Blurb :
Ling, seorang Raja Legendaris yang bisa membuat semua orang bergetar saat mendengar namanya. Tak hanya orang biasa, bahkan orang besar pun menghormatinya. Dia adalah pemimpin di Organisasi Tempur, organisasi terkuat di Kota Bayangan. Dengan kehebatannya, dia dapat melakukan apa saja. Seni beladiri? Oke! Ilmu penyembuhan? Oke! Ilmu bisnis? Oke!
Namun, eksperimen yang dia lakukan menyebabkan dirinya mati. Saat bangun, ternyata ia bereinkarnasi menjadi pria bodoh dan tidak berguna yang selalu dihina. Bahkan menjadi tertawaan adalah hal yang biasa.
Popularitas yang selama ini ia junjung tinggi, hancur begitu saja. Mampukah ia membangun kembali nama besarnya? Atau mungkin ia akan mendapat nama yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daratullaila 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Bahkan Tak Menganggap Mereka
Suara pria itu sedikit berat, nadanya santai dan tegas dalam waktu bersamaan. Matanya sedikit sipit dan berwarna hitam pekat. Ada kehangatan yang terasa dalam hati Chen Sin saat melihatnya.
Chen Sin selalu berkompetisi di luar negeri dan tak pernah pulang ke Kota Urban. Maka dari itu ia tak punya banyak kesempatan untuk melihat Ling. Meskipun begitu bukan berarti ia tak peduli dengan Ling.
Dia pernah meledak marah saat tahu Ling jatuh cinta dengan gadis murahan Lu Yan. Padahal Lu Yan dan Wuzhou sudah mempermalukannya. Dia memang sangat bodoh.
Karena hal itu Chen Sin mengajak Ling ke Asosiasi Ramuan Keluarga Zhuo untuk belajar. Namun belum sampai seminggu, ia memberontak dan kabur dari sana. Ia bahkan berani mengadu pada Chen Qi bahwa Chen Sin memperlakukannya dengan buruk.
Sejak saat itu, Chen Sin berhenti merawatnya.
Pria di depannya sangat akrab dengannya. Namun aura pria itu berbeda sekarang. Ia bisa merasakan tatapan tajam dari mata pria itu. Ia tak terlihat seperti orang bodoh yang dia kenal.
Apa yang terjadi selama ia pergi? Apa ia sudah berubah sejak ia tinggal beberapa bulan?
"Hm?" Chen Sin masih memandangi Ling dengan heran. Namun ia segera menepis pikirannya dan bertanya pada Liam. "Liam, dengan siapa kau pergi kemarin siang?"
Liam segera menyesuaikannya ekspresinya. Ia tak ingin terlihat gugup saat menjawab Chen Sin. Ia melirik Ling sebentar, sedangkan Ling menatapnya tanpa ekspresi. Ia tahu ini saat yang tepat untuknya membantu Ling.
"Aku bersama Ling. Nyonya tahu kan dia sangat menyukaimu? Karena itu saat mendengar Nyonya akan berkompetisi di Kota Urban, ia menyelinap keluar dari rumah demi untuk melihatmu. Jadi aku mengantarnya," jawab Liam dengan santai.
Setelah mendengar jawaban Liam, Chen Sin menghela nafas berat. Harapannya segera pupus. Walau sulit untuk mengakuinya, ia sadar bahwa keponakannya itu adalah pria bodoh. Ramuan? Dan bahkan dengan kemampuan luar biasa seperti itu? Ia bahkan tak belajar dengan baik untuk hal-hal dasar.
Semua orang bisa dijadikan tersangka untuk ini, tapi Ling tak cocok.
"Baiklah aku mengerti. Kalian bisa pulang," ucap Chen Sin masih menatap Ling. Ada perasaan yang tak bisa dia jelaskan.
Ling keluar dari mobil dan menghampiri Chen Sin. "Bibi, aku dan Liam akan ke perpustakaan," ucap Ling menunjuk perpustakaan di belakang mereka.
"Perpustakaan? Apa kau akan belajar?" tanya Chen Sin kaget. Jangankan ke perpustakaan, ia bahkan tak pernah melihat Ling memegang buku. Dan sekarang ia akan melakukan keduanya?
"Tentu saja. Keponakanmu ini sangat gila belajar," jawab Ling santai.
Chen Sin membeku sejenak. Chen Ling memberinya banyak kejutan hari ini. "Baiklah. Belajarlah dengan giat. Jangan terus-terusan membuat onar. Aku akan senang jika kau bisa mengalahkan Wuzhou brengsek itu," jawab Chen Sin. Ling dapat melihat kebencian yang membara dari mata Chen Sin.
Mengapa ia sangat membenci Wuzhou? batin Ling.
"Aku akan pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik," ucap Chen Sin langsung meninggalkan Ling.
Liam dan Ling menatap kepergian Chen Sin. Setelah menghilang dari pandangan, mereka memasuki perpustakaan.
"Selamat siang Tuan Muda Zhuo," sapa petugas wanita perpustakaan dengan hormat. Ia melihat Ling di samping Liam, tapi tak menyapanya.
"Apa kau tak melihat orang di sampingku?" tanya Liam sedikit meninggikan suaranya.
Petugas itu sedikit gemetar. Ia tak berani menyinggung Liam. Namun ia juga tak ingin menyapa sampah seperti Chen Ling. Seluruh Kota Urban tahu Ling adalah pembuat onar. Ia tak ingin perpustakaannya hancur.
"Sudahlah. Ayo segera masuk," ucap Ling menepuk pundak Liam.
Ling segera berjalan masuk, tapi petugas itu berteriak. "Satpam tangkap dia!" petugas itu menunjuk Ling. "Dia tidak punya kartu akses," lanjutnya. Jarinya masih menunjuk Ling, mukanya memerah karena marah, senyumnya menyeringai puas karena bisa mencari kesalahan Ling.
"Oh?" Ling berbalik badan. Ia menaikkan alisnya heran. Mata tajam Ling tertuju pada jari petugas itu. Petugas itu buru-buru menurunkan jarinya saat melihat tatapan membunuh Ling.
Segera seorang satpam berbadan besar menghampirinya.
"Kau bernai menyentuh dia?!" Liam berteriak keras. Seluruh orang yang ada di sana melihat ke arah mereka. Emosinya sudah memuncak sejak petugas perpustakaan mengabaikan Ling.
"Tu-Tuan Muda," satpam itu berhenti melangkah dan menunduk hormat.
"Segera buatkan dia kartu akses!" perintah Liam. Ia menyerahkan kartu segitiga untuk membayar pembuatan kartu.
Petugas wanita itu menerima kartu dengan gemetar. Hidupnya tak akan lama karena sudah membuat marah Tuan Muda dari Keluarga Zhuo. Sedangkan satpam itu kembali ke tempatnya semula.
Setelah sepuluh menit, petugas itu menyerahkan sebuah kartu berwarna emas kepada Ling.
"Tuan Muda Chen, ini kartu akses Anda. Anda bisa menggunakan kartu ini untuk memasuki perpustakaan dan meminjam buku," petugas itu dengan hormat memberikan kartu akses kepada Ling.
Ling menerima kartu itu. Ia menganggukkan kepalanya pelan. Kemudian ia sedikit maju mendekati petugas wanita itu. "Jika masih ingin jarimu utuh, jangan sembarangan menunjuk orang," ucap Ling lirih yang hanya bisa didengar mereka berdua.
Pelayan itu membeku. Suara Ling membuat sekujur tubuhnya bergetar. Jelas saat ini Ling sedang mengancamnya.
"Ayo," ajak Ling pada Liam.
Mereka berdua berjalan beriringan memasuki perpustakaan. Tatapan Liam melihat tajam siapapun yang dilihatnya. Emosi Liam belum juga mereda.
Brak!
Liam menggebrak meja saat mereka sudah sampai di ruangan yang sunyi. Ia melakukan itu untuk melampiaskan emosinya.
"Beraninya mereka mengancammu. Jika mereka tahu kekuatanmu, aku yakin mereka akan menangis darah memohon ampun padamu," ucap Liam geram.
"Kau berlebihan. Aku bahkan tak menganggap mereka," jawab Ling menanggapi.
Liam mendengus kesal. "Mereka menghinamu tanpa tahu kekuatanmu. Berani sekali mereka!" ucap Liam.
Ling tertawa kecil. Ia berjalan ke rak-rak buku untuk memilih buku yang cocok untuk dia pelajari. "Anjing hanya menggonggong pada orang yang tak dia kenal."
Tangan kekar Ling mengambil sebuah buku tipis dengan lambang kuno. Ia segera duduk di kursi dan mencocokkan lambang yang ada di buku tipis dan di buku tebal miliknya.
"Cocok," gumam Ling.
Liam duduk di sebelah Ling dan melihat buku yang diambil Ling. "Kau yakin ingin mempelajari ini? Setidaknya kau harus punya guru. Mungkin akan sedikit sulit untuk belajar secara otodidak," ucap Liam.
"Coba saja dulu," ucap Ling sambil membaca buku tipis yang dia pilih.
Liam mengambil buku tebal Ling dan membolak-balikkan halamannya. Benar-benar tidak ada gambar dalam buku itu. Semua berisi tulisan dengan bahasa kuno. Melihatnya saja sudah pusing apalagi mempelajarinya.
Saat Liam menutup buku itu, sebuah kertas jatuh dari dalam buku. Ia mengutipnya. "Apa ini?" tanya Liam pada Ling menunjukkan robekan kertas yang jatuh tadi.
Ling melirik sebentar. "Tidak tahu," jawab Ling mengalihkan pandangannya lagi.
"Sepertinya aku pernah melihat kertas seperti ini," ucap Liam yang membuat Ling berhenti membaca buku.
kalo MCnya tetep kuat, kayak gk ada halangan sama sekali,, gk asik sih