NovelToon NovelToon
Dolfin Band Kisahku

Dolfin Band Kisahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Duniahiburan / Reinkarnasi / Persahabatan / Fantasi Isekai / Sistem Kesuburan
Popularitas:158
Nilai: 5
Nama Author: F3rdy 25

Di tengah gemuruh ombak kota kecil Cilacap, enam anak muda yang terikat oleh kecintaan mereka pada musik membentuk Dolphin Band—sebuah grup yang lahir dari persahabatan dan semangat pantang menyerah. Ayya, Tiara, Puji, Damas, Iqbal, dan Ferdy, tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga impian untuk menciptakan karya yang menyentuh hati. Terinspirasi oleh kecerdasan dan keceriaan lumba-lumba, mereka bertekad menaklukkan tantangan dengan nada-nada penuh makna. Inilah perjalanan mereka, sebuah kisah tentang musik, persahabatan, dan perjuangan tak kenal lelah untuk mewujudkan mimpi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesaksian

Pagi itu, cuaca cukup cerah. Ferdy dan teman-temannya berkumpul di depan polsek tengah, wajah mereka penuh dengan campuran kecemasan dan ketegangan.

Mereka tahu ini adalah momen penting, di mana mereka harus memberikan kesaksian terkait tragedi pengeroyokan dan penculikan yang dilakukan oleh Gilang dan gengnya beberapa minggu yang lalu.

"Apa kalian udah siap?" tanya Ferdy sambil memandang satu per satu wajah temannya.

"Aku siap," jawab Ayya dengan nada tegas, meski di balik matanya ada bayang-bayang ketegangan. "Ini harus diselesaikan, Gilang dan gengnya gak bisa terus-terusan menebar teror."

Tiara mengangguk. "Iya, aku juga udah gak sabar. Mereka harus dihukum."

Iqbal, yang biasanya lebih kalem, tampak lebih gelisah dari biasanya. "Gue harap semuanya lancar, ya. Gak enak juga sih harus ketemu polisi kayak gini."

Damas, yang selalu berusaha menjaga suasana tetap ringan, mencoba melempar candaan. "Ya kalau gak lancar, kita lapor aja sama Pak Polisi buat minta denda kopi!" ucapnya sambil terkekeh, meski tak ada yang benar-benar tertawa.

"Ayo, masuk. Jangan biarin mereka nunggu terlalu lama," Puji akhirnya berbicara, sambil berjalan menuju pintu masuk polsek.

Mereka semua memasuki kantor polisi dan disambut oleh seorang petugas yang langsung mengarahkan mereka ke ruang interogasi, di mana Pak Gatot sudah menunggu.

"Selamat pagi, anak-anak," sapa Pak Gatot dengan senyum ramah. "Terima kasih sudah datang. Kita akan melakukan sesi tanya jawab untuk mendapatkan kesaksian kalian terkait kejadian yang melibatkan Gilang dan gengnya. Jangan khawatir, ini hanya prosedur standar."

Ferdy memulai. "Iya, Pak. Kami semua siap untuk memberikan kesaksian. Kami tahu ini penting."

Pak Gatot membuka berkas di depannya dan mulai dengan pertanyaan dasar. "Mari kita mulai dengan kronologi kejadian. Ferdy, kamu bisa ceritakan dari awal, mulai dari kejadian pengeroyokan terhadap kamu."

Ferdy mengambil napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara. "Itu terjadi sekitar tiga minggu lalu. Saat itu, aku sedang dalam perjalanan pulang dari latihan band. Di tengah jalan, aku tiba-tiba diserang oleh Gilang dan teman-temannya. Mereka mengeroyokku tanpa alasan yang jelas, hanya karena Gilang merasa tersaingi."

Pak Gatot mencatat setiap detail. "Berapa orang yang ikut dalam pengeroyokan itu?"

"Lima orang, Pak. Termasuk Gilang sendiri. Mereka semua memukuli aku tanpa ampun, dan aku sempat pingsan."

Ayya yang duduk di sebelah Ferdy tampak tegang mendengar cerita itu diulang lagi. Tiara menggenggam tangan Ayya untuk menenangkannya.

Pak Gatot melanjutkan pertanyaannya. "Setelah kejadian itu, apakah kamu melaporkannya ke polisi?"

"Iya, Pak. Setelah aku sadar, aku langsung lapor. Tapi saat itu, aku terlalu lemah untuk memberikan pernyataan lengkap. Baru sekarang aku bisa memberi kesaksian lebih rinci."

setelah ferdy giliran puji, Damas dan iqbal pun memberikan keterangan yang sama apa yang terjadi dengan mereka, apa lagi iqbal yang terkena pukul balok kayu.

Pak Gatot mengangguk mendengarkan dan memberikan pertanyaaan kepada mereka.

lalu beralih ke Ayya dan Tiara. "Ayya, Tiara, bagaimana dengan kalian? Apakah kalian juga terlibat dalam insiden penculikan yang dilakukan oleh Gilang?"

Ayya menghela napas panjang sebelum menjawab. "Iya, Pak. Setelah semua mendapatkan pengroyokan itu, kami jadi target berikutnya. Gilang dan gengnya menculik kami ketika kami pulang dari kampus setelah mendaftar masuk mahasiswi baru. Mereka membawa kami ke gudang kosong."

"Bagaimana kondisi kalian saat itu?" tanya Pak Gatot, memperlihatkan wajah yang serius.

Tiara menjawab dengan suara bergetar. "Kami sangat ketakutan, Pak. Mereka mengancam akan melakukan hal-hal buruk jika Ferdy dan teman-teman lainnya tidak datang menyelamatkan kami. Mereka... mereka benar-benar jahat."

Pak Gatot mengangguk lagi, wajahnya semakin serius. "Dan siapa yang datang menyelamatkan kalian?"

"Ferdy dan kakaknya," jawab Ayya cepat. "Mereka datang tepat waktu. Kalau saja mereka terlambat sedikit, aku gak tahu apa yang akan terjadi pada kami."

Suasana di ruangan itu menjadi tegang. Pak Gatot berhenti sejenak, memandang mereka dengan pandangan penuh empati.

"Ini jelas kejahatan yang serius. Gilang dan teman-temannya tidak hanya melakukan kekerasan fisik, tapi juga melakukan penculikan dan ancaman. Kesaksian kalian sangat penting dalam proses hukum ini."

Iqbal yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara. "Pak, saya cuma mau bilang, mereka gak cuma jahat secara fisik. Mereka juga selalu memeras anak-anak lain di sekolah. Kami udah lama denger soal Gilang dan gengnya, tapi baru sekarang mereka makin nekat."

Damas menambahkan, "Iya, mereka sering malak anak-anak yang lebih lemah. Tapi selama ini gak ada yang berani lapor karena takut dibalas."

Pak Gatot mengangguk lagi. "Kami sudah mendengar laporan serupa dari beberapa murid lain, tapi baru sekarang kami mendapatkan bukti konkret untuk menindak mereka. Saya pastikan, mereka tidak akan lolos dari hukuman."

Setelah selesai memberikan kesaksian, Pak Gatot meminta mereka menunggu di luar sementara dia menyelesaikan laporan.

Di luar ruang interogasi, Ayya tampak lega meskipun masih ada sedikit ketegangan di wajahnya. "Akhirnya, semua ini bisa segera berakhir."

Tiara mengangguk. "Iya, gue udah capek ngadepin mereka. Gilang dan gengnya bikin hidup kita gak tenang selama berminggu-minggu."

Ferdy tersenyum kecil, meski luka di tangannya masih sedikit terasa. "Yang penting sekarang, kita udah kasih kesaksian. Polisi bakal tangani sisanya."

Tak lama kemudian, Pak Gatot keluar dari ruangannya dan menghampiri mereka. "Terima kasih atas kerjasama kalian, anak-anak. Kesaksian kalian akan sangat membantu kami dalam menuntaskan kasus ini. Saya harap kalian bisa terus tenang dan menyerahkan semuanya pada pihak berwajib."

"Terima kasih, Pak," jawab Ferdy mewakili teman-temannya.

Pak Gatot tersenyum tipis. "Oh, satu lagi. Gilang dan teman-temannya sudah ditahan dan tidak akan bebas dalam waktu dekat. Jadi kalian bisa tenang, tidak ada lagi ancaman dari mereka."

Mendengar itu, wajah-wajah tegang anak-anak Dolfin Band mulai mengendur. Ayya yang tadinya cemas, akhirnya bisa tersenyum lega.

"Jadi kita benar-benar aman sekarang?" tanya Ayya memastikan.

"Iya, kalian aman. Saya akan terus memantau perkembangan kasus ini," jawab Pak Gatot.

Setelah semuanya selesai, mereka pun meninggalkan kantor polisi dengan perasaan yang jauh lebih lega. Iqbal, yang biasanya pendiam, akhirnya tertawa kecil.

"Serius deh, ini kayak mimpi buruk yang akhirnya selesai," kata Iqbal sambil menepuk pundak Ferdy.

Damas tertawa. "Gue setuju, Bal. Sekarang kita bisa fokus buat malam kebersamaan tanpa harus mikirin gangguan dari Gilang dan gengnya."

Puji menambahkan, "Dan yang paling penting, kita bisa hidup tenang tanpa ancaman."

Mereka semua tertawa kecil sambil berjalan menuju parkiran tempat kendaraan mereka berada.

Meski masalah ini akhirnya selesai, mereka tahu bahwa pertemanan mereka semakin kuat karena telah melalui semua cobaan ini bersama-sama.

---

Setelah tiba di rumah masing-masing, semuanya merasa lega bahwa Gilang dan gengnya akhirnya ditangani oleh polisi.

Ferdy merebahkan diri di tempat tidurnya sambil memikirkan semua yang telah terjadi. Ayya mengirim pesan singkat kepadanya.

_"Terima kasih udah selalu ada buat kita semua, Fer. Kamu emang pemimpin yang luar biasa♥️🥰."_

Ferdy tersenyum sambil membaca pesan itu. Dia tahu bahwa mereka telah melalui banyak hal, dan dia bersyukur bisa melindungi teman-temannya.

Malam itu, Ferdy tidur dengan perasaan damai, tahu bahwa mereka semua bisa mulai hidup dengan lebih tenang. Mereka sudah memberikan kesaksian, dan keadilan sedang berjalan.

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai kak salam kenal...
saya Pocipan ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm
di sini kita adakan Event dan juga belajar bersama dengan mentor senior.
jika kaka bersedia untuk bergabung
wajib follow saya lebih dulu untuk saya undang langsung. Terima Kasih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!