SEKUEL dari Novel ENGKAU MILIKKU
Biar nyambung saat baca novel ini dan nggak bingung, baca dulu season 1 nya dan part khusus Fian Aznand.
Season 1 : Engkau Milikku
Lanjutan dari tokoh Fian : Satu Cinta Untuk Dua Wanita
Gadis manis yang memiliki riwayat penyakit leukemia, dia begitu manja dan polos. Mafia adalah satu kata yang sangat gadis itu takuti, karena baginya kehidupan seorang mafia sangatlah mengerikan, dia dibesarkan dengan kelembutan dan kasih sayang dan mustahil baginya akan hidup dalam dunia penuh dengan kekerasan.
Bagaimana jadinya ketika gadis itu menjadi incaran sang mafia? Sejauh mana seorang pemimpin mafia dari organisasi terbesar mengubah sang gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berlatih Bela Diri
“Apa aku sudah boleh memanggilmu dengan sebutan Zee?” Zoya tersenyum pada Gavino, dia mengangguk lalu mengecup kening Gavin, hal itu sontak membuat Gavino terbuai, selama ini dia sering tidur dengan perempuan manapun yang dia mau tapi tidak dengan cinta, kali ini perasaan Gavino sangatlah berbeda pada Zoya.
“Kapan kau akan mengajari aku bela diri?” tanya Zoya.
“Kapan kamu ada waktu?”
“Aku selalu memiliki waktu.”
“Baiklah, kalau begitu temui aku sehabis kamu kuliah.”
“Oke.”
“Tapi tadi kenapa kau sampai dilempar dari taksi? Siapa yang melakukannya?”
“Saat aku masuk taksi, ternyata ada seorang pria di dalam, saat aku ingin keluar, dia menodongku dengan pisau lalu di jalan dia malah mendorongku.”
“Kau mengenalnya?”
“Tidak.”
Tak lama ponsel Zoya berdering, dia melihat layar ponselnya dan menatap Gavin.
“Ada apa?” tanya Gavin.
“Gimana ini? Zay menghubungiku, dia pasti sangat mengkhawatirkan aku, aku harus segera pulang.” Zoya bangkit dari sofa hendak pergi namun ditahan oleh Gavin.
“Biar aku yang mengantarkan mu, nanti malah terjadi apa-apa lagi di jalan.” Zoya menatap Gavin.
“Oh iya, kenapa kau tiba-tiba ada di belakang taksi ku tadi?”
“Aku tadi ingin menjemputmu, tapi kau malah naik taksi.” Zoya mendekati Gavin lalu menggigit lengan Gavin hingga pria itu meringis kesakitan.
“Dasar bodoh, harusnya kau memanggilku, jadi aku tidak perlu terlempar begitu dari taksi tadi.”
“Iya maaf, mana aku tau kalau kau akan dicelakai orang begitu, memang orang iti tidak mengatakan apa-apa padamu?”
“Ada, tapi aku tidak mengerti dengan apa yang dia bilang, aku tidak mengerti bahasanya, tapi aku dengar dia bilang mengenai Quantum Syndicate, Avram, soalnya aku pernah mendengar Haven dan Zay menyebut nama itu.” Gavin terdiam sejenak mendengar perkataan Zoya.
“Ayo aku antar, nanti kau malah dilempar lagi dari taksi haha.” Gavin menertawakan Zoya, dengan cepat Zoya kembali menggigit Gavin, sekarang bukan di lengan tapi di bahu Gavin.
“Ampun Zee, ampun.” Gavin mengusap bahunya.
“Ayo aku mau pulang.” Mereka berjalan menuju parkiran.
“Apa kau ini turunan drakula Zee?”
“Iya, kenapa? Kau mau aku menghisap daya hidupmu?”
“Jika aku mati, kau akan menderita Zoya.”
“Tidak akan.”
“Apa kau mau mencobanya?”
“Mencoba apa?”
“Mencoba untuk melihat kematianku.” Zoya kembali menggigit lengan Gavin yang saat ini tengah mengemudi.
“Jangan bicara sembarangan, atau aku benar-benar akan menjauh darimu detik ini juga.”
“Gila, ancamanmu Zee.”
Gavin mengantarkan Zoya hingga ke depan apartemennya namun di koridor, mereka bertemu dengan Zay, tatapan Zay pada Gavin sangat tidak bersahabat.
“Kamu kenapa Zee?” tanya Zay khawatir.
“Aku dilempar dari taksi tadi.”
“Siapa yang melakukannya?” Zoya menceritakan apa yang dia katakan pada Gavino tadi, tangan Zay seketika mengepal mendengar Quantum Syndicate dan nama Avram.
“Kenapa Zay? Apa ada hubungannya dengan Zain dulu? Apa itu bagian dari mafia juga?” Wajah Zay melunak seketika, dia tidak ingin jika adiknya itu khawatir.
“Tidak, bukan siapa-siapa.”
“Oh iya ini Gavino, dia yang membantu aku tadi.” Zay menyalami Gavino.
“Terima kasih.”
“Kalau begitu aku pulang dulu Zee, bye.” Zay mengerutkan dahinya mendengar Gavin memanggil Zoya dengan sebutan Zee. Mereka jalan saling menjauh namun Gavin masih bisa mendengar pertanyaan Zay pada Zoya.
“Dia memanggilmu dengan sebutan Zee? Apa kalian punya hubungan spesial?”
“Jangan sok tau, ayo masuk.”
Gavin tersenyum mendengar hal itu, bayangan mengenai kemesraan mereka di apartemennya tadi kembali menari di pelupuk mata Gavin.
Di dalam mobil, Gavin menyentuh bibirnya.
“Aku tidak akan menyentuh wanita manapun lagi Zee, bibir ini hanya akan menyentuh kamu.” Gumam Gavino sambil tersenyum.
...***...
“Kamu dari mana Zee? Kok keluar tanpa bilang padaku?”
“Aku tadi mau nyari makanan diluar Zay, kamu tadi tidur pulas banget, aku jadi ragu buat bangunin kamu.”
“Lain kali jangan pergi tanpa sepengetahuan aku lagi, kalau papa tau hal ini, bisa disusul kamu ke sini dan di suruh pulang.”
“Iya iya aku nggak bakalan keluar kayak tadi lagi.” Zay mengobati luka di wajah Zoya.
“Memangnya kamu udah urus kepindahan kamu Zay?” tanya Gaby sambil memakan keripik kentang nya.
“Papa yang bakalan urus semuanya, lagian aku bakalan netap di sini sama kalian, aku nggak bakalan biarin kalian pacaran.” Gaby melempatkan satu biskuit pada Zay.
“Yeee siapa kamu ngelarang kita pacaran.” Mereka semua tertawa, Zay memang akan pindah ke Amerika mengikuti Zoya, dia akan tinggal di apartemen milik Zoya.
Zoya tidur di temani oleh Zay di atas sofa ruang tamu, Zay dan Gaby asik menonton horor sedangkan Zoya sibuk membalas pesan dari Gavin.
“Sibuk banget kamu dari tadi Zee? Ngapain sih?” tanya Gaby, tak biasanya Zoya betah lama-lama menatap layar ponselnya.
“Lagi chatingan dia, jangan diganggu, orang kalau lagi kasmaran ya begitu.” tukas Zay.
“Kau sendiri kapan mau menetapkan pilihanmu Zay? Perempuan mana lagi yang kau kasih harapan hah?”
“Belum ketemu yang oke aku.”
“Standar mu aja ketinggian, dasar.” Zay hanya nyengir pada Gaby.
“Kalau Zay udah bawa ke rumah pacarnya, berarti itu yang bakalan dia seriusin.” timpal Zoya.
“Emang belum ada yang dibawa ke rumah Zee?”
“Belum By, dia mau seleksi dulu katanya.” Mereka bertiga tertawa.
“Udah main hp nya Zee, tidur gih, besok mau ke kampus kan?”
“Iya.” Zoya menyimpan ponselnya lalu tidur sambil memeluk lengan Zay, karena memang begitu kebiasaan Zoya ketika bersama dengan saudara kembarnya itu, sayangnya Zain tidak ada lagi yang akan melilitkan ujung rambut Zoya ke jari telunjuk Zain.
Sambil menonton, Zay asik memaikan kuku jempol Zoya, Gaby dan Zay begitu fokus menonton hingga tanpa disadari, Haven menghubungi Zay.
“Itu yang getar hp Zoya atau siapa sih? Berisik banget.” Ujar Gaby.
“Zoya kali.”
“Matiin gih, berisik.” Zay memeriksa ponsel Zoya namun tidak ada apa-apa, Zay langsung memeriksa ponselnya yang ternyata ada panggilan dari Haven.
“Ada apa?” tanya Zay.
“Quantum Syndicate menyerang organisasi Zain di pelabuhan Zay, mereka mengambil semua barang yang dikirim dan semua transaksi besar hilang.”
“Kau tau siapa pemimpin mereka?”
“Aku tidak tau Zay, mereka juga bilang kalau Zoya akan menjadi ancaman jika organisasi ini terus melakukan transaksi.”
“Sial, kenapa malah menganjam adikku begini?”
“Aku juga tidak tau Zay.”
“Besok aku akan ke markas, aku akan mencoba untuk mencari informasi mengenai organisasi mereka.”
“Baiklah, aku akan mengurus yang di sini dulu.”
“Iya, bagaimana kondisi Zoya?”
“Dia baik-baik saja, dari mana kau tau?”
“Ada yang mengirimkan video padaku saat Zoya di dorong dari taksi yang sedang jalan, aku ingin ke sana namun masalah besar juga terjadi di pelabuhan.”
“Sekarang dia baik-baik saja, kau tidak perlu khawatirkan dia, aku akan lebih ketat menjaga dia.”
“Baiklah.”
Panggilan terputus, Haven mengirimkan video itu pada Zay yang membuat Zay sangat geram dan ingin menghancurkan organisasi Quantum Syndicate itu.
...***...
Gavin datang ke markasnya, dia memarahi para anak buahnya yang telah mencelakai Zoya tadi. Dia menghajar mereka semua tanpa ampun.
“Brengsek, kenapa kalian malah mencelakai Zoya hah?” teriak Gavin pada anak buahnya.
“Bos Robert yang meminta kami bos.”
“Mana Robert?”
“Ada di pelabuhan bos.”
“Suruh dia ke sini.”
Sekitar satu jam menunggu, Robert datang menghadap Gavino, pukulan Gavin langsung menghantam wajah Robert.
“Kenapa kau menyuruh anak buah untuk mencelakai Zoya hah? Kau hampir membuat dia terbunuh, brengsek.”
Bugh Bugh
“Maaf bos, saya melakukan itu demi mengambil video dan mengirimkannya pada Haven, karena Haven tidak bisa di ancam kecuali dengan nama Zoya, jika menyangkut Zoya, pasti dia akan takut.”
“Kenapa Zoya? Dia tidak memiliki hubungan apapun dengan Zoya.”
“Aku sudah memantau Haven selama dua tahun ini bos, saya tau kalau dia mencintai Zoya, ada banyak foto Zoya di dalam kamar pribadinya, aku pernah menyusup sebagai pelayan ke dalam mansion Haven di Italia, makanya aku tau.”
Gavin menjauh dari Robert, dia tersenyum, seakan dia memiliki ide cemerlang untuk menjatuhkan Haven dan Zaen Zephyrs.
“Itu kabar yang bagus, kau boleh pergi.”
Keesokan harinya, Zoya bersiap untuk menemui Gavin, dia akan belajar bela diri dengan Gavin hari ini.
“Kau telat 10 menit Zee.”
“Maaf, tadi aku ada keperluan dengan Gaby sebentar, makanya aku telat.”
“Oke ayo.”
Gavin membawa Zoya ke markas miliknya, di dalam markas itu Gavin mengajarkan Zoya bela diri, dia memulai dari dasar terlebih dahulu. Gavin mengatakan pada Zoya kalau itu adalah tempat milik temannya dan Zoya percaya.
“Sudahlah Zee, jangan terlalu diporsir tenaga kamu, nanti kamu bisa kelelahan, kita sudah latihan selama 4 jam, tidak baik juga untukmu nanti.”
“Tapi aku belum terlalu bisa Gavin.”
“Untuk sekarang cukup segitu dulu, lihatlah, tubuhmu penuh dengan keringat, nanti kau malah sakit dan kondisimu drop.”
“Baiklah.”
Zoya duduk di samping Gavin, dia meminum air putih yang selalu dia bawa di dalam tumbler. Gavin menghapus keringat Zoya dengan handuk kecil miliknya.
“Terima kasih.” ucap Zoya.
“Aku tidak menerima ucapan terima kasih, aku ingin tindakan darimu.”
“Jangan berpikiran mesum Gavin, aku ke sini ingin latihan bukan ciuman.”
“Jadi hari ini aku ditolak?”
“Iya.”
“Kejam sekali.” Gavin mengambil tumbler milik Zoya lalu meminum air itu hingga habis.
“Baru jam 5 sore, memang kamu mau kemana habis ini?” tanya Zoya.
“Nggak kemana-mana, memang ada apa?”
“Mau temani aku cari novel?”
“Kamu suka membaca?”
“Ya begitulah.”
“Oke.”
“Dimana kamar mandinya? Aku mau mandi Gavin.”
“Ayo.” Gavin mengantarkan Zoya ke kamar mandi dan menunggu Zoya di luar.
Zoya tampak lebih segar, Gavin mengantarkan Zoya ke toko buku yang Zoya inginkan. Zoya memilih beberapa buku yang dia suka lalu membayarnya.
“Kenapa kau selalu menolak jika aku yang membayar untukmu?”
“Aku masih punya papa yang memberiku uang, jadi aku tidak mau menerima uang dari pria lain selain papa dan Zay.” Gavin hanya tertawa pelan.
Di dalam mobil, Zoya terlihat begitu lelah, kaki dan tangannya sangat pegal, Zoya jadi gelisah duduk di atas mobil, tak terasa, air mata Zoya turun karena memang tangan dan kakinya sengilu itu.
“Kamu kenapa Zee?” Zoya hanya menggeleng, dia menghadap ke jendela lalu menangis.
“Zee, kamu kenapa? Kok nangis?” tanya Gavin, dia mulai khawatir dengan gadis itu.
“Kaki sama tangan aku sakit Gavin, aku mau segera sampai di rumah, aku mau minta Zay untuk pijit aku.” jawab Zoya dengan mata yang memerah, Gavin menghapus air mata Zoya dengan lembut.
Gavin mempercepat laju mobilnya, dia bukan menuju apartemen Zoya melainkan apartemennya.
“Kenapa bawa aku ke sini?” tanya Zoya.
“Biar aku yang pijit kamu, ayo.” Zoya memaksakan langkahnya menuju apartemen Gavin.
Gavin mengambil meminta Zoya untuk duduk di sofa, dengan telaten, Gavin memijit kaki Zoya. Sentuhan tangan Gavin membuat Zoya rileks, Zoya tertidur dengan lelap karena pijatan lembut Gavin di kakinya.
Gavin perlahan memperbaiki tidur Zoya, dia menyelimuti Zoya, Gavin mendekatkan wajahnya ke wajah Zoya.
“Kenapa kau begitu cantik hm? Aku pikir, saat ini aku sedang tergila-gila padamu Zee.” Gavin mengecup lembut bibir Zoya, dia merasa tenang dan bahagia ketika mencium Zoya, seakan Zoya menjadi candu tersendiri dalam dirinya.
...***...