Karya terbaru dari Author "Berondong Bayaran CEO Cantik."
Ig : oh_ya_ra
tiktok : link di ig
Ananta Nayra Santoso, tiba-tiba mengandung anak dari sahabatnya sendiri yakni Sean Alejandro Blanco. Semua bermula ketika mereka pergi ke sebuah bar dan mabuk berat. Keduanya sama-sama tak sadar telah melakukan hal tersebut. Mendengar kabar kehamilan Nayra, orang tua mereka yang berselisih selama ini pun kembali cekcok. Nenek keduanya menginginkan mereka menikah, tetapi mereka berdua sudah memiliki kekasih masing-masing. Bagaimana kah kisah selanjutnya?. Ikuti saja cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari
Hari berikutnya sepulang kerja, Nayra dan Sean sepakat untuk mencari klinik aborsi. Mereka mencari informasi di berbagai media, tetapi begitu sulit.
Agaknya informasi-informasi mengenai tempat tersebut memang sudah di block oleh pihak yang berwenang.
Semua dimaksudkan agar tidak ada orang yang sengaja melakukan hal tidak terpuji, lalu dengan sengaja menggugurkan hasilnya. Terutama kalangan para remaja masa kini.
"Gue nggak berhasil nemuin satu klinik pun. Semua informasi kayaknya udah di block." ujar Nayra.
"Sama, gue juga nggak nemu infonya." jawab Sean.
"Terus kita gimana?" tanya Nayra.
Tiba-tiba perempuan itu merasa perutnya begitu lapar. Padahal tadi siang ia makan cukup banyak.
"Kenapa Nay?"
Sean bertanya pada Nayra yang tiba-tiba terdiam.
"Gue laper, Sean." ujar Nayra seraya menatap nanar ke arah pemuda tersebut.
Sejatinya itu sangatlah menggemaskan bagi Sean. Tetapi karena situasinya tidak tepat, maka ia pun bersikap biasa saja.
"Ya udah, kita cari makan sekarang " jawab Sean.
"Lo pengen makan apa?" tanya nya kemudian.
"Nasi putih yang pulen gitu, sayur bening bayam, tempe goreng, sama sambel terasi." jawab Nayra.
Sean agak kaget, sebab apa yang barusan disebutkan wanita itu adalah makanan kesukaannya. Sementara Nayra kini tersadar kenapa dulu ia pernah menginginkan hal serupa di pagi hari.
Ternyata semua itu karena ia sedang ngidam, dan bayi yang ia kandung adalah bayi Sean. Jadi keinginannya sama dengan apa yg disukai oleh pemuda tersebut.
"Itu mah masakan rumahan, Nay. Agak susah nyarinya." jawab Sean.
"Di warteg gitu emang nggak ada?" tanya Nayra.
"Emang lo mau makan di warteg?" Sean balik bertanya.
Sebab selama bertahun-tahun berteman, belum pernah sekalipun ia mengajak Nayra untuk makan ditempat tersebut. Pergi sendiri pun Nayra tidak mau, sebab ia selalu membuat makanannya sendiri atau dimasakkan oleh mbak Siti.
"Ya udah ngak apa-apa." jawab Nayra.
"Oke, kita cari dulu warteg nya." ujar Sean.
Tak lama mereka pun menemukan sebuah warteg. Disana terdapat tempe goreng, tetapi tidak ada sayur bening bayam dan sambalnya pun bukan sambal terasi.
Nayra tidak mau jika apa yang ia inginkan tidak lengkap. Lalu mereka sepakat mencari warteg yang lainnya lagi dan semua sama saja.
"Laper." rengek Nayra.
"Tunggu bentar, gue lagi searching tempat lain." ujar Sean.
Mereka saat ini sudah berada di mobil, dan Sean melakukan pencarian di google dan sosmed.
"Nih ada nih, namanya rumah makan selera Nusantara. Menu nya banyak, dan semua yang lo mau ada disini." ujar Sean.
Ia menunjukkan hasil pencariannya pada Nayra, dan seketika Nayra pun menjadi gembira.
"Oke deh." jawab perempuan itu.
"Oke, kita kesana ya."
Sean mengemudikan mobilnya dan mencari tempat tersebut. Dalam hitungan menit, mereka berdua sudah tiba. Ternyata jaraknya tak begitu jauh dari tempat dimana tadi mereka berhenti.
Setibanya disana, mereka langsung dibawa ke sebuah meja dan diberikan buku menu. Nayra makin gembira sebab yang ia inginkan semua ada disana dan masih banyak.
Ia pun memesan apa yang tadi telah ia idam-idamkan, lalu menambah ikan goreng serta yang lain-lain.
Sean berkali-kali tersenyum demi menyaksikan Nayra yang makan dengan begitu lahap. Ia jadi kian memikirkan bayi yang ada di dalam kandungan wanita itu.
"Nay, seandainya bayi ini kita lahirkan. Kira-kira mukanya lebih dominan ke siapa ya?. Lo atau gue?."
Sean tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang membuat selera makan Nayra tiba-tiba anjlok.
"Kalau kesukaan, kayaknya dia sama sukanya kayak yang gue suka."
Lagi-lagi Nayra terdiam dan tiba-tiba saja ada perasaan tidak enak yang menjalar di batinnya. Tanpa sadar ia menyentuh dan mengusap-usap perutnya sendiri yang masih rata.
"Koq lo jadi berhenti makan gitu sih?.. Gue cuma berandai-andai aja koq."
Sean baru sadar jika raut wajah dan selera makan Nayra kini berubah.
"Gue nggak ada maksud apa-apa." ujar Sean sekali lagi.
Nayra mengangguk, lalu melanjutkan makan. Tapi suasana sudah tak seperti tadi. Tiba-tiba handphone Sean menerima sebuah pesan.
"Kata temen gue ada klinik aborsi di daerah dekat rumahnya." ucap pemuda itu.
Seketika Nayra pun kembali bersemangat.
"Ya udah kalau gitu, apa kita datangi aja sekarang?" tanya nya kemudian.
"Oke, habiskan dulu semuanya." jawab Sean.
Nayra pun lalu menghabiskan sisa makanan. Usai beristirahat sejenak mereka lalu bergerak menuju ke tempat yang dimaksud.
"Tadi lo nanya nya gimana ke teman lo?" tanya Nayra penasaran.
"Ya nanya aja. Dia pasti ngira gue ngehamilim cewek gue sendiri." jawab Sean.
"Oooh."
Nayra manggut-manggut.
"Kenapa emangnya?" tanya Sean.
"Nggak, penasaran aja. Soalnya gue juga nanya ke teman-teman gue. Tapi gue bilangnya buat sepupu yang anaknya udah banyak dan nggak mau punya anak lagi." jawab Nayra.
"Oh gitu."
Gantian Sean yang manggut-manggut. Selang beberapa saat berlalu, tibalah mereka ke tempat yang dimaksud. Tetapi klinik itu tampak dipasangi garis polisi. Sepertinya baru saja terjadi sebuah peristiwa atau masalah.
"Pak, ini ada apa ya?" tanya Sean pada salah seorang aparat yang bertugas.
"Kenapa pak?. Bapak pasien klinik ini?"
Aparat tersebut balik bertanya pada Sean. Untung otak pemuda itu bisa berpikir dan menganalisa dengan cepat. Ia yakin telah terjadi sesuatu yang buruk dengan klinik itu dan ia tak mau sampah terlibat.
"Nggak, saya kebetulan mau lewat aja pak. Mau ke rumah saudara di ujung jalan sana dan penasaran ngeliat ini." dustanya kemudian.
Nayra sendiri memilih untuk bungkam dan tak bicara apa-apa. Lagipula posisinya di dalam mobil dengan kaca yang masih tertutup.
"Klinik ini melakukan praktek aborsi secara ilegal, pak. Makanya hari ini dilakukan tindakan." jawab aparat tersebut.
"Oh gitu, saya kira ini klinik biasa."
Sean berpura-pura, agar terlihat seperti orang yang benar-benar tidak tau.
"Memang klinik biasa tempat orang-orang berobat, tapi ada sampingannya." jawab si aparat.
"Oh begitu, nggak nyangka ya. Kalau begitu permisi, kami lanjut jalan pak."
"Baik silahkan, selamat sore."
"Sore pak."
Sean melanjutkan perjalanan dan setelah sampai agak jauh, ia dan Nayra pun menarik nafas dalam-dalam.
Mereka cukup lega karena tak ikut terseret dalam kejadian tadi. Meski mereka baru saja berniat datang, tapi mereka bisa saja dianggap menjadi bagian. Karena hendak mengugurkan janin yang tidak bersalah.
"Sean, gue deg-degan banget ini."
Nayra tampak memegang bagian kiri dadanya. Dimana jantung wanita itu berdetak dengan kencang.
"Kita pulang aja ya, biar lo lebih tenang." ucap Sean.
Nayra pun mengangguk. Tak lama setelah itu mereka bergerak meninggalkan tempat tersebut.
Mereka akan mencari klinik lain besok atau lusa saja, atau mungkin lain waktu. Mengingat mereka tak mau menghadapi masalah yang serupa seperti tadi.
mudah2an g terjadi perang bintang y....