Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Tidak ada kata apapun yang dapat mewakili perasaan Alice yang menjadi gadis normal, selain satu kata kelegaan.
Dalam ingatannya, saat di panti memang menyenangkan. Disana dia terlihat seperti anak lain nya, di perlakukan setara tanpa ada timpang tindih dengan yang lain, tidak ada keistimewaan sama sekali.
Dalam hal makanan, mainan, ataupun barang-barang yang di berikan oleh donatur baik hati.
Lain halnya dengan kehidupan nya yang dulu, saat menjadi Berry. Orang-orang selalu menghakiminya, tidak yang kecil maupun yang dewasa, mereka mengatakan kalau dia biang onar, rakus, sangat kasar pada orang tua dan juga seseorang yang sangat serakah dalam hal apapun.
Dan masih banyak lagi kata-kata buruk yang melabeli dirinya, entah dari mana mereka dapat beranggapan seperti itu.
Mungkin karena kemiskinan sumber daya manusia membuat pola pikir mereka menjadi merosot hingga dapat menghina seorang anak kecil yang bahkan makan saja, dia sudah bersyukur.
Dia punya beberapa pemikiran tentang itu tapi tidak sanggup rasa nya untuk mendeskripsikan diri nya, dulu.
Tapi jika bisa di singkat, itu adalah kemalangan. Hidup nya dulu sangat malang.
Meski dulu dia memiliki wajah cantik, rupawan dan masih banyak lagi keunggulan lain nya. Itu tidak membuat hidup nya sempurna, mereka malah menatap dirinya dengan jijik,berpikir bagaimana bisa, anak yang di buang bisa begitu sempurna dalam berbagai hal.
Padahal, mereka tidak tahu untuk melakukan semua itu, dia harus berjuang mati-matian.
Tidak masalah jika dia tidak pernah di ajak bermain dengan anak-anak lain, tidak pernah bisa sekolah, tidak bisa menikmati kue ulang tahun atau pun mendapat hadiah.
Sungguh tidak apa-apa, karena saat menjadi Berry, dia hanya perlu fokus pada bagaimana cara bertahan hidup dengan baik dan benar.
Barangkali karena hal itu lah dia akan selalu bersyukur dengan orang-orang yang
menganggap nya ada. Dia akan sangat menghargai kehadiran mereka, menolong mereka dan memperlakukan mereka dengan baik, apapun itu.
Sekarang, dia memiliki orang tua lebih dari satu, memiliki teman, uang dan keyakinan
terhadap diri sendiri. Semua nya lengkap.
Hidup kembali menjadi Alice Gracious atau yang akan berubah menjadi Everest, benar-benar sangat merubah jejak hidup gelap nya yang dulu.
Dia bisa melakukan apa yang dia mau tanpa memikirkan kekurangan nya. Jika, di pikirkan lagi, kematian ini tidak terlalu buruk juga.
Karena itu, dia bisa bertemu dengan Kanna dan Marcell, dan juga Caspian. Itu sudah lebih dari cukup.
***
"Ayah." Panggil Alice pelan, pria itu sedang berada di taman, menatap satu persatu tanaman yang ada di sana.
"Ayah suka bunga?"Tanya Alice sambil
mendekati Caspian. Tangannya mengelus kelopak bunga mawar merah yang ada di taman.
"Em... tidak juga. Ibu mu yang menyukai nya, dia selalu mengatakan tanaman selalu memberinya inspirasi." Jawab Caspian sederhana, terkadang dia akan menyentuh bunga-bunga itu.
"Ayah pernah membuat kan taman untuk nya, dia akan selalu bersantai di antara bunga-bunga sambil membaca buku." Lanjut nya lagi.
Alice memiringkan kepalanya dan menatap ayah nya lekat. "Ayah pasti sangat mencintai, ibu, kan." Ujarnya.
Caspian tersenyum tipis, "Tentu saja, ibu
mu cinta pertama dan terakhir ayah, tentu saja setelah itu dirimu." Kata nya dengan terkekeh di akhir kalimat. Gadis itu pun ikut terkekeh kecil.
"Ibu sangat beruntung, karena dapat di cintai oleh ayah sedalam itu." Ucap Alice bercanda, aku juga ingin, sambungnya dalam hati.
Caspian melirik putrinya, "Kamu juga akan bertemu dengan orang seperti itu." Balasnya dengan santai.
"Siapa? Calon jodoh ku?"Kata Alice sambil terkekeh geli.
Caspian menggelengkan kepalanya, jika dilihat meski Alice mirip dengan ibunya, tapi sikap gadis ini sangat mirip dengan diri nya. Memang perpaduan antara dia dan Helena.
"Iya. Kamu akan bertemu dengan jodohmu, orang yang memang di takdirkan untuk mu." Jawab Caspian tersenyum.
Alice berhenti tertawa, "Ayah percaya dengan takdir?"Ucapnya iseng.
Dia selalu bertanya-tanya, seperti apa
takdir nya. Apakah, menjadi Berry atau Alice.
Caspian menatap langit, "Ayah percaya dengan takdir?"Ucapnya iseng.
Dia selalu bertanya-tanya, seperti apa
takdir nya. Apakah, menjadi Berry atau Alice.
Caspian menatap langit, "Ayah hanya percaya pada diri sendiri. Takdir bisa di ubah, tergantung mau kemana kamu menjalaninya." Jawab Caspian.
Alice terdiam, mau kemana dia berjalan? Dia ingin hidup tenang dan damai, tapi takdir tidak memberikan nya, lalu apa?
"Jangan pernah bergantung dengan takdir, nak. Memang dia telah menulis jalan hidup mu tapi yang menjalani nya tetap kamu. Kamu yang menentukan jalan takdir mu sendiri, bukan orang lain." Lanjut pria itu memberi wejangan pada sang anak.
Dia selalu merasa Alice gampang tersesat, hanya dalam sedetik, pikiran gadis ini bisa
hilang dan berkelana entah kemana.
Dia sudah mengawasi hal ini, anaknya suka melamun.
Alice tersenyum. "Benar, aku lah yang menjalani nya." Gumam gadis itu pelan. Ini hidupnya sekarang, menjadi Alice.
Tidak ada lagi yang dapat membuatnya takut, dia hanya perlu menjalani nya dengan santai. Apa itu damai? Apa itu ketenangan?
Itu semua tidak datang dengan sendirinya. Takdir terus berjalan, pasti selalu ada saja
yang akan terjadi. Itu semua sudah terbukti, hei!
Beberapa bulan yang lalu dia masih Berry, kemudian dia menjadi Alice, sekarang dia menjadi sepupu Ruby.
Haha, hal lucu apa lagi yang harus dia ketahui? Damai dan ketenangan, itu hanya akan ada di dalam hayalan nya.
Jalani saja dulu. Selebihnya, bergantung pada diri sendiri.
"Oh, ayah, apa ibu punya orang tua? Jika ada, itu berarti aku masih punya kakek nenek yang lain kan?"Tanya Alice penasaran.
Caspian yang tadinya sedang memegang bunga mawar, mendadak terdiam dan tanpa sadar di meremas bunga itu hingga hancur. Alice melihat itu, dia jadi tidak bisa berkata-kata, apa dia salah bicara ya?
Caspian tersenyum kering, dia menatap anak gadis nya. "Yah, ibu mu punya orang tua. Tapi sayang ku, mereka sedang tidak berada disini. Sejak kematian ibu mu dan hilang nya diri mu, mereka mengutuk ayah mu ini dan pergi menjauh dari negara kita." Jawab Caspian mencoba terlihat santai.
Alice menjadi ragu dengan kewarasan ayahnya, di lihat dari raut wajah pria itu, dia terlihat sangat tertekan. Apa lagi yang perlu dia cari tahu?
Caspian memegang kedua pundak anak nya dan meremasnya pelan. "Alice, ayah hanya akan mengatakan ini sekali saja. Jadi, tolong dengarkan baik-baik." Ucap Caspian dengan menatap putri nya lekat.
Okey, seperti nya ayah nya memang sedang tidak waras, ahaha... ha, apa ini hal yang buruk?
Alice pun mengangguk kaku. Caspian pun melanjutkan ucapannya, "Orang tua ibu mu
itu, orang gila."
Alice berteriak dalam hati nya, 'Ayah! Apa kau tidak sadar, disini kau lah yang terlihat gila sekarang."
Di luar, Alice hanya tersenyum tipis menanggapi omong kosong ayahnya. Dia akan memaklumi nya kali ini.
"Mereka akan mencabik-cabikmu dan memakan seluruh organ tubuh mu jika mereka tidak suka." Lanjut Caspian dengan dramatis.
Alice mendatarkan wajah nya, ayahnya sudah tidak bisa di maklumi lagi. Menantu durhaka mana yang dapat mengatakan hal aneh seperti itu tentang orang tua dari wanita yang sangat di cintainya?
Oh iya, ini ayah nya. Melihat ekspresi Alice yang sudah gelap, Caspian pun menarik tangan nya dan tersenyum canggung.
Mudah-mudahan, anak nya tidak berpikir kalau dia gila. Ya, harapan itu seperti nya gagal, Alice memang sudah berpikir kalau ayah nya ini gila.
"Ayah hanya bercanda, nak." Kata pria itu sambil melambaikan tangannya. Alice memiringkan kepalanya dan tersenyum getir.
"Ahaha... tidak... Jangan, berpikir buruk, kakek nenek dari ibu mu itu, mereka memang sedikit di luar nalar untuk seukuran manusia lanjut usia."
Alice menipiskan bibirnya, dia tidak berpikir buruk untuk orang tua ibu nya, ngomong-ngomong.
"Mereka itu, unik. Tidak bisa di deskripsikan dengan jelas jika kamu bertemu langsung dengan mereka, kamu pasti akan mengerti maksud ayah."
Alice bahkan tidak mengerti apa yang sedang di maksud kan oleh ayah nya saat ini.
Gadis itu pun menghela nafas, "Jadi, dimana mereka sekarang?"Tanya nya dengan cepat, lebih baik dia mengalihkan perhatian dari cerita tentang orang tua ibu nya.
Caspian termenung sesaat, dia melirik anak nya. "Tidak tahu." Jawab nya singkat.
Alice ingin berteriak lagi sekarang, "Ayah..." Kata nya tidak senang. Caspian mengangkat kedua tangan nya.
"Ayah memang tidak tahu keberadaan mereka sekarang." Ucap pria itu jujur.
Alice menggaruk kepala nya bingung, apa ini? Apa kah dia harus bermain teka-teki lagi?
"Alice, kakek nenek dari ibu mu itu, mereka sangat suka berpergian ke seluruh penjuru
dunia. Sesaat mereka akan ada di Mesir, sesaat kemudian mereka pasti akan ada di Yunani. Kan sudah ayah bilang, mereka itu unik." Ucap Caspian menjelaskan, jangan kan anaknya yang belum pernah bertemu, dia saja, masih belum bisa beradaptasi dengan mertua nya dulu.
Bisa di bayangkan? Ketika dia ingin melamar Helena dulu, dirinya harus mencari tahu keberadaan calon mertuanya itu, agar bisa membicarakan tentang dia yang akan meminang putri mereka.
Dan itu bukan hal yang mudah. Dia hampir saja menyerah dan ingin menculik Helena jika tidak dengan tiba-tiba mereka muncul hanya karena Helena mengatakan kalau wanita itu sedang terserang flu.
Jika ada cara yang mudah, kenapa istri nya itu, mempersulit nya dulu ya?
Alice ternganga sedikit. Sepertinya bukan hanya keluarga Everest saja yang aneh, kali ini keluarga ibu nya jauh lebih aneh.
Pantas saja, ayahnya mengatakan mereka unik. Gadis itu menarik nafas dan membuang nya dengan perlahan.
"Kalian tidak pernah bertemu lagi, Ayah?"Tanya nya heran.
Caspian menggeleng kan kepalanya, "Terakhir kami bertemu, saat pemakan ibu mu. Setelah itu, tidak ada lagi kabar dari mereka, ayah sudah mencoba menghubungi kedua orang tua itu tapi sampai saat ini. Tidak ada balasan sama sekali." Kata Caspian tidak bersemangat.
Dia juga merindukan kedua orang unik itu, meski sedikit di luar nalar, mereka lah yang
membantu nya mendapatkan inspirasi untuk setiap lagu nya.
Alice mengangguk paham. Jika sudah seperti itu, dia tidak bisa melakukan apapun. Mungkin jika semua berjalan dengan semestinya, mereka akan bertemu.
Dia melihat ayahnya yang ternyata sudah pergi entah kemana. Cepat sekali pria itu menghilang, dia hanya melamun sebentar padahal.
Alice mengangkat bahu nya acuh, dia pun pergi dari sana. Besok dia akan kembali masuk sekolah, alangkah baiknya dia menghabiskan waktu lebih dulu sebelum dia tidak memiliki nya nanti.
Beberapa detik kemudian, sebuah kepala muncul dari balik semak-semak. Dan itu ternyata adalah Caspian, dia menghembuskan daun yang tertinggal di kepala nya.
Untung saja dia segera bersembunyi, sungguh dia tidak mau menjelaskan pada Alice tentang mertua nya itu. Dia takut, gadis itu masih akan bertanya hal ini itu.
Bukannya apa, dia trauma dengan mertua nya. Haha, ada beberapa hal yang sepatutnya tetap di kunci rapat demi keselamatan mental.
Melihat Alice sudah masuk ke dalam
rumah, Caspian pun melangkahkan kakinya keluar dengan perlahan-lahan.
"Kenapa banyak sekali semut disini?"Gumam nya kesal, tangan nya menggaruk bekas gigitan semut yang ia dapat ketika melompat ke balik semak-semak tadi.
Dia akan menyuruh tulang kebun untuk
membasmi semut-semut jahat ini. Pikir nya kesal. Caspian pun berjalan masuk ke dalam rumah.
Dari atas kebetulan ada Elkan yang membuka balkon dan tidak sengaja melihat kejadian itu tadi.
"Kenapa semakin tua, dia semakin bodoh?"Ucap pria itu datar. Elkan mendengus dan masuk ke dalam kamar nya.
Di sisi lain,
Seorang wanita tua baru saja mengeluarkan sebuah nampan yang penuh isi dengan roti dari oven.
Dia menyusun nya rapi, tidak lama terdengar suara bel dari pintu di depan sana.
"Permisi. Saya mau memesan." Ucap seseorang yang baru saja masuk ke dalam toko.
Wanita tua itu tersenyum, "Sebentar." Balas nya dengan cepat.
Dari luar, itu terlihat toko roti sederhana dan kecil. Terdapat papan nama yang ada di atas toko, bertuliskan 'Toko Roti LV" dengan gaya tulisan sedikit kuno namun terlihat unik dan menarik.
"Sayang, tolong ambilkan roti-roti itu. Dan bisa kah kamu melepaskan sebentar benda-benda aneh mu? Disini aku butuh bantuan." Teriak wanita tua itu kesal pada suaminya, yang berada di luar toko.
Tingg
Terdengar benturan besi ketika seorang pria tua menjatuhkan palu nya di atas tumpukan besi.
"Ck, wanita tua yang sangat cerewet." Gumam nya pelan.
"Baik sayang ku!"Balas nya berteriak semangat serta senyuman manis.
Dia harus meninggalkan benda-benda kesayangan nya demi membantu sang istri untuk berjualan roti.
Wanita tua itu tersenyum melihat suami nya, "Cepat, kita punya banyak pelanggan." Ucapnya sedikit mengancam.
Pria tua itu mendengus pelan, banyak
apa? Hanya ada dua orang pelanggan di toko ini dan istri nya sudah mengeluh itu banyak.
Tapi, dia tetap melakukan apa yang di pinta oleh teman hidup nya itu. Terkadang dia berpikir untuk apa mereka membuka toko roti? Ini hanya ide iseng istri nya waktu itu dan terus berjalan hingga sekarang.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah