"Thank you for patiently putting up with my moods, and being mature as you remind me to be the same. I know that I'm not easy to understand, and as complex as they come. I act childishly and immaturely when I don't get what I want, and it get unbearable. Yet, you choose to gently and patiently chastise me and correct me. And even when I fight you and get mad at you, you take it with no offense, both gradually and maturely."
~Celia
Pertemuan Celia dan Elvan awalnya hanya kebetulan, tapi lambat laun semakin dekat dan menyukai satu sama lain. Disaat keduanya sepakat untuk menjalin hubungan. Tiba-tiba keduanya dihadapkan dengan perjodohan yang telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Apakah mereka akan berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Jangan Bergerak
..."I need a partner who cares about the little things and shows it." ~Celia...
Elvan akhirnya membuka matanya, dia menatap Celia yang sedang menoleh ke arahnya. Elvan menurunkan lengannya, mengubah posisinya, lalu membalikkan tubuh Celia. Celia menyandarkan kepalanya dibahu Elvan dan memeluknya.
"Kapan kamu ingin mempertemukan aku dengan keluargamu?" Celia mengulang pertanyaannya.
Elvan diam, dia tidak menjawab pertanyaan Celia.
"Kenapa kamu diam saja? Kamu keberatan? Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?" Celia bertanya lagi.
Elvan menatap lekat wajah Celia, "Aku hanya punya nenek, kedua orangtuaku sudah meninggal," jawab Elvan.
Kecelakaan yang terjadi lima belas tahun lalu menyebabkan Elvan kehilangan kedua orangtuanya. Dan setelah itu, neneknya membawa Elvan kembali ke kampung untuk tinggal bersamanya dan membesarkan Elvan.
"Maaf, aku tidak bermaksud... "
"Tidak apa-apa, itu sudah lama," ucap Elvan menyela ucapan Celia.
"Bagaimana dengan keluargamu? Dimana orang tuamu?" Elvan balik bertanya.
Celia tersenyum kecut, dan menatap Elvan.
"What's wrong?" tanya Elvan.
"Aku tidak punya orang tua, mereka meninggalkanku sejak aku masih bayi. Aku juga tidak pernah tahu siapa dan dimana mereka," jawab Celia.
Elvan hanya menatap Celia dengan tatapan sendu, ia tidak tahu harus mengatakan apa.
"Kenapa menatapku seperti itu? Terlalu menyedihkan ya?" tanya Celia yang melihat ekspresi wajah Elvan.
Elvan hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"I'm sorry, I'm a little sleepy. I won't talk about that anymore," bisik Celia di telinga Elvan.
Elvan mengusap rambut Celia dengan lembut, dan berkata "Tidurlah, kita bicarakan nanti."
Celia menutup matanya, dan tertidur sejenak.
Ketika dia bangun, dia mendapati dirinya dipeluk oleh Elvan dalam posisi yang berbeda.
Sepertinya Elvan bangun lebih awal. Elvan bersandar di sandaran tempat tidur, dan Celia berbaring di sampingnya. Celia bergerak sedikit, dan Elvan menyadarinya. "Kamu sudah bangun?" tanya Elvan.
Celia mengangkat kepalanya dan menatap Elvan, "Jam berapa sekarang?" tanya Celia.
"Baru jam tujuh, kamu hanya tidur sebentar," jawab Elvan.
Celia menoleh ke arah Elvan, dan menatapnya. Lengan Elvan sedikit memerah karena dijadikan bantal oleh Celia. Celia menatap nya sebentar lalu beranjak dari tempat tidur.
"Mau kemana?" tanya Elvan.
"Aku mau ke kamar mandi," jawab Celia.
Celia mengambil air dan dengan lembut memercikkannya ke wajahnya, supaya dia merasa lebih segar.
Celia kembali ke kamar, ternyata Elvan sudah duduk di tepi ranjang.
Celia melirik Elvan, kemudian menoleh ke arah meja. Dia melihat dua mangkuk mie di atas meja, yang sekarang sudah dingin dan mengembang.
"Maaf, aku membuat masakanmu jadi mubazir," lirih Celia.
"Tidak apa-apa. Kalau kamu lapar, kita makan di luar saja," ujar Elvan.
Celia mengangguk. Celia tidak merasakan apa pun ketika dia baru saja bangun tidur, tetapi sekarang dia mulai merasa lapar. Jika Elvan tidak ada di sini, dia akan makan mie yang ada di atas meja.
"Sebentar aku ganti baju dulu," ucap Elvan.
Elvan melepas singlet-nya dan membungkuk untuk mengambil pakaian yang ada di koper. Elvan mengeluarkan kemeja putih lengan pendek, dan ketika dia mendongak ke atas, ternyata Celia sudah berdiri di depannya.
"Jangan bergerak," ucap Celia.
"Kenapa?" tanya Elvan.
Celia menatap Elvan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Celia memperhatikan tubuh bagian atas Elvan yang masih telanjang. Elvan memiliki bentuk tubuh yang atletis, bahunya lebar, badannya berotot dan kekar.
Jari jemari Celia mulai bergerak secara perlahan di bagian perut sixpack Elvan. Elvan menundukkan kepalanya dan menatap pergerakan tangan Celia.
Elvan menepis tangan Celia dan berkata, "Ayo pergi."
Celia mendongak, "Pergi? Ke mana?"
Elvan menjentikan jarinya di kening Celia, dan berkata, "Makan. Bukankah aku baru saja mengatakan itu?"
Celia : "Oh... "
Elvan memakai kemeja dan meminta Celia untuk memasang kancingnya.
"Aku pikir kamu mengajakku untuk itu..." lirih Celia sambil terkekeh. Elvan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Makan nasi dulu, setelah itu aku akan memakanmu, rawrrrrrrrr ~~~~ " ujar Elvan sambil menirukan suara harimau. Celia reflek memukul dada bidang Elvan.
"Let's go," ucap Elvan. Elvan merengkuh bahu Celia, keduanya berjalan beriringan. Setelah sampai di parkiran, Elvan bertanya, "Mau makan apa?"
"Apa saja, yang penting tidak perlu menunggu lama," jawab Celia.
Elvan diam, dia memikirkan sesuatu, lalu melirik ke arah Celia.
"Kenapa?" tanya Celia.
“Ada warung makan disana. Tapi apa kamu tidak apa-apa makan di pinggir jalan?" tanya Elvan dengan hati-hati.
Celia berpikir sejenak, lalu berkata, "ok, tidak masalah."
Elvan mengemudikan mobilnya, dia tidak melewati jalan utama, tapi justru berbelok ke jalan sempit.
Ada toko-toko kecil di kedua sisi jalan, ada tempat pangkas rambut, penyemir sepatu, dan beberapa toko kecil yang menjual makanan ringan.
Elvan memarkirkan mobilnya di pinggiran toko. Celia melihat ke sekeliling, dan bertanya, "Bagaimana kamu tahu tempat ini? Aku yang tinggal disini saja tidak pernah tahu."
Elvan terkekeh, "Tadi pagi sebelum kamu bangun, aku sudah mengelilingi tempat ini," ucap Elvan.
"Ayo," ajak Elvan setelah keduanya turun dari mobil. Elvan menggandeng tangan Celia, dan berjalan lebih dulu, sedangkan Celia mengikutinya dari belakang.
Ada banyak orang di sepanjang jalan yang mereka lewati. Karena parasnya, ditambah Celia yang hanya mengenakan celana pendek, banyak orang memperhatikannya dan menatapnya dengan tatapan sembrono.
Elvan menyadari itu dan menoleh kebelakang, ia sedikit khawatir, tapi Celia terlihat biasa saja. Celia tetap mengikutinya tanpa menghiraukan tatapan mereka.
Elvan membawa Celia ke Warung Soto Betawi, dia memesan dua porsi soto, dan dua gelas es jeruk. Celia hanya makan setengah dari satu porsi soto dan merasa kenyang.
Elvan menatap Celia dan bertanya, "Kamu sudah kenyang?"
Celia mengangguk dan menyesap minumannya.
"Then, let's go home," ucap Elvan. Elvan membayar tagihannya dan mengajak Celia pulang.
Namun saat Celia hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba ponselnya berdering. Celia mengambil ponsel dari tas nya dan melihat nama di ID penelepon. Celia langsung menjawab teleponnya.
"Hallo, hallo Om."
"Iya om, ada apa?"
" ........ "
"Apa? Kenapa Om?"
"..."
"..."
"Baik Om, terimakasih. Aku usahakan untuk pulang secepatnya."
Setelah Celia menutup sambungan teleponnya, Elvan yang penasaran langsung bertanya, "Ada apa? Siapa yang telpon?"
"Asisten kakek, kakek memintaku untuk pulang," lirih Celia.
"Pulang? Kemana?" tanya Elvan. Setahu Elvan, apartemen yang Celia tempati adalah rumahnya.
"Kerumah kakek, kakekku tinggal di Singapura. Jika kakek sudah menyuruhku untuk pulang, aku yakin pasti ada sesuatu yang penting," jawab Celia. Celia masih bersandar di pintu mobil, dan wajahnya terlihat cemas.
semangat yaaa kak nulisnya ✨
Mampir juga di karya aku “two times one love”