Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hangat
**
6 Bulan Kemudian,
"Kenzie, berhenti disitu. Jangan naik ke atas tangga" tegur Satya pada sang putra
Kenzie menoleh, menunjukkan ekspresi tanpa sedikit pun rasa bersalah kepada sang Papa.
Satya hanya bisa menggelengkan kepala, ternyata mengasuh kedua anak kembarnya tidaklah mudah. Mereka sedang aktif-aktifnya, bahkan tak jarang membuat Suster Elia kewalahan
"Kenzie Narendra, kamu ini sangat senang membuat Papa kesal ya" ujar Satya
Kenzie hanya menanggapinya dengan tawa, bocah lelaki yang hampir berusia 2 tahun itu merentangkan tangan sambil berlari ke arah Satya
"Papa..." ujarnya senang
Satya langsung meraih tubuh Kenzie, menggendongnya. "Jangan mendekati tangga tanpa bantuan dari siapapun. Itu bahaya." Ucap Satya mengingatkan
Kenzie mengangguk-anggukkan kepala, entah apa dia memang memahami perkataan sang Papa atau tidak.
Saat Satya tengah asik bersama dengan Kenzie si sulung. Dari belakang mereka, Kenan menyusul. Dia sangat senang melihat keberadaan Papa dan Kakak lelakinya
"Papa...Papa" teriak Kenan berlari dengan kaki mungilnya berusaha mendekati Satya
Satya melemparkan senyuman hangatnya pada si bungsu, sangat senang melihat Kenan berlari antusias ke arahnya.
"Kenan Arkatama, jangan lari. Biar Papa yang datangi kamu" sergah Satya
BRUG! Kenan mengalungkan kedua kakinya pada betis Satya, mendongak ke atas seolah meminta agar Satya menggendongnya.
"Ck, kamu cemburu sama Kakak ya? Ingin di gendong?" Tawar Satya yang mendapatkan anggukan antusias dari Kenan
"Baiklah, Papa gendong kalian"
Satya mengangkat tubuh Kenan menggunakan tangan kirinya, menimang kedua buah hatinya sembari mengecupi pucuk kepala mereka secara bergantian.
Kedua anak kembar itu juga terlihat sangat senang berada dalam gendongan Papa mereka. Tak urung membuat perasaan bahagia membuncah luar biasa di dalam hati Satya
"Hartaku yang paling berharga, anak-anakku" bisik Satya
Lelaki itu tiba-tiba mencari keberadaan sang istri. Ternyata sudah sejak tadi Hanita pamit katanya ingin memasak makan siang untuk Satya, tapi sampai sekarang wanita itu tak kunjung keluar dari pantry
"Kemana Mama ya,sayang?" Tanya Satya pada kedua anak kembarnya yang tentu hanya bisa dijawab dengan tawa oleh mereka
Satya mengajak kedua anaknya, mendudukkan mereka ke atas baby chair yang berada didepan meja makan.
"Tunggu disini sebentar, Papa mau melihat Mama" Satya menoleh ke arah Suster Elia
"Tolong jaga mereka, jangan sampai Kenzie mendekati tangga lagi" pesan Satya
"Baik,Tuan" sahut Suster Elia
Satya pun berjalan ke arah pantry, dia bisa mencium aroma sedap yang sepertinya berasal dari masakan buatan Hanita.
Benar saja, Satya bisa melihat keberadaan sang istri yang saat ini tengah terlihat sangat sibuk bergulat dengan pan dan kompor di depannya
Rambut Hanita yang dicepol ke atas, serta apron yang wanita itu gunakan entah mengapa terlihat sangat cantik dimata Satya. Membuat senyuman diatas wajah tampan Satya terus tersungging
Satya melangkah perlahan, mengendap-endap seperti pencuri mendekati Hanita. Dia berniat ingin mengagetkan istrinya itu
Tiba-tiba saja, Satya melingkarkan kedua tangannya pada pinggang langsing Hanita. "Kamu tidak terkejut?" Heran Satya
Hanita terkekeh geli, "Tuan Satya Dewantara, aku bahkan bisa mencium aroma parfummu dari kejauhan."
"Apa menurutmu, aku tidak sadar saat kamu mendekatiku?" Ujar Hanita
Satya mengaruk kepalanya yang tidak gatal, dia lupa kalau istrinya ini memang sangat peka. Satya tidak mau ambil pusing, dia meletakkan dagunya ke atas pundak Hanita, mengendus aroma tubuh sang istri dengan dalam dan lama
"Apa yang kamu masak,sayang?" Tanyanya lembut
"Membuat steak kesukaanmu, seperti biasa dimasak sampai medium rare" sahut Hanita
Satya melemparkan pandangan ke arah pan di depan Hanita, terlihat sangat menggoda memang. Satya jadi tidak sabar ingin segera menyantapnya
"Kapan itu akan selesai? Aku lapar'' rengek Satya
Hanita menggulirkan kedua bola matanya dengan jengah, berusaha melepaskan tangan Satya dari pinggangnya
"Lepas dulu, gimana ini mau cepat selesai? Kalau kamu terus menempel padaku seperti ini?" Ketus Hanita
Tidak merasa bersalah sama sekali, Satya justru menyengir menunjukkan deretan giginya yang rapi. Lelaki itu mungkin akan tetap menempel pada Hanita jika tidak diusir paksa. Bahkan diancam tidak boleh tidur di dalam kamar jika masih terus mengganggu kegiatan masak ala Hanita
Tidak berselang lama, Hanita menyajikan steak buatannya ke atas meja makan, dibantu oleh salah satu pelayan.
Kedu bola mata Satya menatap masakan buatan istrinya dengan tatapan yang berbinar. "Nita, bisa kita makan sekarang?"
"Kamu duduklah, biarkan para pelayan yang bekerja" tukas Satya
Hanita menghela nafas lelah, mau tak mau menurut pada apa yang diucapkan oleh Satya. Hanita mengambil tempat disamping Satya, ia menimang Kenan sedang Kenzie bersama dengan Suster Elia
"Makanlah,Sat" ujar Hanita
Satya menyantap steak kesukaannya dengan rakus. Hanita bahkan sampai menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan tingkah Satya yang seperti anak kecil
"Pelan-pelan saja, tidak akan ada yang merebut makananmu" tegur Hanita
Hanita memberi eksistensi pada Kenan, menyuapi sang putra dengan makanan yang tadi juga sudah dia buatkan secara khusus.
"Anak Mama harus makan yang banyak, biar gemuk" bisik Hanita
"Kenzie lahap makannya ya,sayang." Hanita menimpali
"Nit, habis" tunjuk Satya pada piring steak di depannya yang sudah kosong
Hanita menoleh, wanita itu mengulum senyuman. Senang karena sang suami sangat menikmati apa yang dia sajikan
Setelah menyelesaikan makan siang mereka, Satya mengajak keluarga kecilnya bermain diruang tengah. Dia dan Hanita duduk sembari mengamati si kembar yang sibuk dengan dunia mereka.
"Sebentar lagi ulang tahun mereka,Nit. Kita akan merayakannya?" Satya membuka pembicaraan
"Tentu saja, kali ini akan berbeda" balas Hanita
Satya memutar kepala ke arah Hanita, bisa dia lihat betapa tulus istrinya ini terhadap dia dan anak-anak mereka. Satya juga senang karena selama beberapa bulan ini, Hanita mau lebih fokus mengurus si kembar ketimbang mementingkan pekerjaan
Mungkin itu salah satu faktor yang membuat hubungan mereka kembali menghangat meski belum sepenuhnya kembali seperti sedia kala lagi.
Satya berdiri dari posisi duduknya, mendekat dan ikut bergabung ke atas sofa bersama Hanita. Kembali mendusel tubuh istrinya itu
"Malu dilihat anak-anak,Sat" protes Hanita
"Anak-anak akan senang kalau melihat kita begini,sayang" jawab Satya
Kesal oleh tingkah sang suami, Hanita pun menghadiahkan cubitan kecil ke atas lengan kekar lelaki itu.
Mendadak sekali, Satya merasa kalau kepalanya sangat sakit. Pelukannya pada Hanita ikut mengendur, ia memegangi kepalanya dengan kencang
"Aaakh! Sak-it sekal-i!" Pekik Satya
Hanita yang semula asik dengan kegiatannya mengamati si kembar pun langsung mengalihkan perhatiannya kepada sang suami
"Sat, kamu kenapa? Kepalamu sakit?" Hanita mulai panik, wanita itu merangkul kedua bahu Satya
"Kepal-aku sak-it, Nit" sahut Satya
Berulang kali Satya menggeleng-gelengkan kepala untuk mengurai rasa sakitnya. Namun itu tak kunjung reda
''Kita ke rumah sakit saja, kamu kesakitan" tegas Hanita
"I'm fine, you don't need to worry" sahut Satya
Meski masih terasa sakit tapi lelaki itu berusaha menunjukkan senyuman terbaiknya di depan Hanita agar istrinya itu tidak khawatir
Hanita hanya bisa menghela nafas berat, pasrah akan keras kepalanya Satya. Tidak ingin sang suami makin kesakitan, Hanita memaksa Satya istirahat di kamar sekarang juga
Tidak peduli meski Satya terus merengek, menolak karena masih ingin bermain bersama si kembar.
"Pelan-pelan" gumam Hanita yang saat ini memapah tubuh Satya mendekati ranjang besar mereka
Dengan bantuan dari Hanita, perlahan tubuh Satya mulai terbaring diatas ranjang besar.
Hanita tidak bisa berhenti mengkhawatirkan sang suami. Dia seorang Dokter dan Hanita yakin kalau apa yang dialami Satya bukanlah sakit kepala biasa
"Besok datanglah kerumah sakit. Aku akan menemanimu check kesehatan. Biar aku minta Sean memeriksamu" kata Hanita
"Aku baik-baik saja,Nita. Ini hanya sakit kepala biasa" sergah Satya
Hanita tidak peduli, apapun alasannya dia akan tetap memaksa Satya untuk datang kerumah sakit dan melakukan pemeriksaan kesehatan.
"Menurutlah jika kamu tidak mau berumur pendek, Satya Dewantara. Kamu harus sehat dan berumur panjang. Ingatlah kalau Kenzie dan Kenan sangat membutuhkan kehadiran dan figurmu dalam hidup mereka." Tegas Hanita
Satya tersenyum tipis seraya menganggukkan kepala pelan. "Iya,sayangku. Jangan takut."
Tidak ingin jika Satya kembali sakit kepala, Hanita pun meminta agar suaminya itu tidur sekarang juga. Ia menaikkan selimut, menutupi tubuh Satya
"Tidurlah, aku akan menyusulmu setelah ini" kata Hanita
"Satu ciuman dibibir, aku akan tidur setelahnya" jawab Satya
Hanita mencebik kesal, meski begitu dia tetap mengabulkan apa yang diminta oleh Satya. Sebuah kecupan singkat dia berikan ke atas bibir lelaki itu
Lalu setelahnya, Hanita keluar dari kamar, membiarkan Satya beristirahat dengan tenang tanpa gangguan.
Baru beberapa menit sejak Satya mulai terlelap, namun bunyi yang berasal dari pesan masuk di ponsel berhasil menggugah Satya.
Kening lelaki itu berkerut, seingatnya dia sudah berpesan pada Sekretaris barunya untuk tidak mengganggu dia hari ini karena Satya memang berencana menghabiskan waktu seharian full bersama keluarga kecilnya
Tangan Satya terulur berusaha meraih ponsel miliknya yang tergeletak diatas nakas. Satya mengusap layar lalu menekan tombel open pada satu pesan masuk
"Apa ini ya?"
Kedua bola mata Satya terbelalak sempurna, setelah menatap lekat sebuah foto yang dikirimkan Shanum padanya. Wajah Satya yang semula sudah pucat, kini makin terlihat pucat
"Ini...tidak mungkin" gugu lelaki itu
.
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅