berkali-kali tertipu, sehingga membuat mereka terbiasa dengan hal tersebut,
karena sering kali kena tipu,Aya dan Jaka pun memulai bisnis mereka hingga akhirnya mereka pun bisa membedakan mana penipu dan mana orang yang benar-benar tulus,
mari baca novel pertama aku,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kabur saat ada pembeli
"Teh, mau mie rebus pakai telur, tapi telur nya mau nya di orak-arik, pakai rawit sama sayur ya teh?."
Pesan pak Sahrul yang saat itu baru saja memesan roti bakar.
"Iya pak, sebentar lagi ya pak, sedang menunggu anak saya belanja sayur."
Jawab Aya pada pak Sahrul yang setiap hari nongkrong di warung nya.
Padahal, jika dilihat sepintas, pak Sahrul adalah orang yang ada, tentunya sangat tidak enak jika hanya nongkrong di warung Aya.
Saat itulah, Aya bisa bercerita pada pelanggan nya yang sedang menunggu Aya menyiapkan pesanan yang sudah dipesan sejak tadi.
"Teh, jadi penasaran dengan cerita kemarin, memang nya ada cerita apa teh?."
Tanya pak Sahrul yang dari kemarin penasaran dengan apa yang pernah Aya ceritakan.
Aya pun tersenyum sambil memasak mie rebus.
"Maaf ya pak sebelumnya, saya berterima kasih pada bapak, karena waktu pertama kali datang ke warung saya, saya tidak mau keluar dari dalam warung."
Ujar Aya yang mulai mengingat kembali masa itu.
"Iyah, saya sudah beberapa kali memanggil, tapi tidak ada yang keluar dari dalam, saya pikir orang nya sedang pergi."
Ujar pak Sahrul yang tertawa kecil pada Aya.
"Bukannya pergi pak, saya malu, warung sudah seminggu tidak ada yang beli, hanya bapak yang pertama kali datang ke warung saya saat itu."
Jawab Aya yang sudah selesai memasak mie rebus pesanan pelanggan nya.
"Hmmmm, jadi itu alasannya, ada-ada saja tingkah laku penjual kopi ini.''
ujar Pak Sahrul sambil tertawa saat mendengar perkataan dari Aya.
"Atuh, bapak datang pakai mobil mewah, itu yang buat saya malu pak, apa lagi warung saya terasa tidak nyaman untuk seorang bapak yang ternyata memiliki jabatan di perusahaan besar."
Ucap Aya yang masih malu saat berbicara dengan pelanggan pertama kali nya.
"Saya suka tempat nya sejuk, bersih dan nyaman, apa lagi pemiliknya juga sangat ramah.
Tentu saja warung ini bakal ramai jika warung nya banyak menyediakan berbagai macam kopi yang bisa terlihat oleh beberapa orang yang lewat."
Ucap pak Sahrul yang mulai menyantap mie rebus pesanan nya.
"Sayang pak, saya belum punya uang lebih,"
Jawab Aya yang kini sedang melayani pelanggan nya yang lain.
"Saya tidak menyangka, kalau begitu cerita nya, pelanggan pertama auto kabur dong."
Ujar pak Sahrul yang tertawa kecil pada Aya.
"Iya pak, ada-ada saja memang, saya minta maaf sebelumnya pak."
Ujar Aya yang meminta maaf pada pak Sahrul yang setiap hari pasti datang ke warung kopi milik Aya.
"Tenang teh, hidup tidak akan selamanya berada di bawah, saya yakin, suatu saat nanti.
Keluarga juga bisa maju dan sukses."
Ujar Pak Sahrul yang berpamitan untuk pulang kembali ke tempat kerja nya.
Seperti biasa nya, pak Sahrul tidak pernah mengambil kembali uang kembalian nya.
Dimata Aya, pak Sahrul adalah sosok penyelamat keluarga nya, meskipun tidak ada pelanggan lain yang membeli diwarung nya, pemberian dari pak Sahrul sudah lebih dari cukup untuk pendapatan Aya setiap hari nya.
Satu tahun kemudian.
Kehidupan Aya dan Jaka semakin meningkat bertahap, hanya saja, kejadian itu kembali terulang lagi.
Jika dulu Aya yang tertipu teman nya sendiri,
sekarang justru jaka yang harus tertipu oleh saudara nya sendiri.
"Jaka, apa kamu sedang pegang uang?."
Tanya saudara Jaka yang tiba-tiba datang setelah melihat kehidupan Jaka yang semakin meningkat.
"Aduh, kalau uang aku tidak pegang, Aya yang mengatur semua keuangan, sepeser pun, aku tidak pegang."
Jawab Jaka yang memang tidak pernah memegang uang selama tinggal di kota kelahiran nya.
"Ya Elah, apa-apa si Aya, kamu itu suaminya,
harusnya kamu bisa mengatur si Aya, bukannya kamu yang mau diatur oleh Aya."
Ujar Saudara Jaka yang menjelek-jelekkan Aya didepan Jaka.
"Bukan begitu teh, aku tidak bekerja, saat ini aku hanya mengandalkan satu bidang, yaitu warung Aya."
Ujar Jaka yang mencoba menjelaskan pada saudara perempuan nya.
"Dasar" suami-suami takut istri kamu ini Jaka.
Jawab saudara Jaka yang justru menyebut Jaka yang takut dengan istrinya sendiri.
Merasa tidak terima, Jaka Pun langsung marah pada saudara perempuan nya.
"Aku bukan takut dengan Aya, justru aku sangat menghargai dia."
Jawab Jaka yang terdengar sangat membela Aya.
"Ini alasan keluarga tidak suka pada orang jawa, lihat lah kelakuan Aya, dia hanya memperkaya dirinya sendiri."
Ujar saudara Jaka yang semakin menyudutkan Aya yang selalu dipandang sebelah mata oleh keluarga Jaka.
"Sudahlah yah, ada apa sebenarnya, kenapa malah jadi berantem disini."
Tanya Aya yang baru datang dari warung setelah selesai berbelanja.
"Ini nihh!, biang keroknya, sudah lah, percuma juga bicara sama orang yang seperti kamu."
Ujar saudara Jaka yang langsung pergi meninggalkan Aya yang masih belum tau asal usul masalah nya.
Aya pun langsung bertanya pada Jaka yang masih terlihat diam dan tak mau menjawab pertanyaan dari Aya.
"Yah, sebenarnya ada apa?, kalau ada masalah, sebaiknya kamu bicarakan saja,aku tidak mau kita ada masalah dengan saudara."
Ujar Aya yang mencoba bertanya perlahan pada Jaka.
"Tidak ada apa-apa,biasa, hanya masalah kecil, nanti juga hilang sendiri."
Ujar Jaka yang berbohong pada Aya.
"Sebaiknya kamu jangan berbohong,aku sangat tau sifat kamu Jaka, kamu tidak bisa berbohong pada ku."
Ujar Aya yang tau jika saat itu, Jaka sedang berusaha untuk berbohong pada nya.
Tidak ada bakat untuk menjadi penipu, Jaka pun akhirnya memberi tau pada Aya tentang maksud kedatangan saudara nya yang tiba-tiba datang ke warung nya.
"Kamu tidak salah Jaka, bukannya mereka selalu menertawakan usaha ku ini, kenapa justru sekarang mereka yang meminta bantuan kita."
Tanya Aya yang sebenarnya sudah curiga
dari awal.
"Semua nya terserah kamu saja Aya, aku tidak mau memaksa kamu, bagaimana pun juga, mereka tetap saudara ku.''
Jawab Jaka yang sepertinya ingin membantu saudara nya.
"Ingat Jaka, bukannya aku pelit, aku hanya tidak mau kekurangan terus menerus."
Ujar Aya yang akhirnya mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan kepada Jaka.
"kamu beneran mau kasih pinjam uang ini?."
Tanya Jaka yang kembali menanyakan pada Aya.
"iya, asal Ingat jaka, itu sebagian uang modal aku, jangan sampai saudara kamu kembali lupa seperti yang sudah-sudah."
Ucap Aya yang memberi kesempatan kepada saudara Jaka.
Jaka pun hanya bisa memandang wajah Aya,
tidak percaya, jika dalam kekurangan nya.
Aya masih bisa menyisihkan sebagian besar uang nya untuk modal usaha yang sudah Aya rencana kan, hanya saja masih terbentur dengan modal yang cukup besar.
Apakah Aya bisa mewujudkan impian nya?
Kita lanjutkan di update terbaru nya setiap hari.