Dulu, nilai-nilai Chira sering berada di peringkat terakhir.
Namun, suatu hari, Chira berhasil menyapu bersih semua peringkat pertama.
Orang-orang berkata:
"Nilai Chira yang sekarang masih terlalu rendah untuk menunjukkan betapa hebatnya dia."
Dia adalah mesin pengerjaan soal tanpa perasaan.
Shen Zul, yang biasanya selalu mendominasi di Kota Lin, merasa sedikit frustrasi karena Chira pernah berkata:
"Kakak ini adalah gadis yang tidak akan pernah bisa kau kejar."
Di reuni sekolah beberapa waktu kemudian, seseorang yang nekat bertanya pada Shen Zul setelah mabuk:
"Ipan, apakah kau jatuh cinta pada Chira pada pandangan pertama, atau karena waktu yang membuatmu jatuh hati?"
Shen Zul hanya tersenyum tanpa menjawab. Namun, pikirannya tiba-tiba melayang ke momen pertama kali Chira membuatkan koktail untuknya. Di tengah dentuman musik yang memekakkan telinga, entah kenapa dia mengatakan sesuatu yang Chira tidak bisa dengar dengan jelas:
"Setelah minum minumanmu, aku milikmu."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pria Bernada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Boleh nggak gue ngelamar jadi suami sepupu lo?
Di sisi lain, berkat usaha beberapa guru, akhirnya anak-anak ini bisa balik ke kelas masing-masing dengan rapi. Tapi ya, tetep aja ada yang masih ngelawan.
Pasti ada aja beberapa yang memanfaatin kesempatan buat kelayapan di kampus.
Dara salah satunya, yang langsung cabut dari barisan, dan kayak biasa, berantakan yang harus dibersihin lagi sama Dewi, si orang baik yang selalu jadi penyelamat.
Kampus Sekolah Menengah Tinggi Linshi emang asik sih, jadi gak ada salahnya kalau sesekali jalan-jalan.
Tapi, di antara orang-orang yang jalan ke arahnya, ada satu yang dia pengen banget hindarin, sampe rela muter arah biar gak ketemu.
"Dara." Begitu dia muter, ada yang manggil namanya.
"Jangan sok gak denger, muter badan lo dan hadapin gue," suara cowok itu malas banget, tapi penuh tawa, bikin Dara langsung tau apa yang bakal dia bilang.
"Tadi omongan lo sih agak nyolot, kalo bokap nyokap lo tau, pasti seru," kata dia sambil ejek.
Dara langsung bales dengan senyum, "Zul, lo nggak usah hidup aja deh."
Zul yang dipanggil pake nama lengkap cuma angkat alis sedikit. "Lo ngomong gitu ke sepupu lo? Kayaknya tante kecil lo kebanyakan manjain lo deh."
"Sepupu lo...?" Sejak Zul mulai ngomong, Fajar kaget tau kalau mereka berdua kenal. Ternyata mereka sepupu?
Dara gak diem aja dan langsung bales, "Sepupu? Lo cuma setahun lebih tua dari gue, sok-sok aja merasa lebih hebat? Lo kira lo lebih keren dari gue?"
Sepupu yang satu ini emang gak pernah akur sejak kecil. Bahkan, pas Dara belum genap setahun, dia udah berebut mainan sama Zul. Dulu sering banget ribut, dan meskipun udah gede, mereka gak bisa berhenti saling ejek tiap ketemu.
Zul cuma senyum tipis. "Kenapa sih lo gak diem aja di sekolah lo, malah jauh-jauh kemari?"
"Kenapa emang lo peduli?" Dara liat Zul dengan mata malas, "Urusin hidup lo dulu baru deh ngomongin gue."
"Eh," ngeliat Dara mau cabut, Zul narik tangannya, "Sepupu, gue mau nanya sesuatu."
"Apa?"
"Lo deket sama Chira kan?"
"Memangnya kenapa? Kalau gue gak deket, kenapa gue harus repot-repot bela dia?" Dara langsung bales tanpa mikir, tapi sebentar kemudian dia ngerasa ada yang aneh, "Tunggu, kenapa lo nanya tentang Chira? Jangan bilang lo mau ngejar dia?"
"Sepupu gue banget nih," Zul senyum sambil bilang.
Dara udah denger gosip soal perasaan Zul yang suka berubah-ubah. Makanya, dengan berani dia bales, "Gue kasih saran, jangan mimpi deh, kalau lo bisa dapetin Chira, gue bakal ngaku kalah."
Zul yang liat sepupunya yang lebih pendek dan gak takut sama dia cuma mikir dalam hati: "Ternyata, lo gak sekeren dulu."
"Dara, masih inget gue nggak?" Fajar akhirnya manfaatin kesempatan buat muncul.
Dengar itu, Dara liat cowok yang ngomong ke dia serius banget, "Oh, lo yang kemarin telat terus manjat tembok, kan?"
Yang telat dan pake cara lama buat coba deketin dia itu.
Fajar garuk-garuk kepala dan senyum kikuk, "Halo, nama gue Fajar."
Dara senyum sedikit sopan, tapi senyum itu malah bikin Fajar inget sama cewek yang senyumnya bikin dia bingung, yang pernah dia liat di mimpi, pake gaun putih.
Aduh, kalau detak jantungnya makin cepet, pipinya merah, otaknya panas, tangan berkeringat, berarti itu bukan perasaan biasa, bisa jadi dia lagi jatuh cinta.
Tentu aja, jatuh cinta itu juga penyakit.
"Ada urusan, gue cabut dulu," Dara bilang sambil jalan pergi.
Di tempat yang sama, Fajar ngeliat punggung Dara yang makin jauh, terus nanya ke Zul, "Zul, boleh nggak gue ngelamar jadi suami sepupu lo?
Zul: “??”
“Zul, gue serius, lo percaya nggak sama cinta pandangan pertama? Karena gue percaya banget. Sekarang gue pengen pacaran sama sepupunya lo.”
“Bangun lo, jangan ngimpi,” Zul mukul kepala Fajar. “Lo harus sadar, Dara udah punya tunangan.”
“Njir, Tunangan?” Fajar kaget banget.
“Orangtua mereka udah jodohin mereka dari kecil. Keluarga mereka udah temenan deket banget, bisa dibilang ini pernikahan politik, bro.”
“Ini udah tahun 2019, masih ada aja yang namanya perjodohan?” Fajar mendengus. “Lagipula, sebelum nikah, nggak ada pilihan lain? Masa pacaran aja nggak boleh?”
Zul geleng-geleng kepala. "Cuma ngeliat dari luar aja. Lo pikir Dara, si harimau betina, bisa lo deketin?"
Di sisi lain, Dara yang lagi keliling nggak jelas, tiba-tiba nemuin apa yang dia cari. Setidaknya dia liat orang yang udah dia kangenin beberapa hari ini di lapangan.
"Chiraaaa."
Dengar suara yang udah familiar banget manggil namanya, Chira sempet kaget, nengok ke arah suara itu, baru nyadar kalo dia nggak salah denger.
"Chira, dasar bajingan. Pindah sekolah aja lo, tapi kenapa pesan nggak dibales, telepon nggak diangkat?" Dara ngomong sambil matanya mulai merah.
Chira senyum tipis, "Lama nggak ketemu."
"Lama nggak ketemu apa? Beberapa bulan nggak ketemu, kemana nyali lo? Dulu waktu difitnah nyontek di ujian, lo nggak bela diri. Dulu lo sombong banget, sekarang kemana? Lo bikin gue kesel banget, tau!"
Dara itu temen sebangku Chira selama setahun penuh di kelas dua, tapi mereka udah saling kenal dari kelas satu dan punya hubungan yang deket banget.
Chira tiba-tiba pindah sekolah, pas dia kasih tau, Dara awalnya kira Chira cuma bercanda. Tapi pas semester baru dimulai, Chira beneran ilang dan nggak bisa dihubungi, bikin Dara kesel banget.
“Kenapa, lo mau bela gue?”
“Pokoknya, di sekolah lama lo dihormatin dan dipanggil ‘Kak Rara’. Di sini malah ditindas gitu aja lo diem, gue nggak bisa terima.”
Chira senyum tipis. “Kenapa buru-buru banget? Lo kira gue ini orang yang bisa ditindas?”
Dara liat Chira beberapa detik dan langsung diem. “Oh iya, tadi gue baru aja negerin orang di depan semua siswa dan guru kelas tiga di sekolah ini soal fitnah nyontek yang dituduhinnya ke lo.” Setelah mikir sejenak, Dara jujur aja ngakuin apa yang dia lakuin.
“Bagus, negerin aja. Mereka nggak bakal berani ngomong sembarangan.”
“Lo berhasil balas mereka?”
“Bisa dibilang gitu.”
Sementara itu, dari jauh di lapangan, Zul sama Fajar ngeliat dua cewek itu jalan berangkulan.
“Wah, liat deh kaki Chira, bening banget anjir, pen megang, Zul, mata lo tajam banget,” Fajar komentar kagum.
Hari itu, Chira nggak pake seragam sekolah, tapi celana pendek hitam kasual sama kaos putih polos, sepatu putih, rambut diikat tinggi. Penampilannya sederhana tapi segar banget.
Apalagi kakinya yang langsung menarik perhatian.
Zul liatin beberapa kali, mikir sesuatu, terus tiba-tiba senyum tipis.
Pagi besoknya, pas para siswa dari SMA Nanshi yang datang buat program pertukaran belajar dengerin kejadian kemarin, para pemimpin sekolah langsung bahas singkat soal itu, dan yang jadi sorotan adalah kejadian waktu ketua pengajar kelas tiga minta maaf ke seorang siswa di depan semua siswa sama guru.
Kata-katanya tulus banget, hampir sampe nangis.
Permintaan maaf publik dari pemimpin sekolah kayak gitu tuh penghargaan yang luar biasa, loh.
Sebelumnya, Chira yang disuruh ambil pelajaran tambahan di rumah, nggak datang.
Jadi, dengan insiden yang dipicu sama Dara kemarin, SMA Linshi bener-bener ngerasa malu banget kali ini.
Sampe-sampe waktu kepala pengajar ngomong kalo nilai Chira bener-bener bagus, siswa-siswa di bawah pada malu buat dirinya.
Soalnya sebelumnya, yang paling keras kritik Chira tuh kepala pengajar itu.