NovelToon NovelToon
Mas Duda Next Door

Mas Duda Next Door

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Terpaksa Menikahi Murid
Popularitas:347.6k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Naas, kemarin Ceren memaksa hatinya untuk menerima Gilang, si teman sekolah yang jelas-jelas tidak termasuk ke dalam kriteria teman idaman, karena ternyata ia adalah anak dari seorang yang berpengaruh membolak-balikan nasib ekonomi ayah Ceren.

Namun baru saja ia menerima dengan hati ikhlas, takdir seperti sedang mempermainkan hatinya dengan membuat Ceren harus naik ranjang dengan kakak iparnya yang memiliki status duda anak satu sekaligus kepala sekolah di tempatnya menimba ilmu, pak Hilman Prambodo.

"Welcome to the world mrs. Bodo..." lirihnya.


Follow Ig ~> Thatha Chilli
.
.
.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MDND ~ Bab 16

Langkahnya beriringan dengan pandangan yang tertumbuk pada seseorang yang berjalan sendiri dari arah deretan koperasi, uks dan ruang peralatan kebersihan.

Wajahnya pucat namun terlihat ia melangkah sedikit cepat.

"Lucu ya Ren, coba kalo ketauan kena deh tuh hukuman..." oceh Fira tak membuat fokus Ceren mengalihkan pandangannya. Gilang? Alisnya mengerut.

Ada rasa ingin menghampiri dan bertanya kenapa, namun teriakan teman-temannya dari belakang yang menyusul Ceren mengurungkan niatan Ceren untuk menghampiri hingga akhirnya Gilang berlalu menuju kelasnya.

*Pulang bareng*?

Sebuah notifikasi sampai di ponselnya saat Ceren sedang dalam masa-masa ngantuknya, penjelasan bu Fatima semakin membuat Ceren larut dalam rasa kantuknya.

*Boleh, nanti aku jalan sedikit jauh dari gerbang*.

Sikap manis Gilang yang memperlakukan Ceren dengan begitu istimewa sedikitnya meluluhkan hati gadis itu. Ia tidak menolak Gilang lagi saat ini, meski belum bisa menerima Gilang sepenuhnya.

*Oke cantik, see you soon*.

\*\*\*

"Ngga bareng Gilang, Ren?" tanya Fira paham melihat keresahan Ceren, terlihat jelas jika temannya itu sedang mencari-cari sesuatu atau seseorang ketika berjalan bersama setelah keluar kelas.

"Aku ngerti kok, meskipun sampe sekarang aku ngga tau kenapa kamu sama Gilang bisa pacaran, *but go get it, girl*..." Fira memang teman yang pengertian, Ceren mengulas senyuman, "thanks Ra. Nanti pasti aku cerita. Pasti! Aku duluan!" lambaian tangan Ceren meninggalkan Fira di dekat gerbang yang juga telah menatap ayahnya di gerbang, "Ayah!" teriaknya menghampiri.

"Hayuk kemon, neng cantiknya ayah lagi bikin kue di rumah...katanya nunggu anaknya pulang buat jadi tim icip..." ujar ayah Fira memancing tawa renyah gadis itu.

Ceren berjalan cepat setengah berlari menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri mencari mobil yang ia kenali. Senyumnya melebar ketika melihat mobil hitam tengah menepi di bahu jalan dan bergegas menghampiri untuk kemudian membuka pintunya.

Sempat sebelumnya ia melihat siluet bayangan penghuni bangku di dalamnya yang menengadahkan kepala sambil menyandarkan kepala serta badannya di sandaran kursi, namun saat Ceren membuka pintunya Gilang justru sudah memasang wajah tersenyumnya kaya spg kosmetik.

Ceren duduk di samping Gilang memasang tampang penasarannya, "kenapa? Aku ganteng yo?" selorohnya terkekeh sendiri, namun selorohnya kali ini tak membuat Ceren ingin tertawa, "penyakitmu lagi kambuh?" tanya Ceren.

Bukan jawaban yang ia dapatkan, "aku mau ajak kamu jalan-jalan, itung-itung ngapelin kamu..."

"Lang," tegur Ceren, guncangan laju mobil tak membuat sorot mata Ceren melembut, ia justru berdecak kesal, Gilang selalu begitu, ditanya apa jawabnya apa.

Gilang menggeleng, "ndak. Emang sekarang aku keliatan banget kaya orang penyakitan ya?" ia beralih so sibuk dengan menatap rear vision yang berada di atas kepala supir, "coba pak, arahkan kacanya sama saya..." pinta Gilang.

"Siap den mas."

Gilang yang bertingkah mengusap rambut dan narsis itu dicebiki Ceren, "narsis..." kini Ceren cengengesan geli dan Gilang membalas tawanya, "masih ganteng, aman!"

"Pak, ke emol ya, aku mau ngajak bojoku ngapel..." pinta Gilang lagi, "mau beliin dia sendal jepit. Kasian bojoku ngga punya sendal e pak, kalo nanti diajak main..."

Supir paruh baya itu terkekeh mendengar ocehan Gilang.

Praktis saja Ceren memukul pelan bahunya, "enak aja. Sendalku banyak, sepatuku juga banyak...emang yang punya sepatu banyak cuma kamu!" desisnya marah.

Gilang suka saat melihat Ceren yang bersungut-sungut begini, pertanda jika gadis ini akan baik-baik saja nantinya.

Mobil melesat pelan karena jalanan kota yang memang tak memungkinkan untuk ngebut. Mengingat letak sekolah mereka yang strategis menjadikan jaraknya cukup dekat dari sarana kota seperti mall, faskes daerah dan rumah sakit internasional serta cafe-cafe.

"Lang, aku ngga butuh sendal, sendalku udah banyak..." akuinya begitu jujur yang justru mengundang kekehan geli Gilang, sebenarnya beli sendal itu hanya wacana saja demi bisa menghabiskan waktu berdua.

"Ya ngga apa-apa, itu kan bapakmu yang kasih, kalo aku belum pernah. Dan sekarang aku mau beliin kamu." Tangan Gilang merambat mengisi kekosongan jemari Ceren menularkan rasa hangat di hati Ceren yang menatapnya dengan alis terangkat sebelah, "mesti gandengan gini?"

"Oh mesti! Takut nanti kamu ketinggalan kan repot."

Sepasang remaja ini masuk ke dalam mall, tanpa beban Gilang mengajak Ceren menyusuri pertokoan. Satu persatu toko mereka masuki meski hanya sekedar melihat-lihat dan keluar.

"Ngapain kesini, Lang?!" wajahnya memanas dan malu, "ogah gue ah!" sungutnya.

Dibacanya nama toko aneka macam dalaammann. Meski namanya 'sweet' namun tak se-sweet isi jualannya.

Gilang tertawa, "dosa ngga kalo aku pengen tau ukuran jeroanmu?"

Ceren memukul punggungnya, "privasi! Malu-maluin!" sengitnya, wajah Ceren bahkan sudah memerah.

"Hahaha, yakin ngga mau beli?" tawarnya yang sontak digelengi Ceren cepat.

"Oke. Kalo gitu sesuai janjiku yang mau beliin kamu sendal, yuk!" tariknya lagi, Ceren benar-benar ditarik kesana kemari oleh Gilang. Lelah? Seharusnya Gilang yang merasa lelah, namun nyatanya Ceren yang sering mengajaknya untuk pulang.

"Ini toko terakhir ya, Lang. Abis ini kalo ngga nonton sama makan kita pulang aja....ini udah siang loh, nanti bu Ambar ngambekin aku kalo kamu belum makan." jujurnya.

"Iya." Gilang merotasi bola matanya mendorong pintu kaca yang menampilkan pemandangan deretan sendal sepatu.

Tidak membiarkan Ceren memilih sendiri, Gilang justru ikut menemani Ceren.

"Kamu suka warna apa?"

"Yang penting jangan pink, aku ngga suka warna yang cewek banget." jawab Ceren, ia justru melirik-lirik sepatu sneaker yang dilewatinya.

"Ukuran kaki kamu berapa?" tanya Gilang lagi.

"39," jawab Ceren diangguki Gilang.

Langkahnya kesana kemari terpisah dari Gilang, karena ia yang lebih terpukau dengan model sepatu olahraga. Namun sentuhan tangannya di salah satu sepatu terusik oleh panggilan Gilang yang tiba-tiba berjalan dan berjongkok seraya membawa sebuah flatshoes berwarna denim, begitu sederhana namun tampak mewah.

"Cantik." Puji Gilang, ia mendongak meminta pendapat Ceren, gadis itu hanya mengangguk acuh tak acuh, "lumayan."

"Mas, saya ambil yang ini!" pinta Gilang.

Cukup tercekat dengan harganya, tapi tak Ceren tunjukan itu mengingat harga selangit pun tak masalah untuk Gilang.

Arah tujuan berikutnya yang diinginkan Ceren dan Gilang adalah gerai cepat saji, "Lang. Bu Ambar bilang jang----"

"Jangan makan makanan cepat saji.." potong Gilang seolah sudah khatam dengan aturan dokter dan ibunya.

Pemuda yang wajahnya terlihat pucat sedari pulang sekolah itu tak sedikit pun menghangat meski senyumnya tak pernah luntur, "sekali-kali. Aku bosen sama makanan yang hambar dan itu-itu aja. Pengen ngerasain juga makanan *hype* anak muda." Jelasnya sukses membuat Ceren tak berkutik lagi.

"Aku bukan sedang membangkang. Hanya lelah...dan hari ini, denganmu...*i'm only want create a memory*..."

Ceren semakin tercekat, "bisa ngga sih jangan ngomongin itu terus, kaya kamu mau mati besok aja!" dengusnya kini marah, Gilang menyunggingkan senyuman miring, "jangan jatuh cinta denganku, Ren. Please..."

Wajahnya terpundur mengernyit, "otak kamu ngga beres, mendingan pulang aja yuk!" ajak Ceren, namun Gilang menahannya, "masa ngapelnya ngga pake makan. Ndak seru, Ren...temani aku yuk, katanya kamu nyuruh aku makan, to?" bujuk Gilang agar tak segera menyudahi hari ini.

"Abis kamu nyebelin, Lang!"

"Ya udah, aku minta maaf. Laper ngga?" Gilang memainkan alisnya.

Keduanya mendongak ke arah papan menu di atas, paket 1 burger, soda dan es krim....

Paket hore 1, ada nasi, ayam crispy dan lemon tea dingin dan mulut Ceren masih komat-kamit membacanya saat mengantre di depan kasir.

"Yang ada nasinya aja gimana?" liriknya pada Gilang diangguki pemuda itu, "apapun yang kamu pilih aku makan."

"Ren, aku ke kamar mandi dulu sebentar....ini atmku, nanti langsung bayar aja." Gilang mengeluarkan kartu pipih dari lipatan dompetnya dan menyerahkan itu pada Ceren, lalu ia bergegas ke bagian belakang gerai tanpa menunggu jawaban Ceren, terkesan tergesa.

"Oh, okeeee...." jawabnya menatap Gilang yang sudah menjauh tanpa melihat kecurigaan apapun.

Ponsel Ceren bergetar ketika ia dengan santai menunggu antrean.

But baby, there you go again, there you go again, making me love you.....

Yeah i stopped using my head, using my head, let it all go ohhh....

Lagu marron 5 itu mengisi setiap inci gerai ayam cepat saji ini, menemani para pengunjung yang sedang makan, mengantre bahkan bercengkrama seiring hawa dingin ciri khas gerai.

Ceren yang asik menikmati suasana akhirnya tersadar jika sejak tadi ponselnya menggelepar di dalam saku.

"Nomor siapa nih?" alisnya mengkerut lalu mengangkat panggilan itu.

"Dimana?! Kamu sama Gilang dari tadi ditelfonin ngga diangkat!" tiba-tiba semburnya. Ceren sampai menjauhkan sebentar ponselnya dan memastikan nomor itu tak dikenali.

"Siapa sih?!" jawab Ceren tak kalah sengit, "main marah-marah aja, kenal juga engga!"

"Ini saya, mas Hilman!"

Ceren menutup mulutnya.

"Kamu ngga baca pesan ibu? Lagi dimana emangnya?"

Ia nyengir ditempat, "maaf mas. Ngga tau...ada apa mas?" tanya Ceren menelan saliva sulit, lagian ngapain juga nih duda ngerecokin terus hidupnya! Mana galak plus ketus lagi!

"Ibu tuh salah liat jadwal kemo Gilang, harusnya sekarang..."

Ceren cukup dibuat terkejut. Meski di sebrang telfon sana Hilman sudah kembali mengomel ketus, persis emak-emak kalo uang belanja kurang serebu, "Gilang juga! Dia tau tapi malah sengaja mangkir....." Omelannya memang tak sepanjang kereta 17 gerbong, namun setelah itu perintahnya mutlak ia ikuti.

"Ke rumah sakit sekarang, dimanapun kalian berada."

"I---"

Tuuuttt....

"Iya mas, wohhhhooo! Galak banget!" omel Ceren menyeru ke arah layar ponselnya yang sudah padam.

"Ck. Si Gilang juga, nyari masalah terus!" Ceren memilih mengurungkan niatannya memesan dan mencari Gilang.

.

.

.

.

.

1
Eni piteia
mas duda nya dah kelepekk"
💗vanilla💗🎶
nah ceren sdh dijawab panjang x lebar dan menyeluruh sm pak bodo /Drool/
D.N
gw yg emang gampang nangis atau bab ini isinya bawang mana idung jd mampet lg 😭😭😭🤧🤧
'Nchie
mewek deh ceren
'Nchie
kirain mau dibuka rahasia nya
Lilis Ferawati
bagus banget lucu seru beda...semangatzz terus mak sin,
ummah intan
ikutan nangis bacanya
Queen Mother
Aq ga bisa diginiin… bersambung lagi… huhuhuhuuu… helep Thoooorrr😭😭😭
Lisa aulia
akhir nya pak bodo akuin juga klw dah cinta ma ceren...cinta karena Allah...bukan karena harta...meleleh Adek bang...
imei
ya Allah... part ahir aku mewek kak
Lisa aulia
kirain pak Er udah tau ternyata muka nya ditutupin emoji...ahk pak bodo pelit nih...😅😅😅
Yuni widiyarti
bukan kerupuk aja yg dijemur biar kemeiyak.ceren juga.....
Ecih Almuet
saya kasih kopi thor biar nulisnya gak ngantuk dan lebih semangat💪💪💪
Wahidah Wahidah
nh ren ,,, coba renungkan ap yg di jelaskan oleh pak kepsek ,,, betul itu
Christina Natalia
😭😭😭😭😭😭😭😭huuuuuuuu...iya aku mau mas....aku jg udah sayang sama mas bodo jg KAI...
Christina Natalia
uuhhh pingin peluk pak bodo boleh nggk sich
Wandi Fajar Ekoprasetyo
bijak sekali bapak 1 ini.....bikin hati ceren adem
Wandi Fajar Ekoprasetyo
tisu mana tisu.......
Wandi Fajar Ekoprasetyo
menemukan kenyamanan d balik hati seorang gadis yg bar-bar
Riska
panjang kali lebar tapi berujung sweet bgt pak bodo🥰🥰🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!