Reiner merupakan ketua Mafia/Gengster yang sangat di takuti. Ia tak hanya di kenal tak memiliki hati, ia juga tak bisa menerima kata 'tidak'. Apapun yang di inginkan olehnya, selalu ia dapatkan.
Hingga, ia bertemu dengan Rachel dan mendadak sangat tertarik dengan perempuan itu. Rachel yang di paksa berada di lingkaran hidup Reiner berniat kabur dari jeratan pria itu.
Apakah Rachel berhasil? Atau jerat itu justru membelenggunya tanpa jalan keluar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Terlambat datang bulan?
"Kau kenapa, kau sakit gara-gara ku ajak belanja?" Reiner tampak kesal karena Rachel mengajaknya keluar.
Rachel menggeleng. "Maaf tuan, saya benar-benar tidak tahan dengan bau daging itu!"
Reiner malah merasa jika Rahel merupakan orang kampungan yang norak. Ia akhirnya kehilangan selera makan dan memilih pulang. Sepanjang perjalanan, Rachel sepertinya menyadari kalau Reiner marah.
Mereka tiba dan Reiner langsung berjalan mendahului. Jelas menegaskan bila pria itu memang sedang kesal. Reiner tampak masuk ke dalam ruang kerjanya sementara Rachel jadi bingung harus berbuat apa.
Ia heran dengen dirinya yang akhir-akhir ini mudah merasa lelah dan cukup sensitif dengan bau. Padahal dulu tidak.
Marlon yang melihat Rachel terdiam di ambang pintu berjalan mendekat. "Nona, anda sudah selesai berkencan? Dimana tuan Reiner?"
"Kencan?" Rachel mengulang kalimat Reiner dengan muka bingung.
Marlon mengangguk. "Bukankah tuan pergi karena mengajak anda berkencan?"
Oh, damned it. Rachel sungguh-sungguh tak tahu akan hal itu. Rachel mendecak, pantas saja Reiner terlihat marah. Tapi kenapa harus seperti itu kalau kencan? Dia kan jadi tidak tahu.
"Emmmm...tuan sudah masuk. Sepertinya, dia sangat sibuk!" Rachel meringis menutupi rasa malunya.
Marlon mengangguk. Pria itu tak tahu saja bila acaranya gagal total.
Malam harinya, Rachel bingung dengan beberapa belanjaan yang ia beli. Tapi ia harus segera mengakhirinya kebingungannya sebab Reiner tiba-tiba masuk.
"Kau senang?" kata Reiner karena melihat Rachel memandanginya satu persatu belanjaan yang tadi dia beli.
Rachel mengangguk. Mencari aman sebab tak ingin membuat Reiner kembali marah.
"Kau beli banyak sekali. Apa yang kau beli untukku?"
DEG
Celaka, ia bahkan sama sekali tak terfikir untuk membeli sesuatu untuk orang itu. Bagaimana ini?
Reiner mengurutkan keningnya melihat air muka Rachel. "Kenapa kau diam? Jangan bilang kau menghabiskan uangku tapi kau malah tak ingat sama sekali dengan ku?"
Oh Tuhan, lihatlah wajahnya yang sudah berubah ke setelan pabrik itu!
Rachel menelan ludahnya. Habislah sudah. Ia benar-benar tak mengerti bila Reiner tadi mengajaknya pergi adalah dengan tujuan mengajaknya kencan. Mana dia tahu kalau itu kencan? Astaga.
"Hey!" Reiner mulai kehilanganmu kesabarannya.
"Mmmm, tentu saja aku tidak lupa. Tak mungkin aku lupa!" ia menjawab sembari memutar otak dengan cepat guna mencari solusi.
Dan Rachel tiba-tiba ingat jika ia mendapatkan hadiah kaos dari pegawai perempuan tadi . Ia mengaduk dan mengacak-acak isi kantung belanjaan hanya untuk mencari kaos tadi. Membuat Reiner menarik sebelah alisnya. Penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Rachel.
Dan setelah lama mencari, ia akhirnya menemukan kaos couple itu. Kaos putih dengan gambar hati utuh bila di dekatkan.
"Ini tuan!" dengan ngos-ngosan ia menunjukkan kaos putih dengan gambar hati merah itu kepada Reiner. Merasa jika ia pasti akan selamat.
Reiner menyambar kaos itu lalu melihatnya. "Apa ini?"
Rachel buru-buru mengambil lagi. "Ini namanya kaos couple. Kaos ini tadi ku beli karena hanya ada tiga potong. Lihatlah tuan, ini sangat bagus bukan?" ia membentangkan dua kaos ke atas kasur untuk menunjukkan hasil yang presisi bila kaos itu di dekatkan.
"Ini untuk anda, dan ini untuk saya!" tenang Rachel seolah-oleh itu merupakan hadiah yang sengaja ia beli.
Reiner terdiam melihat hal itu. Membuat Rachel mengira jika Reiner tak menyukai barang itu sebab ia memang tak pernah melihat Reiner mengenakan kaos ataupun baju selain warna hitam.
"Emmmm, kalau anda tidak suka..."
"Siapa yang bilang tidak suka? Mana?" Reiner meminta kaos itu dengan muka datar. Menutupi sebuah ledakan aneh di dalam hatinya.
Namun Rachel seketika tersenyum. Ia benar-benar terselamatkan dengan kaos itu. Meskipun tidak tersenyum, tapi setidaknya Reiner tidak melanjutkan marahnya.
Di dalam ruangan, Reiner tersenyum lebar ketika melihat kaos itu. Teringat saat Rachel menerangkan agar kaos itu bisa membentuk pola hati yang pas bila di dekatkan. Marlon yang kebetulan masuk menjadi terheran-heran, apa yang membuat bosnya bisa tersenyum se lebar itu? Mengingat jika Reiner merupakan orang yang jarang tersenyum.
Di lain pihak, Mulan yang saat ini datang bulan mengalami kesulitan. Ia tak memiliki apapun di sana dan Leon sedang pergi. Ia memberanikan diri membuka pintu dan berjalan untuk mencari kamar pembantu. Ia mengetuk pintu tersebut dan terkejut sebab yang membuka adalah Rachel.
"Maafkan saya nyonya!" ia buru-buru berbalik karena menyadari jika telah salah kamar.
"Ehhh, kenapa buru-buru!"
Mulan takut sebab mengira jika Rachel adalah istri Reiner. Ia membalikkan badannya dengan takut. Menatap Rachel yang juga terlihat sama takutnya.
"Ada apa, kenapa wajahmu cemas?"
"Saya...sedang datang bulan. Bisakah saya meminta pembalut?"
***
Beberapa saat kemudian, Mulan yang baru keluar kamar mandi mengucapkan terimakasih karena Rachel telah memberinya pembalut dan mengajaknya masuk.
"Maaf nyonya, saya benar-benar telah merepotkan anda!" kata Mulan sungkan.
"Jangan panggil aku nyonya. Aku... aku juga pelayan di sini!" tenang Rachel tersenyum.
Maka Mulan terkejut. "Benarkah?"
Rachel terduduk lesu demi teringat sebab musababnya berada di tempat ini. Apalagi ia semakin menyadari jika dirinya telah kotor karena telah berulang kali di gauli oleh Reiner.
"Kau, bagiamana bisa kau tiba di sini?" tanya Rachel yang memang benar-benar penasaran.
"Aku...aku di jual orang tuaku."
"Di jual?" mata Rachel membelalak.
Mulan mengangguk lalu tersenyum kecut. "Aku di jual kepada seorang mucikari. Tapi ternyata aku sampai pada pelelangan para mafia kelas kakap. Tuan Reiner membeliku dengan harga mahal. Diatas lima milyar!"
"Apa?" Rachel semakin terkejut. Kegilaan apa lagi ini?
"Benar. Tadinya aku berfikir akan di jadikan budak s*ks seperti cerita yang sudah-sudah. Tapi ternyata, sampai di sini aku malah hanya diam di sebuah ruangan tanpa tugas yang jelas. Tuan Reiner tidak seburuk yang dibicarakannya banyak orang!"
Tapi Rachel justru tertegun. Mulan belum tahu saja bila pria itu memang benar-benar kejam.
"Aku tidak menyangkut jika kau juga pelayan di rumah ini. Kau cantik dan sepertinya tuan dekat dengan mu!"
Rachel hanya membalasnya dengan senyuman. Sebab kenyataan ia kini tak memiliki apapun. Harga dirinya sudah lenyap.
Mereka bertukar cerita. Banyak hal yang di bahas. Rachel merasa seperti memiliki teman. Mulan menyadari jika ia telah lama berbicara dengan Rachel. Membuatnya berinisiatif untuk pamit. "Aku pergi dulu. Terimakasih untuk cerita dan pembalutnya!"
Rachel semula hanya membalas dengan senyuman dan merasa biasa saja. Namun ketika Mulan mengangkat satu box pembalut darinya, ia seketika tertegun.
Bukankah bulan lalu dia tidak datang bulan?
Slnya si rainer lg mumet sm nenek sihir