Kisah dua legenda hidup yang merubah dunia dan menjadikannya tempat abadi untuk semua orang tersenyum. Dunia yang diberikan keabadian atas selesainya semua persoalan-persoalannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juan Aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semua yang terpikir olehku
Dikelilingi oleh gadis-gadis muda. Bahkan beberapa wanita anggun cantik. Sekarang gadis-gadis itu duduk bersebelahan denganku?!, bukankah lebih bagus kalau ada beberapa pria yang mau adu pukul denganku.
Jam pelajaran di kelas depanku gadis, kanan kiriku juga. Terkadang yang di depanku menoleh kebelakang sambil menunjukkan senyum manis lalu berkata dengan pelan
(apa kamu mengerti persoalannya?, yang
dijelaskan oleh orang yang seperti ahli itu!)
aku bisa menjelaskannya lebih mudah untukmu hanya kita berdua, kata gadis cantik yang menoleh kebelakang itu, lalu dengan tatapan serius serta menaruh kedua tangan nya di atas kursinya sambil berbalik ke belakang menatapku dengan intens sambil membuat merah wajahnya seperti stroberi itu.
Aku perlahan berkata dengan lembut agar tidak menyakiti perasaan nya, iya aku mengerti jawabku. Meneruskannya kamu berbaliklah sekarang orang ahli itu melihatmu. Dia dengan sigap berkata woa! sambil terkejut sebelum berbalik badan memperhatikan orang ahli menerangkan bidang nya di kelas.
Lalu beberapa waktu gadis di kiriku sengaja menjatuhkan alat tulisnya sambil berpura-pura wah! itu jatuh bisa tolong kamu ambilkan?!. Dengan raut wajah sangat menginginkannya. Aku memundurkan kursiku lalu mengambilnya. Kemudian menyerahkan alat tulisnya kepada gadis itu. Menyelipkan kata ini punyamu. Kemudian gadis itu mengambilnya sambil menatapku dengan wajah tersipu disertai tatapan ingin memakanku sekarang.
Seperti dia melihat puding kearahku bukankah seram sekali jika airliur nya sampai menetes juga.
Di antara itu gadis itu kemudian bilang
terima kasih dengan nada imutnya.
Gadis di kananku waktu pelajaran oleh beberapa ahli yang menjelaskan banyak hal itu usai dan waktunya jam pulang kami keluar berpapasan dan bersenggolan tapi bukankah seharusnya dia marah saja seperti
(argh apa kamu punya mata, kalau jalan lihat arah!). Dia dengan sengaja memelukku saat berpapasan sambil berkedip diarah
gadis-gadis di sisi bagian kiriku. Lalu meminta maaf berkata ah! Maaf! itu salahku kukira kamu tidak terburu-buru.
"Padahal dia yang sengaja berhenti di tengah jalan"
Aku merasa akan jatuh jadi aku berpegangan dengan tubuhmu dengan nada pelan dan licik. Dia sudah seperti kebanyakan wanita penyihir di duniaku dulu yang suka tiba-tiba menyulikku dan memakanku di tempat persembunyiannya. Kalau di ingat-ingat cerita itu membuat tubuhku merinding gemetar.
(Itu cerita yang menakutkan).
Lalu aku berkata padanya apa kamu tidak
apa-apa?, aku berpura-pura menggodanya apa mau kuantar ke ruang periksa?.
(Yang biasanya untuk orang sakit).
Kalau bisa aku mau, sambil berpura-pura lemas gadis itu. Sudut pandang gadis-gadis di samping ku seperti wah! curang sekali bukankah sebaiknya itu aku saja, sambil menatap iri.
Setelahnya, kubilang aku bisa. Tapi inikan sudah jam pulang maaf! mungkin akan segera ditutup juga disana. Gadis itu membuat raut wajah senang sekali lalu tiba-tiba kecewa begitu dalam seakan ada petir di hujan yang pelan.
Begitu teman-temannya tidak merasa iri lagi lalu tersenyum sambil menahan tawa. Pffftt suara menahan tawa yang di lontarkan para gadis itu dengan begitu senang.
Yah kupikir aku akan jadi kriminal kelas A kalau berurusan dengan gadis-gadis ini terbayang di duniaku dulu aku hidup lebih dari 1000 tahun menyaksikan berbagai macam peradaban.
Silih berganti sekarang diperebutkan oleh gadis-gadis ini aku merasa seperti penjahat yang makanan kesukaannya adalah nafsu itu sendiri.