Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 : Pencarian bukti
Sampai kembali ke rumah sakit, Syifa tidak pernah berhenti bertanya tentang kehidupan pribadi Zara. Bagaimana ia yang bisa menutup rapat identitasnya yang sesungguhnya. Dan bagaimana Zara bisa berakhir menikahi seorang pria yang terkenal dingin dan sangat cuek. Seperti Ezar.
Tiba di rumah sakit, mereka berpisah, Syifa kembali ke bangsal anak sementara Zara ke kamar operasi mencari Ezar dan membawakan makan siang untuk suaminya itu.
Untuk beberapa saat ia harus menunggu, karena ini waktu shalat jadi Ezar pasti sedang ke mesjid. Jadilah ia duduk di depan ruangan steril tersebut, memainkan ponselnya sambil menunggu kedatangan Ezar.
Tidak begitu lama, Ezar datang bersama beberapa dokter bedah dan perawat anastesi lainnya. Zara berdiri dan menunduk sembari menyapa mereka semua. Berjalan paling terakhir, Ezar masih sempat mengusap pinggang Zara dan memberikan senyuman hangat pada istrinya.
Hati Zara menghangat dengan perlakuan lembut Ezar padanya.
Semenit kemudian, notifikasi masuk di ponsel Zara.
" Aku tunggu di pintu belakang." Pesan dari Ezar.
Zara pun bergegas, karena untuk mencapai pintu belakang kamar operasi Brawijaya hospital, Zara harus berjalan beberapa menit melewati lorong panjang di sudut ruangan.
Begitu pintu belakang terbuka, secepat kilat Ezar menarik tangan Zara untuk masuk ke dalam ruangannya. Di rumah sakit bertaraf internasional seperti Brawijaya, setiap dokter bedah yang terkadang melakukan operasi sampai larut malam, mereka memiliki masing masing kamar untuk mereka beristirahat tak terkecuali Ezar.
Dan di sinilah Zara, berada di belakang pintu yang tertutup dengan Ezar yang menghimpit tubuhnya.
" Mas, apa yang kamu lakukan?"
" Menggoda istriku." Ujarnya di mana wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah Zara dan sesekali mengendus wangi tubuh istrinya bak seekor anjing pelacak yang menemukan mangsa.
Zara tersenyum." Jangan di sini mas. Nanti di liat orang." Zara mengingatkan.
" Memangnya apanya yang jangan? Apa kau sedang memikirkan hal hal mesum di otak kecil mu itu?" Tambahnya. Tapi sebenarnya dialah yang sedang berbuat mesum dengan menempelkan bibirnya ke bibir Zara, tidak lama, hanya beberapa detik tapi dia terus mengulangnya hingga beberapa kali.
Ciumannya sangat lembut, hingga membuat jantung Zara berdetak tidak karuan.
" Cukup mas."
" Kenapa?" Ucapnya masih melanjutkan ciuman tipis tipisnya itu.
Zara tidak bisa bergerak untuk sekedar mengelak, karena tubuhnya berada dalam kungkungan Ezar.
Ezar semakin tidak terkontrol, tangannya sudah mulai ke mana mana, bahkan dengan berani nya, ia memasukkan tangannya di balik jilbab panjang Zara, meraba salah satu gunung yang masih tertutup rapat dengan keaslian yang pasti sangat terjamin.
Zara mendesis. Tiba tiba saja suara aneh itu keluar dari mulutnya.
Untuk menghindari hal hal yang tidak di inginkan, dan lagi Zara masih dalam keadaan sadar belum di penuhi oleh hawa nafsu seperti Ezar, Zara segera bertindak dengan menghentikan aksi nekat Ezar.
" Mas, aku datang bulan."
" Aku tau. "
" Kalau mas tau,tolong berhenti, ini sudah cukup." Ujarnya penuh permohonan. Karena jujur, perlakuan Ezar kali ini, mampu membuatnya seperti tidak berpijak di tanah.
Ezar tidak menggubris, tangannya justru semakin lihai ke sana dan kemari.
Zara memutar otaknya dengan keras, mencari cara agar Ezar mau berhenti dari kegilaannya.
Cup....
Dengan keberanian ekstra, zara menciumi bibir Ezar lumayan lama. Meski kaku, dia berusaha untuk rileks.
Serangan mendadak itu membuat Ezar terpukau sesaat. Dan di sinilah Zara mendapatkan kesempatan. Pelukan Ezar di tubuhnya mulai melonggar, dengan cepat ia mengakhiri ciumannya dan mendorong tubuh Ezar menjauh. Lalu Zara memegang gagang pintu, memutarnya dan berlari keluar meloloskan diri.
Namun sebelum benar benar pergi, Zara masih sempat membuka sedikit pintu, dan mengintip ke dalam ruangan. Di lihatnya Ezar yang sedang memegangi bibirnya sembari tersenyum.
" Mas."
Ezar mengangkat kepala.
" Jangan lupa nasinya di makan. Aku pergi. Assalamu alaikum."
Ezar menghembuskan nafasnya lalu menjawab salam Zara, Netranya masih tertuju pada pintu yang tertutup rapat.
" Berani juga dia." Ezar terkekeh." Tunggu saja. Akh.... Masih ada enam hari lagi. Bisa bisa aku jadi gila." Ujarnya kesal sendiri.
Ezar akhirnya meraih paper bag yang ia letakkan begitu saja di lantai lalu memilih duduk dan menikmati makan siangnya di temani bayang bayang wajah cantik Zara.
Sementara di luar ruangan, Zara tidak langsung keluar melewati pintu belakang kamar operasi. Dia butuh waktu untuk menenangkan hatinya sembari memperbaiki penampilannya yang terlihat sedikit kacau.
*
*
" Ternyata Ezar sudah berubah, aku pikir dia tidak akan mengobati luka wanita tua sepertimu."
Ghina kembali lagi, kembali ke rumah Ezar setelah kemarin membuat bi Surti terluka.
" Apa yang nona cari?" Tanya bi Surti pada Ghina yang tengah duduk dengan angkuhnya di ruang tamu.
" Bukti." Singkat Ghina.
" Bukti apa?"
" Tentang pernikahan Ezar. Aku tau kalau dia hanya ingin menghindari ku saja, dia tidak benar benar sudah menikah. Iya kan?"
Bi Surti tidak menjawab.
" Baiklah.." Ghina mengganti posisi nya, kini ia berdiri dan melangkah menghampiri bi Surti. " Hari ini, aku akan mendapatkan bukti tersebut. Dan ku peringatkan padamu jangan coba coba menghalangiku lagi jika tidak ingin terluka seperti kemarin."
" Ckckck..." Ghina memegang kening bi Surti yang tertutup perban, kemudian menekan luka itu cukup dalam." Kemarin keningmu, kalau kau menghalangiku lagi, aku bisa mematahkan tanganmu." Ancamnya.
Bi Surti tidak bergeming, dia menatap Ghina tajam seakan tidak takut dengan ancaman mantan kekasih tuannya itu.
" Untung bukan nona Ghina yang menikah dengan tuan, andaikata mereka menikah, aku akan berhenti mungkin tidak lebih dari sejam setelah akad nikah mereka berlangsung." Gumam bi Surti dan tetap mengikuti kemana langkah kaki Ghina menapak.
Dan seperti kemarin, Ghina kini berdiri di depan kamar Ezar, dan keadaan masih sama, terkunci.
Ghina naik pitam.
Ghina melihat ke belakang, dan bi Surti ada di sana, berjarak sekitar satu meter dari tempat Ghina berdiri.
" Berikan aku kuncinya!" Perintahnya dengan salah satu tangan menengadah ke atas tanda meminta sesuatu.
" Saya tidak punya nona."
" Jangan berbohong." ujarnya mendekati bi Surti." Jangan menguji kesabaranku. Cepat berikan!"
" Sungguh nona. Di rumah ini, ada dua kamar yang tidak memiliki kunci cadangan, kamar depan dan kamar tuan Ezar."
Ghina tersenyum smirk." Jangan membodohi ku wanita sial*n!!" umpatnya .
" Anda sudah keterlaluan nona." Kata bi Surti tidak terima.
Ghina tertawa dengan keras." Hei.. Kau siapa? Berani sekali membantah setiap ucapanku. Kau hanya wanita pekerja yang di i gaji oleh Ezar, jadi jangan belagu. Kerjakan saja tugasmu dengan baik. Atau kamu mau aku mengusir mu!!"
Giliran bi Surti yang terkekeh pelan." Saya memang hanya pembantu di sini nona Ghina yang terhormat, tapi pemilik rumah ini memperlakukan saya dengan sangat baik. Lagian punya hubungan apa anda dengan tuan saya hingga berani mengusir saya?"
Plak....
Tangan Ghina melayang mengenai pipi kanan bi Surti, wanita itu terhuyung karena kerasnya tamparan dari Ghina yang sudah di kuasai oleh emosi.
" Kau jangan macam macam denganku!!" bentaknya dengan suara membahana.
Bukannya menangis atau meratap, bi Surti justru terlihat semakin menantang Ghina.
" Apa anda tau apa yang baru saja melintas di pikiran saya? Saya sangat bersyukur bukan anda yang di nikahi tuan Ezar. Saya sudah bisa memastikan hanya melihat perangai anda, jika kehidupan tuan Ezar akan berada seperti di neraka andai tuan saya menikahi anda." Terang bi Surti berapi api.
Ghina semakin marah, tangannya terkepal kuat dan kembali melayangkan tangannya hendak memukul bi Surti, tapi suara teriakan lantang menghentikannya.
" GHINA!!"
...****************...
dasar, ezar si mesum😂