wira Diwangkara yang merupakan suami Delvia mengetahui perasaan adiknya pada sang istri. Perselisihan kakak beradik itupun tak terhindarkan. Namun karena suatu alasan, Dikta berpura-pura telah melupakan Delvia dan membayar seorang wanita untuk menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dikta selalu ada
Ulang tahun kali ini sepertinya akan memiliki tempat tersendiri di hati Delvia, setelah sekian tahun, akhinya ada yang menemaninya meniup lilin, memotong kue serta memberinya hadiah secara langsung. Delvia tersenyum gusar, mengingat malam dimana dia menghabiskan waktu bersama Dikta di tepi pantai.
Alarm dari ponsel terus meraung, memaksa Delvia untuk mengakhiri mimpinya. Delvia meraih ponsel dan mencoba untuk mematikan alarm tersebut. "Biarkan aku tidur sebentar lagi!"
Benar saja, Delvia kembali melanjutkan mimpinya, bukan hanya sebentar seperti apa yang dia ucapkan sebelumnya, karena saat Delvia benar-benar terbangun, matahari telah kembali ke peraduannya. Artinya, dia melewatkan hari ini begitu saja, tanpa memikirkan pekerjaan dan rumitnya hidup.
"Aku tidur seharian penuh?" gumam Delvia tak percaya, rasanya sudah lama sekali dia tak merasakan tidur nyenyak tanpa bantuan obat. Delvia meraih ponselnya, memeriksa apakah dia memiliki panggilan atau pesan penting. Meski seharian tak ada kabar, nyatanya hanya Dikta yang mengirim pesan untuknya.
'Terima kasih untuk malam ini. Aku mencintaimu Delvia Mayuri.'
Delvia segera menghapus pesan tersebut setelah membacanya, sama seperti sebelumnya, dia juga mengabaikan pesan Dikta dan bersikap seolah tak terjadi apapun semalam. Delvia menyibak selimut tebalnya, setelah seharian tidur, kini tubuhnya merasa jauh lebih segar.
Setelah membersihkan diri, Delvia turun ke dapur untuk mencari makanan, sejak tadi perutnya terus berbunyi minta diisi. Sialnya Delvia harus menahan laparnya karena dia tidak menemukan apapun di dapur, bahkan kulkasnya hanya berisi beberapa kaleng soda dan botol air mineral.
Memesan makanan online adalah pilihan terbaik, selagi menunggu pesanannya datang, gadis itu memeriksa beberapa pekerjaannya yang dia lewati hari ini.
"Permisi, pesanan anda datang!" teriak seseorang dari luar rumah. "Permisi, pesanan atas nama Delvia Mayuri!"
Delvia berlari keluar begitu namanya di panggil, gadis itu kebingungan melihat kurir pesan antar yang tidak sesuai dengan pesanannya. "Maaf mas, sepertinya anda salah tempat. Saya tidak memesan makanan dari restoran ini."
"Tapi alamatnya benar disini dan atas nama Delvia Mayuri."
Delvia terpaksa menerima pesanan tersebut, alih-alih memakannya, Delvia malah menatap bungkusan berisi makanan dengan penuh tanya. Pada akhirnya rasa penasarannya terjawab saat Dikta mengirim pesan singkat, lagi-lagi pria itu mengirimkan makanan di saat Delvia kelaparan. "Tapi ini sangat banyak," ucap Delvia setelah mengeluarkan makanan tersebut.
Saat sedang makan, Delvia mendengar suara pintu terbuka, gadis itu sama sekali tak beranjak karena selain Wira tidak akan ada yang datang ke rumah mereka malam-malam begini.
"Via, kamu sudah di rumah?" tanya Wira begitu melihat istrinya berada di ruang makan.
"Hem," jawab Delvia dengan mulut penuh, gadis itu lalu menoleh dan tersedak makanan saat melihat Wira tak datang seorang diri, suaminya pulang bersama adik iparnya..
"Hati-hati," ucap Ditka seraya memberikan segelas air untuk Delvia, tanpa ragu Dikta juga menepuk punggung Delvia.
Sementara itu Wira hanya diam, mengamati adiknya yang sedang membantu istrinya. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya kemudian.
"Hmm, aku baik-baik saja mas," jawab Delvia dengan nafas tercekat, rasanya dia hampir mati karena tersedak. "Kenapa kalian datang bersama?" Delvia menatap suaminya penuh tanya.
"Kami mau mambahas masalah bisnis. Oh ya, apa kamu mengundang teman untuk makan malam bersama?"
Delvia menggeleng pelan. "Tidak, ada apa memangnya?"
"Tadi ada kurir mengantar makanan untukmu, tapi mejamu juga hampir penuh, aku pikir kamu mengudang teman-temanmu!"
"Aku sedang ingin makan banyak mas, seharian ini aku tidak sempat makan," jawaban Delvia terdengar konyol, dia seolah sedang mengakui jika dirinya rakus.
"Makanannya sangat banyak, sepertinya kamu tidak bisa menghabiskannya sendirian. Apa aku boleh bergabung, kebetulan aku belum makan malam?" ucap Dikta dengan senyuman penuh arti.
"Tentu saja," Jawab Delvia gugup. "Kamu juga belum makan malam kan mas? Ayo kita makan bersama," Delvia juga mengajak suaminya.
"Tentu!"
Delvia sama sekali tak menikmati makanannya, terjebak di tengah kakak beradik ini sungguh membuatnya frustrasi sekaligus gugup. Rasanya seperti makan malam bersama suami dan selingkuhan. "Heh? Selingkuhan? Apa yang kamu pikirkan Delvia? Kamu dan Dikta tidak memiliki hubungan apapun!" batin Delvia kesal, bisa-bisanya dia memiliki pemikiran gila seperti itu.
"Kenapa melamun?"
Pertanyaan Wira membuat Delvia terkejut, sampai-sampai Delvia menjatuhkan sendoknya ke lantai. Delvia lalu membungkuk untuk mengambil sendoknya. "Aku sedang memikirkan pekerjaan," jawabnya seusai mengambil sendok.
"Jangan terlalu memaksakan diri," pesan Wira seraya tersenyum. "Ngomong-ngomong kalungmu bagus. Aku belum pernah melihatnya? Apa itu baru? Dan liontinnya? Apa itu cincin?"
Ry dukung Dikta tunggu jandanya Delvi
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada buat Dy
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada bersamanya bkn suaminya
Lagian suaminya sibuk selingkuh sesama jenis
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Suami mana peduli
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Devi di datangi pelakor yg merebut ayah nya lagi
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
jangan sampai Dikta terjerat oleh Hera
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan