Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 : Ajakan pulang bareng.
Amel tak henti-hentinya tertawa sampai berguling-guling di atas ranjang besar milik Viola. Dia memang sengaja membawa Viola ke kelas Raka sebenarnya biar Viola mengungkapkan perasaannya pada Raka didepan teman-teman Raka, bukan untuk membuat pak Didin salah paham.
"Puas Lo ngetawain gue! Malu banget gue, mana Raka lihat lagi." Viola menutup wajahnya dengan kedua tangan mengingat kejadian dikelas XI tadi siang.
"Sumpah Vi, gue gak tau bakal begini ceritanya, ha__ha___" ujarnya menunjukkan jarinya membentuk angka V.
"Iihhhhh___ ini tuh gara-gara Lo main dorong-dorong aja." Viola memukuli Amel dengan bantal, "Kalau Raka ilfil sama gue gimana coba? Gue jadi kehilangan kesempatan buat deket sama dia deh." Viola menghembuskan nafasnya berat. Semoga saja Raka tidak berfikir yang macam-macam dan mengira dia beneran suka sama guru Biologi itu.
Amel beranjak bangun dan duduk, "Udah tenang aja, gue masih punya 1001 cara buat Lo bisa dekat dan ngungkapin perasaan Lo sama Raka. Kalau kata orang Jawa tuh alon-alon asal kelakon."
"Ck, sejak kapan Lo belajar bahasa Jawa?"
"Dari si bibi di rumah gue, dia kan orang Jawa," dirumahnya, Amel memang selalu ditemani oleh seorang asisten rumah tangga saja. Karena kedua orang tua Amel disibukkan dengan kegiatan di luar rumah.
"Ya udah mending sekarang kita belajar dulu yuk! Bandel-bandel gini gue masih pengin lulus dengan nilai bagus." Amel bergegas turun dari atas ranjang dan berpindah tempat duduk diatas karpet menghadap ke arah meja depan sofa. Viola ikut bergabung dan duduk bersebrangan.
Mbak Asih datang ke kamar dengan membawa nampan ditangannya.
"Nih, Mbak Asih bawain minuman dingin sama cemilan buat nemenin Non Vio sama Non Amel belajar, biar gak ngantuk," ujar wanita berusia 30 tahun itu sambil menurunkan dua gelas jus jeruk, beserta biskuit dan keripik kentang didalam toples.
"Makasih mbak Asih. Mbak tau aja nih yang kita pengen," ucap Amel meraih toples berisi keripik kentang dan membukanya. Aroma rasa balado langsung membuatnya ngiler, buru-buru dia memenuhi mulutnya dengan keripik.
"Pelan-pelan Non makannya, nanti kesedak lho," ujar Mba Asih tertawa ringan. Viola hanya menggelengkan kepalanya, sementara tangannya sudah asyik membuka lembar demi lembar buku yang akan dipelajari.
-
-
-
"Aqua botol satu ya Bu," ucap Amel sambil mengeluarkan selembar uang berwarna cokelat dari saku bajunya. Seorang wanita yang bekerja di kantin mengeluarkan minuman itu dari dalam lemari pendingin dan menyerahkannya pada Amel.
"Buat apa? Lo haus? Tumben belinya aqua botol, biasanya es teh manis," nyinyir Viola namun tak begitu digubris oleh Amel.
"Bukan buat gue, tapi buat Lo," ujarnya memberikan minuman ditangannya pada Viola. Viola menatap heran pada botol minuman ditangannya.
Amel melangkahkan kakinya menuju lapangan sekolah. Disana anak-anak tim basket sedang bermain, ada Raka juga disana. Viola datang menyusul, pandangannya melihat sekelilingnya, tapi sejurus kemudian beralih pada Raka yang sedang menggiring bola.
"Kasih tuh minuman buat crush Lo." tunjuk Amel dengan dagunya ke arah Raka.
"Gila Lo! Didepan anak-anak?"
Amel mengangguk pasti, "Kenapa? Lo gak berani?"
Mata Viola kembali mengedar, ada tim basket yang sedang bermain, dan disekitar lapangan dikelilingi oleh anak-anak yang sedang menonton pertandingan. Belum lagi ciwi-ciwi yang sedang menunggu pertandingan selesai sambil memegang botol minuman ditangan mereka.
"Kalau gak berani cemen Lo Vi," kalimat ini terdengar seperti sebuah tantangan. Jelas saja Viola langsung merasa tertantang.
"Kata siapa, gue berani kok!" Ujarnya membusungkan dada dan mengatur nafasnya yang mulai terputus-putus karena grogi. Tenggorokannya seperti tercekat.
Amel menepuk pundak Viola, "Siip!! Itu baru Viola, udah buruan maju sana. Apa perlu gue dorong lagi?"
Pertandingan selesai, beberapa siswi mulai berhambur ke arah Raka dengan membawa botol minuman ditangannya. Mereka saling berebut untuk memberikan minuman pada Raka, namun dengan halus Raka menolak pemberian mereka.
"Makasih, tapi gue udah bawa minuman sendiri kok," ucapnya berbohong demi menghindari kerumunan para gadis.
"Raka__!" Dengan membawa botol minuman ditangannya Viola berlari mendekat. Para gadis menatap tidak suka apalagi saat melihat Raka tersenyum pada Viola.
"Nih buat kamu," ujarnya menyodorkan minuman yang tadi dibeli oleh Amel. Raka meraih minuman itu dari tangan Viola dan membuka tutupnya.
"Makasih ya," ucapnya lalu meneguk minuman didalam botol. Sebuah pemandangan yang membuat mata Viola hampir tidak berkedip. Meskipun banjir oleh keringat, namun kadar ketampanan pria yang usianya belum cukup matang ini nampak begitu menggoda, khususnya jika dilihat oleh para kaum hawa. Dengan bersusah payah Viola menelan salivanya sendiri.
"Sadar Vi__ kondisikan mata dan jantung kamu, kondisikan___"
Raka mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Viola. Seketika Viola langsung tersadar dari lamunannya.
"Kamu baik-baik aja?"
"Ehh_ i-iya aku baik-baik aja kok," jawab Viola sedikit gugup. Raka menyeka keringat di kening Viola dengan lembut.
"Kamu keringetan," manisnya perlakuan Raka membuat darah Viola semakin berdesir. Buru-buru Viola mengelap keringat di keningnya dengan punggung tangan. Ya Tuhan, kenapa harus segugup ini.
"Aku balik ke kelas dulu ya?" tak tahan lagi Viola berada di dekat Raka seperti ini. Jantungnya sungguh tidak aman.
"Vio, tunggu!!" seru Raka membuat langkah Viola terhenti. Raka menghampiri dan berdiri di depan Viola kembali.
"Nanti mau pulang bareng?"
Kedua mata Viola langsung membulat, " Heh___"
Pemandangan dibawah sana tentunya tak luput dari pengawasan dua pasang mata yang sejak tadi memperhatikan dari lantai atas. Rahang Bian kian mengeras melihat pemandangan yang membuat matanya sepat. Begitupun dengan Dian yang berdiri di samping Bian. Darahnya seperti mendidih melihat kedekatan Raka dan Viola.
"Sejak kapan Viola dekat sama Raka? jadi benar yang Viola sebut waktu itu adalah nama Raka." gumam Dian yang semakin membuat hati Bian terasa panas. Jadi ini alasan Viola meminta putus darinya, karena Raka.
"Shhiiittt___!!!" umpat Bian sambil melayangkan pukulan ke udara. Dia memutar badannya dan berjalan pergi meninggalkan area balkon. Sementara Dian masih bertahan di posisinya tanpa melepaskan tatapannya dari Raka dan Viola dibawah sana.
"Jadi gini cara main Lo Vi_"
...🔥🔥🔥...
mulai nakal ya Vio....
lanjutkan 😆😆😆😆
sama kita Vio....
Bian kamu dicariin adenya Revi tuh. 🤭
aq jarang online di NT 🙏