NovelToon NovelToon
Menjadi Tuan Muda DiNovel Terburuk

Menjadi Tuan Muda DiNovel Terburuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan / Harem / Masuk ke dalam novel / Fantasi Isekai
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Merena

Bertransmigrasi kedalam tubuh Tuan Muda di dalam novel.

Sebuah Novel Fantasy terbaik yang pernah ada di dalam sejarah.

Namun kasus terbaik disini hanyalah jika menjadi pembaca, akan menjadi sebaliknya jika harus terjebak di dalam novel tersebut.

Ini adalah kisah tentang seseorang yang terjebak di dalam novel terbaik, tetapi terburuk bagi dirinya karena harus terjebak di dalam novel tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengambil Keputusan.

Para bangsawan yang dari tadi diam membungkuk hormat, kini mulai saling berbicara, suara-suara kecil penuh spekulasi terdengar di seluruh aula besar itu. Cahaya lampu kristal menggantung megah dari langit-langit, memantulkan kilau emas dari dinding-dinding kastil. Sebuah perhelatan besar seperti ini selalu menjadi ajang gosip dan politik.

"Siapa menurutmu yang akan menjadi putra mahkota?" salah satu bangsawan bertanya dengan nada yang tidak terlalu keras, tetapi cukup terdengar oleh orang-orang di sekitarnya.

"Tentu saja pangeran Lysander," jawab seorang bangsawan lain, suaranya penuh keyakinan. "Dia adalah orang paling sempurna untuk memimpin Kekaisaran. Dengan kemampuannya yang luar biasa, wibawanya tak tertandingi."

"Tapi kau tidak bisa meremehkan pangeran Bram," sahut seorang bangsawan yang mendukung kubu lain. "Meski mungkin dia terlihat... kurang cakap, dukungan keluarganya kuat."

Namun, tawa cemoohan terdengar dari seorang bangsawan yang mendukung Lysander. "Haha... perbedaan antara pangeran Lysander dan pangeran Bram terlalu jauh. Aneh rasanya ada orang yang mendukung pangeran Bram," katanya dengan nada mengejek. Beberapa bangsawan di sekitarnya ikut tertawa, menambah suasana tidak nyaman bagi pendukung Bram.

Sepertinya sudah seperti takdir yang tak terhindarkan—para bangsawan terpecah menjadi dua kubu. Mereka yang mendukung Lysander, sang pangeran sempurna, dan mereka yang mendukung Bram, meski banyak yang meragukan kemampuannya. Ada ketegangan halus di udara, dan perbedaan pendapat itu seperti api kecil yang bisa meledak kapan saja.

"Jika berbicara tentang putra mahkota selanjutnya," seorang bangsawan lain berkata dengan angkuh, "itu sudah seharusnya salah satu anak dari nyonya pertama atau kedua. Namun, sedang apa nyonya ketiga di sini? Dia bahkan tidak memiliki keturunan, dan dia harus menikah dengan pria dari keluarga Nightshade itu," ucapnya dengan nada yang penuh hinaan.

"Seperti yang kau katakan," bangsawan lain menambahkan dengan cepat, "bahkan dari awal, statusnya sudah tidak setinggi nyonya pertama dan kedua. Sekarang setelah menikah dengan keluarga Nightshade, derajatnya semakin jatuh."

"Benar-benar tidak tahu malu," tawa pelan mereka bergema seperti jarum yang menusuk telingaku. Mereka berbisik, tetapi hinaan-hinaan itu sangat jelas bagiku. Setiap kata yang mereka ucapkan adalah luka bagi harga diriku.

Aku menoleh, menatap nyonya ketiga yang duduk di sisi kiri Kaisar—ibuku, Aurelia Darius Deluna. Walau senyuman masih terpajang di wajahnya, aku dapat melihat sorot matanya yang lelah dan penuh kesedihan. Senyumnya hanya perisai rapuh untuk melindungi dirinya dari omongan jahat para bangsawan.

"Hei, apakah nyonya yang duduk di sisi kiri itu Aurelia Darius Deluna?" bisikku kepada pelayan yang ada di sebelahku, memastikan apa yang sudah kuduga.

Pelayan itu tampak sedikit terkejut dengan pertanyaanku, sebelum akhirnya menjawab, "Eh... oh... ah... benar, dia adalah nyonya ketiga."

"Kenapa para bangsawan itu menghinanya? Bukankah status nyonya seharusnya lebih tinggi?" tanyaku lagi dengan nada bingung, meskipun di dalam hati aku sudah mulai mengerti jawabannya.

"Pelankan suaramu," bisik pelayan itu cepat-cepat, nada suaranya waspada. "Jika para bangsawan mendengar pertanyaanmu, kau bisa dieksekusi di tempat. Nyonya ketiga memang tidak memiliki status yang tinggi. Dan dia jatuh cinta pada pria dari keluarga Nightshade. Itulah sebabnya, statusnya yang sudah rendah menjadi semakin tidak diperhitungkan. Bahkan sekarang, saat putra dari nyonya pertama dan kedua saling bersaing memperebutkan mahkota, dia tidak bisa ikut bersaing karena tidak memiliki keturunan."

Aku mengangguk pelan, berusaha untuk memahami, meski hatiku terasa berat mendengarnya. Para bangsawan di ruangan ini terus berbicara, seakan-akan mereka lupa bahwa setiap kata yang mereka ucapkan adalah pedang yang menusuk harga diri ibuku.

"Seharusnya dari awal, Kaisar tidak perlu membesarkan nyonya ketiga jika dia tidak ingin memberikan kebebasan padanya," salah satu dari mereka berbisik lagi, nadanya sinis dan penuh penghinaan.

"Itu benar," sahut yang lainnya, "Bahkan ketika nyonya ketiga akan menikah, Kaisar tidak pernah menunjukkan perhatian atau dukungan."

Tawa mereka bergema lagi, tawa penuh hinaan yang seolah menjadi racun bagi hatiku. Setiap ejekan, setiap hinaan, terasa seperti pukulan yang terus menghantam harga diri keluarga kami. Aku mengepalkan tangan, merasakan amarahku semakin membara. Mereka tidak hanya menghina ibuku, tetapi juga seluruh keluargaku.

Aku menatap mereka dengan tatapan dingin, berusaha menahan diriku sekuat tenaga. Tetapi kata-kata mereka terus berputar di kepalaku, dan aku mulai merasakan amarahku yang terpendam. Apakah aku harus terus menahannya? Apakah aku harus diam dan membiarkan hinaan ini berlanjut?

Tiba-tiba, aku teringat akan kata-kata Darian yang sering diucapkannya padaku. "Tuan muda, ingatlah, Anda adalah rajanya, dan saya adalah budak Anda. Jika Anda ingin melakukan sesuatu, lakukanlah. Saya akan menyerahkan seluruh jiwa dan raga saya untuk membantu Anda." Kata-kata itu bergaung di dalam pikiranku, seperti suara yang menguatkan tekadku.

Aku tersenyum dingin, mataku menatap lurus ke arah bangsawan-bangsawan yang sedang tertawa menghina. Mereka bahkan tidak sadar bahwa target hinaan mereka, anak dari nyonya ketiga, berdiri di antara para pelayan. Mereka menganggapku bukan siapa-siapa, namun itu akan berubah.

Aku memutuskan untuk berdiri. Para pelayan lain di sekitarku masih berlutut, tetapi aku tidak peduli. Amarahku sudah mencapai puncaknya, dan aku tidak akan mundur. "Aku harus memenuhi keinginan hatiku, bukan?" gumamku dengan suara rendah dan dingin, berbicara kepada diriku sendiri.

1
YT FiksiChannel
perasaan tersenyum terus, aku sampai ngeri membayangkannya
Dewi Sartika
bagus banget
Merena: Makasih/Smirk/
total 1 replies
Merena
Sepi Amat/Frown/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!