SEKUEL dari Novel ENGKAU MILIKKU
Biar nyambung saat baca novel ini dan nggak bingung, baca dulu season 1 nya dan part khusus Fian Aznand.
Season 1 : Engkau Milikku
Lanjutan dari tokoh Fian : Satu Cinta Untuk Dua Wanita
Gadis manis yang memiliki riwayat penyakit leukemia, dia begitu manja dan polos. Mafia adalah satu kata yang sangat gadis itu takuti, karena baginya kehidupan seorang mafia sangatlah mengerikan, dia dibesarkan dengan kelembutan dan kasih sayang dan mustahil baginya akan hidup dalam dunia penuh dengan kekerasan.
Bagaimana jadinya ketika gadis itu menjadi incaran sang mafia? Sejauh mana seorang pemimpin mafia dari organisasi terbesar mengubah sang gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertarung Kembali
Aditya menarik kuat lengan Zoya ke sebuah gudang yang terdapat di kampus mereka, dengan kasarnya Aditya menghempaskan tubuh Zoya hingga gadis itu meringis karena perutnya menghantam sisi meja.
“Apa-apaan sih kamu? Salah aku apa sih sama kamu Dit?” Aditya menjambak rambut Zoya.
“Salah lo itu, lo udah menolak ajakan gue dan gue nggak suka itu, lo juga udah ngelawan gue jadi itu kesalahan lo.” Zoya tertawa yang membuat Aditya heran.
“Pecundang banget jadi cowok, emang kamu ini nggak laku apa gimana? Harus maksa orang buat nerima ajakan kamu, gila ya kamu?” Aditya semakin tersulut emosinya, pria itu kembali mendorong tubuh Zoya hingga kepala Zoya terbentur dinding.
“Lo bakalan tau apa itu pecundang.” Aditya akan memperkosa Zoya, namun dia lupa kalau Zoya itu bisa bela diri.
Dengan satu tendangan kuat dari Zoya di pangkal pahanya, membuat Aditya mengerang kesakitan.
Bugh bugh bugh
Zoya menghantam wajah, rahang dan perut Aditya sehingga Aditya tersungkur, Aditya segera bangkit, dia memegang sebuah tongkat kayu dan akan memukulkannya pada Zoya, gadis itu bisa mengelak dengan sempurna karena semua teknik dasar yang diajarkan oleh Gavino padanya sudah dia kuasai.
“Nggak malu ya kamu, bertarung sama perempuan dan kalah pula.” ledek Zoya.
“Brengsek.” Aditya mengayunkan tinju pada gadis itu dan dengan cepat Zoya menghindar ke belakang tubuh Aditya lalu menyiku dengan kuat tulang punggung laki-laki itu.
Aarrgghh. Erangan Aditya terdengar, belum juga ada jeda, Zoya kembali memukul Aditya dengan sebuah kursi hingga kursi itu patah terkena tubuh Aditya.
Aditya terkapar dengan nafas terengah, Zoya mendekatinya dan menarik kuat rambut Aditya.
“Kalau memang kamu ini seorang pria, buktikan dengan gentleman bukan malah menganiaya perempuan seperti ini.” Zoya melepaskan genggamannya di rambut Aditya lalu pergi dari gudang itu, dia pergi ke toilet untuk membersihkan tubuhnya, perut Zoya sedikit memar karena menghantam sisi meja tadi dan keningnya sedikit membiru, karena kulit Zoya putih, jadi lebam itu terlihat jelas.
“Gimana mau nutupinnya ya? Aku nggak bawa make up lagi.” Ujar Zoya.
“Gini aja deh.” Zoya menutupi dengan rambutnya.
Dengan perasaan bahagia, Zoya berlari ke arah mobil Gavino, pria itu datang untuk menjemput Zoya dan Gavino sendiri berdiri di depan mobil dengan pakaian casual serta kaca mata hitam yang begitu terlihat mempesona.
Aura mafia dalam diri Gavino terlihat jelas, beberapa mahasiswi terpana dengan ketampanan Gavino, apalagi Gavino terlihat elegan dan pastinya dia sangat kaya.
Zoya langsung menghambur dalam pelukan Gavino hingga pria itu sedikit bergeser ke belakang menahan tubuh gadisnya.
“Merindukanku?” tanya Gavino.
“Iya, apalagi.” jawab Zoya dengan manja sambil menduselkan hidung mancungnya ke dada Gavino lalu mendongakkan kepala untuk menatap wajah Gavino.
“Kening kamu kenapa Zee?” tanya Gavin yang melihat luka baru lagi di wajah Zoya.
“Aku tadi habis drama adegan aksi.”
“Aditya itu lagi?” Zoya mengangguk, benar apa yang dikatakan oleh Zeline semalam, kalau Aditya tidak akan melepaskan Zoya begitu saja.
“Mana dia?”
“Udahlah lupain aja, kamu katanya mau mencicipi makanan di sini, ayo kita pergi, aku udah laper.” Zoya akan memasuki mobil tapi ditahan oleh Gavino, pria itu menarik pinggang Zoya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Zoya.
“Jangan berpikiran mesum di sini Gavin, ini kampus.” tegur Zoya karena wajah Gavin begitu dekat dengan wajahnya.
“Aku bebas dengan apapun yang aku lakukan.” Gavin mencium lembut telinga dan leher Zoya tapi pandangan matanya tertuju pada Aditya yang saat ini tengah memperhatikan mereka dari tadi.
“Dasar mesum.” Zoya mendorong tubuh Gavino dan memasuki mobil, Gavin hanya terkekeh lalu tersenyum remeh pada Aditya, seakan dia menunjukkan kalau Zoya adalah miliknya.
“Brengsek, jadi dia alasan kenapa Zoya nolak gue ya, liat aja lo berdua, bakalan gue kasih potongan tubuh kalian pada peliharaan gue.” Aditya mengepalkan tangannya menatap mobil Gavino yang perlahan menjauh dari area kampus.
...***...
“Kita mau kemana Zee?”
“Kita makan bakso dulu, nanti baru kita pikirkan mau beli apalagi.”
“Bakso?”
“Meatball, yang biasa kamu makan pake saus spageti, parmesan, oregano, keju dan daun parsley. Tapi kalo di sini pake kuah kari, dikasih saus sambal sama kecap terus cabe giling dan sedikit cuka. Pokoknya kamu harus cobain.”
“Ya sepertinya itu menarik.” Zoya tersenyum senang karena hari ini dia ditemani oleh Gavino.
Mereka berhenti di warung bakso langganan Zoya, dia biasanya sering makan di sini dengan kedua orang tuanya. Zoya memesan 2 mangkuk bakso untuk dia sendiri dan satu mangkuk untuk Gavin, lalu dua es jeruk karena cuaca saat ini begitu panas.
Gavino dan Zoya duduk sebelahan, Gavino menyibakkan rambut Zoya dan mengusap lebam yang ada di kening gadis kesayangannya itu.
“Aku baik-baik saja, jangan terlalu khawatir begitu padaku.” Zoya tersenyum.
“Aku tidak suka melihat kamu disakiti orang lain Zee, aku merasa gagal untuk melindungi kamu.”
“Kamu selalu melindungi aku Vin, dengan kamu mengajarkan aku berkelahi, memegang senjata dan teknik bela diri lainnya, kamu udah melindungi aku.” Gavin mengecup singkat kening Zoya karena mereka sadar saat ini mereka sedang ada di tempat umum dan ini bukan Amerika.
Makanan mereka datang, Gavino tidak kaget sama sekali melihat porsi makanan Zoya, karena dia tahu kalau gadisnya itu memang lebih suka makanan ketimbang barang-barang, sama dengan Sonia namun berbeda dengan Zeline yang selalu menjaga bentuk tubuhnya.
Gavino ternyata menikmati makanannya, lidahnya cocok dengan makanan yang Zoya berikan. Zoya diam-diam memperhatikan wajah Gavino yang sangat tampan di matanya, lalu dengan lembut dia mengusap keringat yang mengalir di kening dan pelipis Gavino.
“Apa kamu mencintai wanita selain aku Gavin?” Pria itu langsung menoleh pada Zoya.
“Jujur saja, aku memang sering tidur dengan wanita untuk memuaskan hasratku, tapi aku sama sekali tidak mencintai mereka, aku hanya mencintai kamu Zee, dari saat kita sering main bersama di London.”
“Apa aku boleh minta sesuatu?”
“Apa?”
“Tolong jangan berpaling dariku Gavin, aku sangat mencintai kamu, jika nanti takdir tidak mempersatukan kita maka aku tidak akan menikah dengan siapapun.” Gavino menyentuh wajah cantik itu.
“Semenjak kau mencuri ciuman ku, aku sama sekali tidak menyentuh wanita manapun lagi, karena bagiku, hanya kamu yang boleh memiliki aku.”
“Waw, aku sangat tersentuh.” Mereka berdua saling tertawa dan kembali melanjutkan makan hingga semua habis.
“Kita mau kemana lagi Zee?”
“Ke toko buku, aku mau nyari novel.”
“Oke sayang.”
Mereka meluncur ke toko buku tempat biasa Zoya belanja, Gavino menyadari kalau mereka berdua kini sedang diikuti oleh Aditya karena dari tadi mata Gavino begitu awas.
...***...