Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Selang beberapa menit kemudian ponsel milik Erlan lagi-lagi berdering. Tapi, kali ini sepertinya sebuah panggilan masuk. Dan sepertinya masih dari Rika, Istrinya.
"Gak kamu angkat?" gumam Arumi saat panggilan itu tak kunjung usai dan dibiarkan Erlan begitu saja.
"Gak perlu, Arumi. Hari ini aku beneran cuma mau sama kamu. Gak mau ada siapa pun yang ganggu."
"Meskipun itu Istri kamu?"
"Ya. Buat aku kamu jauh lebih penting dari dia." Ucap Erlan menegaskan.
Ucapan Erlan itu berhasil membuat perasaan Arumi sangat berbunga-bunga.
Dan benar saja, berkali-kali ponsel itu terus berdering. Tapi, tak sekalipun Erlan mau menerima panggilan itu.
Mereka hanya terus meneruskan langkah mereka sambil mengobrol dan bercanda di sepanjang jalan.
Sesekali mereka berhenti saat barang yang sedang di cari Erlan terlihat di jajakan di sepanjang kios-kios kecil.
Erlan membeli yang ia butuhkan lalu setelah itu mereka kembali meneruskan jalan-jalan santai mereka seolah tak kenal lelah.
"Erlan!" Seseorang memanggil Erlan dari kejauhan.
Arumi seketika tersentak. Mungkinkah seseorang yang mereka kenal? Mungkinkah tak apa-apa kalau dia melihat mereka seperti ini?
Mereka serempak menoleh. Pandangan mereka berkeliling mencari sosok dari suara itu.
Rupanya seorang pria asing yang sama sekali tak Arumi kenal membuat Arumi akhirnya merasa sedikit lega.
Pria itu berjalan ke arah mereka berdua seraya melemparkan senyum, pria itu menyapa Erlan dan Arumi dengan ramah.
"Udah lama aku gak lihat kamu, Erlan!" seru pria itu saat ia sudah benar-benar sampai di hadapan Erlan dan Arumi.
"Apa kabar kamu?"
"Baik. Kamu?"
"Seperti yang kamu lihat, aku juga baik-baik aja."
"Kabarnya kamu udah nikah. Dia Istri kamu?" tanya pria itu.
Erlan tak langsung menjawab. Yang ia lakukan malah sekilas menoleh ke arah Arumi dan kembali menatap lagi ke arah temannya itu.
"Iyaa, dia Istriku." jawab Erlan mantap sambil menggenggam tangan Arumi dengan sangat erat.
Ya, meskipun yang diucapkan Erlan adalah sebuah kebohongan, tapi entah kenapa Arumi merasa sangat bahagia. Seolah Arumi berusaha mengamini ucapan itu.
"Wah... Selamat ya!" jawab pria itu.
Tak lama kemudian pria itu berpamitan pergi setelah ia dan Erlan ngobrol-ngobrol sebentar dan saling bertukar kontak satu sama lain.
"Teman kamu?" tanya Arumi setelah mereka kembali berjalan menelusuri pinggiran jalan.
"Iya. Teman lama. Teman kuliah dulu."
"Ooh.." reaksi Arumi hanya seperti itu.
"Kenapa kamu bilang kalau aku ini Istri kamu?" Pertanyaan itu tiba-tiba di lemparkan Arumi.
"Kenapa? Kamu gak suka?"
"Bukan!" sela Arumi.
"Kamu suka?"
Arumi mengangguk malu.
"Semoga saja, suatu hari nanti bisa kesampaian." gumam Erlan pelan.
Lagi-lagi Arumi hanya mengangguk, tapi kali ini sambil tersenyum ke arah Erlan.
Tiba-tiba ponsel Erlan kembali berdering. Sebuah panggilan masuk. Namun, kali ini sebuah panggilan tak bernama, hanya deretan angka yang terlihat di layar.
"Angkatlah!" pinta Arumi .
"Mungkin saja penting, Erlan!"
Akhirnya Erlan menuruti perintah Arumi. Ia segera menerima panggilan itu.
"Halo!" sapa Erlan mengawali.
Cukup lama Erlan hanya mendengarkan seseorang yang sedang berbicara di balik telepon. Namun, raut wajahnya tiba-tiba murung dan sangat panik.
"Siapa?" tanya Arumi saat Erlan sudah mengakhiri panggilan orang yang entah siapa ia tak tahu.
"Temannya Rika."
"Temannya Rika?" Arumi sedikit terheran.
"Kenapa?" tanya Arumi lagi.
Arumi melihat wajah Erlan masih sangat panik. Erlan terlihat ragu untuk menjawab pertanyaannya.
"Ada apa, Erlan?" Arumi kembali bertanya.
"Rika masuk UGD."
Arumi seketika terkejut mendengar jawaban Erlan.
"Kenapa? Dia sakit?" Arumi juga kini ikut panik.
"Gak tau."
"Arumi, aku harus segera ke sana." Ucap Erlan yang sedikit merasa tak enak pada Arumi.
"Iya Erlan. Pergilah! Aku bisa pulang sendiri. Keadaan Rika jauh lebih penting."
"Enggak, Arumi!" Erlan menyela ucapan Arumi.
"Kamu harus ikut sama aku. Aku cuma mau memastikan keadaan Rika. Setelah itu, aku antar kamu pulang."
"Gak usah, Erlan! Beneran, aku gak papa pulang sendiri."
"Arumi!" Erlan mengusap wajah Arumi dengan lembut.
"Aku mohon turuti keinginanku. Aku gak mungkin ninggalin kamu di tempat kaya gini."
"Tapi, Lan ...."
"Please!" Ucap Erlan penuh permohonan.
Sejenak Arumi berfikir sampai akhirnya Arumi mengiyakan permintaan Erlan itu.
Mereka bergegas menuju ke rumah sakit. Sepanjang jalan, Erlan tak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang kalut.
Meskipun ada sedikit perasaan cemburu, tapi Arumi berusaha memaklumi semuanya. Bagaimana pun juga Rika adalah Istri Erlan.
Mereka terikat pernikahan yang sah. Wajar kalau Erlan mempunyai perasaan terhadap Istrinya, meski hanya sedikit sekalipun.
***
Arumi dan Erlan akhirnya sampai di rumah sakit. Rika sudah dibawa ke ruang perawatan.
Arumi mendengar Rika sampai di bawa ke UGD karena penyakitnya yang kambuh.
Erlan masuk ke dalam. Sedangkan Arumi hanya menunggu di luar. Arumi hanya di izinkan Erlan melihat keadaan Rika dari kejauhan seperti itu.
Karena Rika memang tak boleh mengetahui keberadaannya. Apalagi mengetahui kalau ia baru saja sedang bersama Suaminya.
"Erlan!" seru Rika yang langsung beranjak duduk setelah mengetahui kedatangan Suaminya.
Erlan duduk di sisi ranjang. Rika seketika memeluk tubuh Erlan sangat erat.
Erlan mengusap lembut punggung Rika. Arumi bahkan bisa merasakan ketulusan yang kini ditujukan Erlan untuk wanita di pelukannya itu.
"Kamu gak papa, Rika?" tanya Erlan lirih.
"Aku tadi kesakitan, Erlan."
Rika melepas pelukannya lalu menatap lekat wajah Suaminya.
"Kamu ke mana aja? Aku hubungi hak di jawab."
Erlan sedikit gugup mendengar pertanyaan Rika.
"Cuma lagi di rumah, Aku ketiduran tadi. Jadi, gak dengar panggilan dari kamu."
Rika kembali memeluk tubuh Erlan lalu mengucapkan sesuatu.
"Lain kali jangan mengabaikanku lagi ya, Erlan! Aku tadi butuh banget kamu."
"Iya, Rika."
"Kamu janji?"
"Mmm."
"Aku sayang sama kamu, Erlan. Kamu juga sayang kan, sama Aku?"
"Iya. Aku juga sayang sama kamu."
Jawaban Erlan sangat lirih, namun masih terdengar jelas di telinga Arumi.
Perasaan Arumi seketika memanas. Hatinya sangat sakit. Seolah ia sedang dikhianati.
Arumi ingin segera pergi dari tempat itu. Tak mungkin Arumi masih tetap tinggal dan harus menyaksikan pemandangan yang sungguh tak mengenakkan di matanya.
"Cuma kaya gini aja, hatiku udah hancur berkeping-keping. Padahal gak seharusnya perasaan sakit ini terjadi. Bukannya aku yang ada di pihak yang menyakiti?" Batin Arumi mulai berbeda pendapat.
"Arumi, kenapa sih kamu? Kenapa juga aku harus menangis dan terluka. Sedangkan di kemudian hari mungkin rintangan dari hubungan kalian akan semakin berat dan berliku."
Saat Arumi tengah melangkah dengan tatapan kosong sambil terus membatin. Tiba-tiba sebuah pelukan dari belakang menghentikan langkahnya.
Arumi merasakan keberadaan Erlan. Rupanya Erlan yang baru saja melihat Arumi pergi begitu saja langsung mengejarnya.
"Arumi!" lirih Erlan tepat di telinga Arumi.
"Apa aku nyakitin kamu?"
Arumi hanya menggeleng, tak mampu berucap karena suaranya pasti akan terdengar sangat bergetar.
"Kamu nangis, Arumi."
Erlan langsung mengetahui itu, meski Arumi sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan tangisannya.
"Maaf Arumi, aku udah nyakitin kamu kaya gini. Percayalah, aku cuma bohong sama Rika. Yang aku sayangi dan yang aku cintai cuma kamu, Arumi. Bukan dia."
Hati Arumi seolah terobati karena ucapan Erlan. Pernyataan cinta itu sudah membuatnya menjadi orang terjahat di dunia.
"Maaf Rika, aku cinta banget sama Suami kamu..." batin Arumi.
**************
**************
ingat karma ya arumi erlan....mempermainkan pernikahan
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,