Nadia melihat secara langsung perselingkuhan sang suami. Dan di antara keterpurukannya, dia tetap coba untuk berpikir waras.
Sebelum mengajukan gugatan cerai, Nadia mengambil semua haknya, harta dan anak semata wayangnya, Zayn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Steve membawa Nadia untuk masuk ke dalam kamarnya. Tempat ini tidak asing karena Nadia pun pernah masuk ke dalam sini.
Pernah berbaring di ranjang itu meski ada sedikit insiden.
"Kita bisa meletakkan guling di tengah kalau kamu tidak nyaman, tapi yang jelas aku tidak mau kamu sendirian," ucap Steve.
Apa yang terjadi pada Nadia barusan pastilah meninggalkan kenangan buruk bagi wanita ini. Karena itulah sebisa mungkin dia mengalihkan perhatian wanita tersebut, ingin coba menghilangkan semua kenangan buruk dan diganti dengan kenangan yang lebih baik.
Selesai mencuci muka dan mengganti baju tidur, mereka pun akhirnya sama-sama berbaring di atas ranjang itu.
Dan Steve benar-benar meletakkan sebuah guling di antara mereka berdua. Tapi dia tidur menghadap ke arah Nadia.
"Tidurlah, tidak perlu cemaskan apapun. sekarang kamu tidak hanya sendiri, tapi ada aku dan juga Zayn."
"Tuan_"
"Tidak, jangan panggil Tuan lagi, panggil saja nama ku, Steve."
Nadia terdiam sesaat. Dia pun merubah posisi tidurnya hingga menghadap ke arah pria ini.
Entah bagaimana caranya Nadia bisa membalas semua kebaikan Steve. Steve bukan hanya menyelamatkan hidupnya, tapi juga kembali mengangkat harga dirinya di hadapan sang suami yang selama ini telah menyia-nyiakan dia.
"Tuan, maaf ... maksudku Steve, Apa benar Kita pernah berteman saat kecil?" tanya Nadia sekelebat dia masih mengingat tentang ucapan Steve tadi, saat pria ini dengan lantainya mengatakan bahwa dia tidak akan membiarkan teman kecilnya dilukai oleh siapapun, termasuk Aslan.
dan mendengar pertanyaan itu, Steve pun menyunggingkan senyumnya kecil. karena pengakuannya itu hanyalah sebuah kebohongan yang dia buat-buat. hanya ingin membuat Aslan percaya bahwa ada alasan kenapa dia menyelamatkan Nadia.
karena sejatinya di antara dia dan Nadia memang belum pernah ada hubungan apapun. satu hal yang jelas kenapa Steve begitu ingin melindungi Nadia karena wanita ini mengingatkannya pada mendiang sang istri.
Tapi Steve sangat sadar, bahwa Nadia dengan istrinya adalah dua orang yang berbeda.
Nadia pun memiliki pesonanya sendiri yang membuat dia makin tak bisa berpaling.
Nadia telah disia-siakan oleh Aslan, maka dia yang akan menjadikannya ratu. Sementara Zayn akan jadi pengeran untuk mereka berdua.
"Tidak, aku tadi hanya bohong saja. memangnya saat kamu kecil kamu punya teman setampan aku." balas Steve, lengkap dengan senyum kecil yang terukir di sudut bibirnya.
Membuat Nadia mendengus kesal, bibirnya sedikit cemberut.
Namun melihat wajah Nadia itu Steve malah jadi terkekeh pelan. Tangan kanannya reflek mengelus puncak kepala Nadia dengan lembut.
Menjadikan keadaan jadi sedikit kikuk, apalagi Nadia jadi mundur perlahan ketika mendapati sentuhan itu.
"Kamu takut?" tanya Steve, bicara dengan raut wajah yang kembali terlihat serius.
Nadia jujur, dia mengangguk kecil. tidak perlu dijelaskan secara gamblang, tapi mereka berdua sama-sama tahu apa yang sedang ditakutkan oleh Nadia itu.
Yaitu tentang Steve yang mungkin saja akan menyentuhnya.
"Kalau begitu cepatlah tidur, jangan membuatku kehilangan kendali," timpal Steve.
Dan setelah mendengar kalimat tersebut, Nadia pun dengan tergesa menutup kedua matanya, lalu menarik selimut tinggi hingga menutup pundak.
Nadia jadi tidak bisa melihat, saat Steve tersenyum lagi.
Lagi-lagi pria itu tersenyum dengan sangat lebar.
Steve lantas mematikan lampu utama di kamar itu menggunakan remote yang ada di atas nakas. Setelahnya dia pun ikut terlelap juga.
Melewati malam yang paling berat cobaanya. Satu ranjang tapi harus menahan diri.
Tidurlah Steve. Batin pria itu.
sehàrusnya kamu bantunya diam2,kalau sudah jelas status nadia barunkamu maju.