Dihianati, di Fitnah dan diperlakukan curang oleh orang-orang yang disayangin dan dipercaya membuat kematian Azzura tidak terima dan bersumpah bahwa dendamnya akan terus menghantui mereka yang menyakitinya.
Azzura dihukum mati karena difitnah telah berzina dengan pamannya yang seorang jendral. yang mana sanga Paman juga dihukum mati.
Saat itu Azzura mengucapkan sumpahnya dihadapan para penghianat dengan tatapan mata tajam penuh dendam.
Setelah sadar ternyata dia kembali dikehidupan saat umurnya berusia 15 tahun. Disaat sang Ayahnya akan diangkat menjadi Raja.
Dan dari sinilah balas dendamnya dimulai.
Bagaimana kisah selanjutnya? ayo ikuti cerita Azzura...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon young bee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Acara persiapan untuk penobatan Sang Raja berjalan dengan Khikmat dan lancar. Meski ini baru persiapan namun ibu Azzura sudah sangat Lelah.
“Aku akan beristirahat dulu,” ucap Sang ibu yang masih disamping Azzura. Seingat dia, saat ibunya mengatakan hal itu sang ibu tiba-tiba terjatuh karena kakinya terselip gaunnya sendiri yang terlalu panjang, dan kepalanya membentur tiang yang ada disamping dia hingga berdarah, dan semenjak itu sang ibu sering sakit-sakitan.
Benar saja Nyonya Elena langsung tersikap oleh gaunnya sendiri yang panjang dan hampir jatuh namun langsung ditahan oleh Azzura dengan memegang lengan Sang Ibunda. Membuat ibunya tetap berdiri dan tidak terjatuh, Sang ibu langsung menatap Azzura dengan bingung.
“Anak ini mengapa tenaganya kuat sekali dan bisa menahan tubuh ku?” Karena dia merasakan benar-benar akan jatuh jika bukan karena dipegang dan ditahan Azzura.
Dari ukuran tubuh jelas Azzura masih sangat kecil dan tidak sepadan dengan sang Ibu.
“Anda tidak apa-apa Nyonya?” Tanya pelayan yang langsung datang menghampiri untuk membantu. Nyonya Elena tersadar dan langsung berdiri tegak.
"tidak apa-apa, ayo.” Ucap Nyonya Elena.
“Hati-hati bu.” Ucap Azzura seraya melepaskan pegangannya dan Sang ibu hanya mengangguk.
“Jika memang aku kembali kemasa lalu, maka aku harus merubahnya dan membalikkan keadaan mulai saat ini,” batin Azzura lalu menengok kearah tiga selir yang sedang bercanda dan tersenyum.
Azzura pun tersenyum sinis melihat keakraban mereka.
Azzura dengan anggun berjalan turun dari singgasana, jika ingatan nya benar. 1 bulan dari sekarang persiapan penobatan Ayahnya menjadi Raja akan dilangsungkan. Dimulai sejak hari ini para selir-selir itu sudah mulai berani dengan lancang mempengaruhi Ayahnya untuk memukul mundur sang ibu yang tidak lain akan menjadi seorang Ratu.
Azzura berjalan kembali kekamar dengan beberapa pelayan dibelakangnya. “Aku ingin istirahat karena merasa lelah, kalian bisa meninggalkan ku sendiri.” Perintah Azzura tanpa melihat kebelakang yang mana para pelayan mengiringinya.
Semua memberi hormat lalu mundur meninggalkan Azzura. Azzura sendiri masuk kekamarnya dan duduk dikursi seraya memikirkan banyak hal. Dia mengelus lehernya dimana rasa sakit masih terasa dan masih terasa linu jika mengingat kejadian pemenggalan kepalanya.
Azzura melihat sekeliling kamarnya dan mencari buku tua pemberian sang Kakek. Dulu sebelum meninggal kakek nya pernah memberikan sebuah buku tua, bersampul kulit dan sudah sangat lusuh.
Kakeknya berkata. “Jika kau ingin mengetahui suatu rahasia, maka bacalah buku ini.”
Azzura langsung berfikir mengenai kejadian dirinya yang kembali kemasa lalu ini dan mengingat buku itu. Selama ini dia tidak pernah membukanya.
Namun terakhir sebelum bertemu pamannya di pafilum kerajaan dia sempat menemukan buku ini ditumpukan baju lama miliknya dan membuka sebentar namun hanya kertas kosong tanpa tulisan satu pun.
Seingatnya buku itu tidak dibawa pindah ke kerajaan mengapa bisa ada dikamarnya waktu itu.
Azzura mencari dengan seksama disusunan lemari buku miliknya dan benar saja dia menemukan buku itu ditumpukan bawah bersama buku-buku lama milikinya.
“Ketemu,” Batinnya. Azzura mengambil buku itu dan membawanya kemeja untuk membukanya.
Dengan menarik nafas dia membuka buku itu, namun tetap sama masih kosong. Dia langsung kecewa dan membuang nafas kasar. Saat akan menutupnya terlihat sedikit cahaya keluar dari kertas dan Azzura langsung membuka kembali lalu melihat cahaya itu membuat sebuah tulisan.
"Azzura Erum", yang tertulis pada kertas itu.
“Kenapa ada nama ku?” Pikir Azzura terkejut dan heran.
Dia membolak balik setiap lembarnya dan mencari mungkin akan muncul tulisan lainnya, namun tidak ada dan hanya da namanya saja.
Azzura semakin pusing dan tidak bisa berfikir.
“ada apa sebenarnya.” Tidak lama pintu kamarnya diketuk.
“Siapa?” tanya Azzura.
“Kakak ini aku Lily.” Ucap suara dibalik pintu.
Lily adalah anak dari selir Inez, dia adik tiri Azzura. Dua selir ayahnya sudah mempunyai anak sebelum menikah dengan Ayahnya yang hampir seumuran dengan Azzura. Karena itulah Azzura anak kandung dan Putri pertama sang Raja, jelas menjadikan dia Putri Mahkota.
Seingat Azzura Lily adalah srigala berbulu domba, rasa iri yang besar kepada Azzura membuat Lily yang sangat disayang Azzura menjadi jahat dan bertindak semena-mena serta senang memutar balikkan fakta. Dia dan ibunya sama saja semuanya pengkhianat.
Saat Azzura mendengar suara Lily langsung terenyum sinis dan memiliki sebuah rencana.
Seingatnya Lily akan mengajaknya ketaman untuk bermain dan melihat tanaman, namun lily dengan sengaja dan tanpa rasa bersalah menggoreskan tanaman berduri dan beracun ketangan Azzura hingga membuat luka yang cukup dalam dan sulit untuk disembuhkan menjadikan tangannya bengkak berhari-hari, sampai hari penobatan Ayanhnya pun tangannya masih terasa nyeri, sungguh jahat.
Azzura terfikirkan sesuatu lalu tersenyum.
"Permainan dimulai,” Bisiknya.
Azzura membuka pintu kamar dengan lebar dan tersenyum manis pada Lily.
“Kakak…” panggil lily dengan manja dan langsung merangkul tangan Azzura.
“Aku ingin mengajak mu ketaman apa kau mau, aku ingin melihat tanaman yang sedang tumbuh.” Pinta Lily dengan lembut dan merayu.
“Baiklah.” Azzura mengiyakan ajakannya.
Lily tersenyum lebar dan menarik lengan Azzura dengan girang, mereka berdua berjalan ketaman kediaman Carian yang sangat luas, Ayah Azzura masih keturunan Raja terdahulh , awalnya dia memang bukan pangeran mahkota.
Hanya saja dua orang pangeran mahkota yang masih muda meninggal karena sakit yang misterius. Sejak saat itulah Ayahnya dipilih manjadi Raja karena masih bangsawan kerajaan dan juga sepak terjang sang ayah didunia perdagangan sangat luas.
Lily mengoceh tidak karuan, sama persis seperti yang dia ingat dulu. Tidak lama lily berteriak melihat kupu-kupu yang banyak dan berkumpul dibunga-bunga yang baru bermekaran.
“Kakak lihat itu, indah sekali.” Suaranya yang keras membuat Azzura risih. Dulu dia tidak enak jika menegur lily namun kali ini berbeda.
“Kecilkan suara mu lily. Sungguh tidak sopan.” Ucap Azzura dengan tegas.
Membuat lily terkejut dan heran dengan kakaknya ini, dia tidak pernah berbicara tegas kepadanya semenjak masuk kekeluarga Erum, Azzura selalu tersenyim manis dan ramah, namun kali ini berbeda.
“Maaf kak,” Lily langsung behenti dan menunduk.
“Apa-apaan dia, berani memperingatkan ku, cih..” Batin Lily yang kesal. “Lihat saja nanti,” sinisnya.
“Kakak ayo kesana, bunga-bunga nya cantik sekali.” Ajak lily dengan sedikit lembut.
Azzura mengikuti lily dan berjalan kearah yang ditunjuknya.
“Wahh.. bunga-bunga ini sungguh indah,” ucap lily yang terlihat kagum.
Tidak lama saat Azzura berada dibelakangnya lily memetik satu tangkai bunga yang memiliki kelopak berduri.
“Kakak lihat ini,” Dengan gerakan cepat lily berbalik kearah Azzura, namun Azzura sudah mundur dan justru tangan Lily yang tergores oleh tanaman yang Azzura pegang.
“Akkhh!!!” Teriak Lily. Azzura hanya tersenyum sinis mendengar terikan Lily. “Dulu itu adalah teriakan ku.” Batinnya tertawa.
“Sakit..” keluhnya. Para pelayan langsung menghampiri karena mendengar teriakan Lily.
“Ah, adik… aku tidak tahu karena kau langsung berbalik. Maaf...” Ucap Azzura yang agak merasa bersalah namun senang.
“Sial, kenapa malah aku yang kena?” Batin Lily.
Saat para pelayan datang mendekati lily, Azzura langsung mundur dengan perlahan. “Nona kau tidak apa-apa?” Tanya pelayan lainnya.