Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Teror Kembali
"Anjir, ini apaan lagi?!" Rina langsung mundur dari dinding kamarnya, mata melebar penuh ketakutan. Lila, yang tadinya masih bengong, langsung ikut ngerasa panik.
"Rin, jangan panik dulu," Lila mencoba tetap tenang meski jantungnya berdegup kencang. Mereka baru aja pulang, berharap semua berakhir, tapi sekarang jelas-jelas ada sesuatu yang masih ngikutin mereka. Tulisan di dinding itu nggak bisa diabaikan.
"Jangan panik? Lo lihat sendiri kan tuh? 'Aku belum selesai'! Gila lu, Lil! Gue nggak bisa, gue nggak mau ngadepin ini lagi!" Rina hampir nangis, suaranya bergetar hebat.
Lila menarik napas dalam-dalam, matanya mencoba mencari solusi. "Dengerin gue, Rin. Mungkin ini cuma sisa-sisa energi mereka. Kita udah ngusir bayangan itu, inget kan? Mungkin ini cuma semacam peringatan."
"Peringatan apaan?! Ini jelas-jelas mereka masih ada di sini!" Rina mulai berjalan bolak-balik di kamarnya, nggak tenang. Sambil meremas tangannya sendiri, dia melihat ke sekeliling, seolah-olah hantu itu bisa muncul kapan aja.
"Rina, stop!" Lila menarik tangan Rina, nahan dia supaya nggak makin histeris. "Kita bakal cari jalan keluar. Tapi kalau lo terus panik gini, kita nggak bakal bisa mikir dengan jernih."
Rina menarik napas berat, mencoba mengikuti saran Lila meskipun matanya masih berkaca-kaca. "Oke... oke... Gue cuma... nggak siap buat ini lagi, Lil. Gue kira udah beres."
Lila ngerti banget perasaan temennya itu. Dia juga ngerasa hal yang sama. Mereka kira teror ini udah selesai, tapi kenyataannya, sepertinya masih ada sesuatu yang belum mereka tuntaskan. "Kita bakal cari cara, Rin. Tapi kita harus tenang dulu."
Mereka duduk di kamar Rina, mencoba meredakan kepanikan yang udah merambat ke seluruh tubuh. Lila menatap tulisan di dinding itu lagi, dan dia sadar ini bukan sembarang ancaman. Ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini.
"Lo inget nggak waktu kita ke paranormal itu?" tanya Lila tiba-tiba, memecah keheningan.
Rina ngangguk pelan. "Iya, terus kenapa?"
"Kata dia, kita bakal terus didatengin sampai kita beresin semua. Gue rasa, kita belum bener-bener selesai."
"Terus? Maksud lo, kita harus balik lagi ke paranormal itu?" Rina menatap Lila dengan mata penuh rasa takut.
"Mungkin. Atau mungkin ada hal lain yang belum kita lakuin." Lila terdiam sebentar, mencoba mengingat setiap detail kejadian yang mereka alami. "Mungkin ada sesuatu yang kita lewatkan."
Rina mendesah, tangannya masih gemetar. "Gue nggak tau deh, Lil. Tapi gue nggak bisa terus kayak gini. Kita harus lakuin sesuatu."
Lila bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah jendela, melihat ke luar. Malam sudah mulai turun, tapi suasana di luar terasa lebih dingin dari biasanya, seolah-olah ada sesuatu yang mengintai mereka dari balik bayang-bayang.
"Oke, Rin. Kita nggak bisa cuma nunggu. Gue rasa, kita harus nyari tahu lebih jauh soal ini. Mungkin paranormal itu punya jawaban lebih banyak. Atau... mungkin kita bisa nemuin cara lain buat nutup ini semua."
Rina berdiri, meski kakinya masih terasa gemetar. "Kalau lo bilang gitu, yaudah. Gue ikut lo aja."
Lila menatap Rina dengan penuh tekad. "Gue janji, Rin. Kita bakal cari cara biar ini semua berakhir. Dan kali ini, bener-bener berakhir."
...****************...
Malam itu, mereka memutuskan buat kembali ke tempat paranormal yang pernah mereka datangi dulu. Meskipun perasaan mereka masih campur aduk, mereka tahu kalau ini satu-satunya pilihan yang mereka punya. Nggak mungkin terus-terusan hidup dalam ketakutan kayak gini.
Mereka sampai di rumah paranormal itu, yang tampak lebih suram dari yang mereka ingat. Udara malam makin dingin, dan suasana di sekitar rumah itu terasa jauh lebih mencekam.
Lila mengetuk pintu dengan ragu, berharap paranormal itu masih mau bantuin mereka. Nggak lama, pintu terbuka, dan seorang wanita tua dengan tatapan tajam muncul di depan mereka.
"Kalian kembali lagi," katanya dengan suara serak, seolah-olah udah nunggu kedatangan mereka.
"Iya, Bu. Kita butuh bantuan lagi," jawab Lila sambil sedikit menunduk, ngerasa nggak enak.
Paranormal itu nggak banyak ngomong. Dia cuma ngangguk pelan dan mempersilakan mereka masuk. Suasana di dalam rumah itu masih sama: penuh aroma dupa, dengan cahaya temaram dari lilin yang menerangi ruangan.
"Kalian nggak bisa kabur dari ini," ucap paranormal itu tiba-tiba, suaranya rendah tapi penuh tekanan. "Sesuatu yang kalian ganggu nggak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka mau."
Lila dan Rina saling pandang dengan bingung. "Mereka? Maksudnya siapa?" tanya Rina, suaranya bergetar lagi.
"Makhluk-makhluk itu. Mereka nggak akan pergi begitu aja. Kalian udah nyentuh sesuatu yang seharusnya nggak disentuh."
Lila mengernyit. "Tapi kita nggak nyentuh apa-apa. Kita cuma—"
"Kalian masuk ke tempat yang terlarang. Itu udah cukup buat membangunkan mereka," potong paranormal itu.
"Jadi, apa yang harus kita lakuin?" tanya Lila, mulai ngerasa semakin putus asa.
Paranormal itu menghela napas panjang. "Kalian harus menyelesaikan apa yang kalian mulai. Kalau nggak, mereka akan terus datang. Dan kali ini, mereka akan lebih kuat."
Rina menggelengkan kepala. "Gue nggak bisa, Bu. Gue nggak sanggup."
"Kalian harus. Kalau kalian nggak mau ini berakhir dengan hal yang lebih buruk."
Paranormal itu kemudian memberikan mereka beberapa instruksi—ritual yang harus mereka lakukan untuk mengakhiri semuanya. Ritual itu nggak mudah, dan mereka harus melakukannya di tempat di mana teror pertama kali mulai muncul.
"Kalian harus siap. Kalau gagal, nyawa kalian taruhannya."
Kata-kata itu ngebekas di kepala mereka saat mereka meninggalkan rumah paranormal tersebut. Malam itu, rasa takut yang tadinya mulai hilang kembali menghantui mereka. Teror yang mereka kira sudah selesai ternyata masih jauh dari berakhir.
Dan kali ini, mereka tahu kalau taruhan hidup mereka beneran nyata.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...