"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Ketahuan
"Bella!" Teriak Adam memasuki mansion.
Pria itu baru saja pulang dari kantor. Tapi, hingga lima menit, Adam tak kunjung mendapati Bella bahkan dalam kamar juga kosong.
"Bella! Lo jangan sembunyi ya, Keluar! Benar-benar udah ngelunjak lo sama gue!" Murka Adam.
Nihil, tak ada sahutan. Bahkan Adam sampai meninju lemari, dikira Bella bersembunyi disana. Hati Adam panas, Bella entah di bawa kemana oleh Leo dan lagi, pria cacat itu mengerjainya. Perihal kopi yang Adam bawa susah payah dengan kondisi berjalan pincang.
"Argh! Sialan!"
Adam memutuskan keluar kamar, namun ia bertemu Revan yang baru keluar dari ruang kerja Leo, membawa berkas proyek untuk di tinjau langsung di lapangan.
"Eh, Lo! Dimana tuan lumpuh lo itu?!" Adam menghadang Revan yang menjawab dengan wajah datarnya.
"Tuan Leo, pergi ke Rusia."
"Rusia? Terus bini gue kemana?!" Pelotot Adam. Ia tiba-tiba was-was. Jangan sampai perkiraannya benar. Leo membawa serta istrinya.
"Saya tidak tahu, Tuan." Revan mengangkat bahunya acuh.
"Kan istri anda, bukan istri saya. Permisi."
Benar, Leo melarang Revan memberitahukannya. Makin bertambah emosi lah Adam, dengan napas memburu, ia mencengkram kuat leher jas Revan.
Pengawal Leo itu tetap tenang. Mudah saja, jika ia ingin melempar Adam dari lantai dua ini. Postur tubuh keduanya, menang Revan. Besar juga tinggi berotot.
"Nggak mungkin lo gak tahu?! Jawab jujur! Dasar, tuan lo itu hobi kok nyukain istri orang! Saking gak lakunya sih!"
Revan menarik napas dalam. 'Bahkan puluhan wanita singel dalam sehari mudah saja, Tuan Leo dapatkan,' batin Revan.
Ring!
Ponsel di saku jas Revan berdering. Firasat Adam itu pasti Leo.
"Angkat dan loudspeaker!" perintah Adam. Menghempas kerah Revan.
Siapa Adam menyuruh-nyuruh Revan?Pengawal Leo itu mana nurut.
"Selamat sore Tuan," kata Revan, Ponsel menempel di telinganya.
Adam akan merebut ponsel Revan namun pria itu menunjukan kepalan tinjunya membuat Adam mendengus kesal.
"Berikan pada tuyul itu ponselmu," titah Leo diseberang.
"Baik Tuan." Revan menyodorkan ponselnya pada Adam.
"Tuan Leo ingin bicara."
Tentu saja, Adam menarik ponsel itu kasar.
'Dasar! Remaja labil!' Revan jengkel bukan main.
Wajah Leo muncul di layar ponsel, karena di ubah jadi video call oleh Leo. Pria tampan itu tersenyum miring.
"Apa lo senyum-senyum, hah?!" Rahang Adam mengetat merasa Leo mengejeknya.
"Lo umpatin di mana bini gue?! Gak laku! Jangan istri orang juga lo embat!"
"Bella disini. Kau hanya bisa menyakitinya. Saya yang akan buat dia bahagia. Urus saja pacarmu yang bunting itu," balas Leo santai.
Adam mencengkram ponsel Revan kuat, seakan ingin meremukannya. Leo menyorot Bella yang tertidur lalu melabuhkan kecupan di sudut bibir wanita itu. Bahkan sedikit mengenai bibir ranum Bella yang terbuka.
"Tidur yang nyenyak, baby ... Kau capek ya? Karena kegiatan kita tadi," ucap Leo sengaja ambigu.
"Bangsat! Apa maksud lo?! Kembalikan Bella atau gue lapor polisi sekarang juga atas kasus penculikan," kini Adam berteriak kencang.
Revan jadi pendengar hanya berdiri bagai patung. Bisa saja, tangannya bertindak merontokkan gigi Adam, biar pria itu setidaknya berkaca pada kelakuannya sendiri.
"Saya tunggu. Tapi, bersiap diri saja! Dalam sekejap, berseliweran video kotor mu di sosial media."
Tut. Leo mematikan panggilan sepihak.
"Brengsek!" umpat Adam.
Ponsel Revan, Adam lempar sembarang arah lalu masuk ke dalam kamarnya membanting pintu. Beruntung, reflek Revan baik. Hingga ponsel mahalnya selamat.
Kejadian itu sewaktu, private jet Leo mendarat sebentar di Bandara Ngurah Rai, Bali.
*
*
"Masuk lah."
Leo membuka pintu kamar presiden suite pesanannya. Bella menginjakan kaki masuk, begitu takjub. Fasilitas dalam kamar itu begitu mewah dengan lampu kristal menggantung indah dan balkon menghadap langsung ke pusat kota yang memancarkan lampu malam berbagai warna.
Sesuai dengan harga menginap permalamnya, dua puluh dua juta.
Bella terpaku. Ada dua ranjang bersisian. Berarti, Leo ingat perihal Bella takut hantu.
"Jadi ini yang kakak maksud satu kamar berdua?"
Petak!
Leo menyentil kening Bella. "Kau pikir isi kepalaku hanya selangkangan saja? Silahkan pesan kamar lain, kalau kau berani tidur sendiri."
Mendengar itu, Bella langsung membaringkan dirinya di salah satu kasur. Takut lah dia.
"Tidak kak. Aku disini saja ya. Jangan membuang-buang uang. Takutnya, dimasa depan kakak bangkrut."
Leo terkekeh angkuh. "Sayangnya, aku raja uang. Sampai keturunanku ketiga belas juga tidak akan habis. Sana, bersihkan dirimu. Jangan jorok jadi wanita!"
Bella berdiri namun selanjutnya, ia malah berjongkok di antara kaki Leo. Jelas, Leo memundurkan kursi rodanya.
"Hei, mau apa kau?"
"Mau periksa kaki kakak lah. Bagaimana racikan ku tadi? Apa berefek di kaki kakak? Jangan menghindar atau aku pukul." Bella menunjukan kepalan mungilnya.
Jujur saja, Leo sebenarnya merasa sedikit gatal di kakinya namun tidak ia beritahukan pada Bella. Takutnya, wanita itu besar kepala.
Bella maju sedikit ke arah Leo. Pria itu tidak lagi menghindar. Membiarkan Bella menggulung celana panjangnya. Bella tersenyum lebar, perban di kaki Leo masih. Padahal, tidak apa. Jika Leo ingin membukanya karena sudah terlalu lama.
"Kenapa kau buka itu?" Dahi Leo berkerut heran. Bella membuka semua perban di kakinya. Tadi saja, mengancam Leo bagai psychopath.
"Ya memang harus di buka kak. Kalo gak nanti bau. Tidak baik juga, bisa jadi sarang bakteri," jelas Bella lalu masuk ke kamar mandi. Membuang itu di tong sampah lalu keluar membawa wadah berisi air didalamnya mengambang handuk kecil.
"Aku lap ya kak," ijin Bella, tapi Leo menahan tangan Bella.
"Tidak perlu, aku akan mandi, setelah kau mandi. Bersiaplah, aku akan mengajak kau ke suatu tempat."
Mata Bella berbinar cerah. Dari tadi memang ingin menjelajah kota itu sebenarnya. Tapi, takutnya, kakak iparnya ini capek.
"Kemana kak?" Tanya Bella antusias.
"Rahasia," jawab Leo sambil mendorong kening Bella membuat Bella terjungkal ke belakang. Air dalam wadah tadi membasahi setengah tubuhnya.
"Oh, main kasar rupanya!"
Byur!
Bella terkikik. Melihat bentukan Leo, ia menyiram pria itu lalu memasukan kepala Leo dalam wadah tadi. Urat di leher Leo timbul kehijauan. Sepertinya, kesal.
"Bella!"
"Iya, tuan nakal! Dayangmu ini mandi dulu ya. Semoga saja, anda tidak membeku disini, babay ...."
Bella berlari menuju kamar mandi setelah melayangkan ciuman jauh lalu mengunci pintunya. Diam-diam bibir Leo tersungging manis. Seandainya, ia bisa berjalan, dapat di pastikan keduanya mandi bersama.
Setengah jam kemudian, Leo dan Bella siap untuk turun ke lantai bawah. Sudah memakai mantel tebal masing-masing karena negara itu tengah di landa musim salju. Leo dengan tatapan judes pada Bella namun tetap menggenggam tangan wanita itu yang berjalan di sampingnya.
Bella gemes menoel-noel bibir Leo, ketika keduanya menunggu pintu lift terbuka.
"Is, kayak anak bebek deh!" goda Bella namun Leo tetap datar.
"Ada ya orang marah kayak kak Leo? Tapi tetap romantis."
Berhasil, Leo menatap Bella sepenuhnya.
"Beruntunglah, kau mendapatkan pria sepertiku."
Deg!
'Apa maksudnya?' Bella bertanya-tanya dalam hati.
Ditengah kediaman Bella. Seseorang yang di kenal keduanya. Keluar dari lift di sebelah, Bergandengan tangan dengan orang asing. Ketiganya, saling tatap. Bella yang lebih shock.
"Kak?"
"Dasar sampah!" Umpat Leo.