(Warning !! Mohon jangan baca loncat-loncat soalnya berpengaruh sama retensi)
Livia Dwicakra menelan pil pahit dalam kehidupannya. Anak yang di kandungnya tidak di akui oleh suaminya dengan mudahnya suaminya menceraikannya dan menikah dengan kekasihnya.
"Ini anak mu Kennet."
"Wanita murahan beraninya kau berbohong pada ku." Kennte mencengkram kedua pipi Livia dengan kasar. Kennet melemparkan sebuah kertas yang menyatakan Kennet pria mandul. "Aku akan menceraikan mu dan menikahi Kalisa."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 31
Kalisa membuka kaca matanya, dia menatap halaman rumah yang luas itu. Lima tahun telah dan halaman itu tidak berubah sama sekali. Setelah tiga hari berpikir dengan hati yang panas bahkan makan pun tidak enak, kini dia sampai di Jakarta dan berada di rumah Erland. Ia yakin sepasang suami istri itu sudah tau bahwa Kennet datang untuk melihat anak-anaknya.
"Kalisa." Anita baru saja datang menjemput Zelo di sekolahnya. "Kau kesini?" Dia tidak tau bahwa wanita itu datang tanpa menghubunginya.
Kalisa menoleh ke arah kanan, dia memutar tubuhnya. "Ada sesutu yang ingin aku tanyakan."
Zelo melangkah lebar, Kalisa sejenak menatap Zelo. Kemudian beralih pada Anita. "Kau tau bahwa mantan istri Kennet?"
Deg
Anita melirik ke arah lain. Ia jelas tau, tapi ia tidak ingin mengatakannya. Apakah jejak Kennet selama ini sudah di ketahuinya? Ia terkekeh, ia ingin tidak terlihat canggung.
"Kau bicara apa? Siapa mantan istri Kennet? Aku tidak tau."
Kalisa menarik sebalah sudut bibirnya. "Kau pikir aku tidak tau bahwa Kennet selama ini diam-diam menemui mantan istrinya, Livia dan anak-anaknya."
Anita menatap lekat Kalisa dan membuat Kalisa terkekeh. Dia pun duduk di sofa.
"Anita aku bukan wanita bodoh, sebenarnya kalian sudah tau tapi kalian menyembunyikannya dari ku. Apa kalian pikir aku akan diam saja? Dimana dia?" Ia ingin melihat kejujuran Anita .
Anita mengangguk, ia tidak perlu berbohong lagi. "Jangan mengganggunya, dia tidak pernah mengganggu Kennet. Justru Kennetlah yang sering mengganggunya dan selalu ingin menemuinya."
Bibir Kalisa gemetar, ia tidak percaya bahwa Kennet mendatangi mereka. Kennet sangat membenci mereka. "Kalau bukan dia yang merayunya atau kau sengaja mempertemukan mereka Anita."
"Aku tidak tau masalah ini, tapi Kennet sendiri yang mengetahui bahwa dia memiliki anak dengan Livia. Aku kira selamanya dia tidak akan mengetahuinya dan ternyata darah lebih kental dari pada air. Lima tahun dia tidak menyadari keberadaannya sehingga lima tahun di bulan yanh berbeda dia mengetahuinya bahwa lima anak kembar itu adalah darah dagingnya yang telah di abaikan olehnya." Anita tersenyum, mungkin setelah ini kehidupan Livia tidak akan mudah. "Jangan mengganggunya Kalisa, kau sudah menikah dengan Kennet."
Kalisa berdiri, sudah cukup baginya mendapatkan jawaban bahwa mereka tidak ada pihaknya. "Aku pergi."
"Kalisa kau mau kemana? Kau jangan pernah mengganggunya."
Kalisa mengabaikannya dan terus melangkah. Anita mengambil ponselnya dan menghubungi Erland.
"Erland, Kalisa sudah mengetahuinya bahwa Kennet menemui Livia. Sepertinya dia sedang ingin menemui Livia."
"Aku berada di jalan, tunggu aku. Kita bersama-sama ke toko roti Livia."
Erland memutuskan panggilannya dan menghubungi Kennet. Selang beberapa saat Kennet mengangkatnya.
"Kennet apa yang kau lakukan sampai Kalisa tau bahwa kau sering mendatangi Livia. Lihatlah ini, Kalisa sekarang sudah pasti menemui Livia. Kau bodoh sekali!"
Kennet yang sedang rapat, dia bergegas keluar dari ruang rapat itu. Bernad membungkuk hormat dan meminta maaf. Dia berlari menyusul Kennet.
Sesampainya di mansion, Kennet mencari keberadaan Kalisa dan seorang maid mengatakan bahwa Kalisa sudah pergi.
"Kita ke Indonesia, Kalisa pasti menemui Livia." Kennet mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tidak menyadari bahwa dirinya kecolongan. "Sial! Kenapa Kalisa harus tau." Semenjak pulang dari Jakarta ia memang tidak menemui Kalisa dan pulang ke mansion. Seandainya ia pulang ke Mansion mungkin ia sudah mengetahuinya.
....
"Selamat datang selamat ..." Livia menghentikan ucapannya. Kedua matanya memanas melihat kedatangan Kalisa. Wanita itu pasti datang untuk memberi perhitungan dengannya. Mungkin dia sudah tau.
Kalisa menatap wanita di hadapannya. Padahal ia sudah menyingkirkan dengan sempurna. "Kita bertemu lagi Livia. Aku tidak menyangka kita bertemu dengan cara seperti ini."
Livia tak gentar, dia menghampiri Kalisa yabg berada di depan meja. "Duduklah, kau ingin minum apa?"
Kalisa menarik sebelah sudut bibirnya dengan wajah kesal. Wanita dia hadapannya justru malah bersikap santai seakan tak merasa bersalah. Ia pun duduk, karena kedatangannya ingin bernegoisasi.
Livia tidak tau kesukaannya, ia hanya memberikan jus jeruk saja. "Minumlah, katakan."
"Kau mau berapa? Aku akan memberikan uang 500 juta asalkan kau menjauhi Kennet."
Livia tersenyum, ia sangat senang dengan ucapan itu. "500 juta, masih kurang."
"700 juta." Kalisa meninggikan suaranya.
"Bahkan kau memberikan 1 milayar pun tidak akan bisa menggantikan semuanya Kalisa. Coba kau pikir, seandainya saja aku masih di sana sudah pasti Caesar akan menjadi penurus Kennet. Kau bisa membayangkannya kan?"
Kalisa merasa wanita di hadapannya menyulut emosinya. "Kau masih saja angkuh dan sombong. Kau tidak tau malu, Kennet meninggalkan mu sekali, dia bisa meninggalkan kedua kalinya atau bahkan berkali-kali."
Livia terkekeh, padahal beberapa hari yang lalu ia menolak Kennet yang ingin kembali padanya. "Kalisa, aku sudah menolak Kennet untuk kembali pada ku. Sekalipun karena anak. Kennet masih mencintai ku, buktinya dia datang kembali dan mengatakan dia tidak bahagia dengan pernikahannya. Jadi selama ini kau ternyata adalah bayangan."
"Livia kau jangan kurang ajar pada ku." Kalisa mengambil jus itu dan menumpahkannya ke wajah Livia. Sontak Livia memalingkan wajahnya hingga terkena ke pipinya.
Livia menoleh, dalam sekejap ia melayangkan tangan kanannya pada pipi Kalisa hingga tamparan itu menggema di ruang itu. Bertepatan itu, Anita dan Erland datang.
Kalisa memegangi pipinya yang terasa sakit. "Kau, kau akan menyesal melawan ku Livia." Wanita itu tidak tau bahwa di belakangnya ada ibunya Kennet.
"Aku tidak takut, aku sudah pernah mati dan aku tidak takut dengan ancaman mu Kalisa."
Merasa di permalukan, Kalisa meninggalkan toko itu. Dia melihat Erland dan Anita yang berada di pintu. Ia merasa malu di lihat oleh sepasang suami istri itu.
"Livia kau baik-baik saja?" tanya Anita. Dia melihat wajah Livia yang basah.
"Aku baik-baik saja, aku membersihkan wajah ku dulu." Livia berpamitan ke belakang. Untung saja dia selalu menyediakan pakaian.
Anita dan Erland menunggu Livia. Selang beberapa saat Livia pun datang.
"Livia, apa yang dia katakan? Dia mengancam mu?"
Livia mengangguk, sudah biasa wanita itu akan mengancamnya ya mungkin karena sakit hati. "Dia memberikan aku uang agar menjauh dari Kennet. Aku katakan saja bahkan uang 1 miliyar pun tidak akan bisa."
"Bagus Livia, jangan takut padanya. Kami mendukung mu. Aku tau dia juga sakit hati, tapi dia tidak berhak memisahkan seorang ayah dan anak. Maksud ku tanggung jawab Kennet pada si kembar. Aku tau kau pasti tidak membutuhkannya tapi aku rasa ini keterlaluan. Seharusnya dia mengatakannya. Kennet pasti akan kembali ke sini."
Dia tidak menyangka wanita itu begitu sombong mengeluarkan uang, padahal uangnya itu milik Kennet.