Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Rika."
Mendadak Erlan terdiam dan membuat Arumi sedikit heran. Jadi, Arumi kembali menoleh sekilas ke arah Erlan.
"Kok gak jawab?" Tanya Arumi lagi.
"Rika jarang masak. Dia gak suka masak." pungkas Erlan dengan nada yang terdengar malas.
"Ini uangnya, Nek!" ucap Arumi pada Nenek si penjual sayur menjeda sebentar pembicaraannya dengan Erlan.
"Makasih ya, Neng!" jawab si Nenek seraya menyodorkan daun bawang yang sudah beliau bungkus dengan plastik hitam.
"Mungkin kalau kamu minta, dia pasti mau masak buat kamu. Kaya waktu itu, ia bela-belain belajar masak rendang demi kamu." sambung Arumi menanggapi obrolan merekayang sempat terputus.
"Itu karena dia lagi ada maunya."
"Masa? Emangnya dia lagi mau apa?"
"Mau melakukan aktivitas bercinta saat aku lagi gak mau."
"Hah!" Arumi sedikit terkejut mendengar jawaban Erlan yang sangat berterus-terang.
"Kenapa? Kok, kaya keget gitu."
"Enggak! Cuma aku sedikit merasa aneh karena kamu bilang dia yang menginginkannya, bukan kamu."
"Emang."
"Dia tipe Istri yang agresif, ya?"
"Enggak juga, sih. Cuma, dia bilang sangat menyukai permainanku. Dia ketagihan mungkin." jawab Erlan sambil tertawa.
Arumi juga jadi ikut tertawa seperti Erlan.
"Kenapa? Kamu gak percaya?" tanya Erlan karena Arumi justru malah ikut tertawa.
"Lihat saja, kalau suatu saat nanti aku bisa melakukannya sama kamu, kamu juga pasti bakal jadi kaya Rika."
"Apa!!" Arumi sangat terkejut mendengar ucapan Erlan.
"Maksud kamu, aku sama kamu?"
"Ah, maaf, ucapanku ngelantur, ya." gumam Erlan yang sedikit merasa bersalah.
"Iya, gak papa." jawab Arumi.
"Jadi itu aja. Saat kamu mau dimasakin, tinggal ngomong aja sama Rika." Arumi kembali ke topik pembicaraan mereka sebelumnya.
Arumi mencoba mengalihkan apa yang baru saja mereka bicarakan.
"Aku gak suka memberatkan orang lain."
"Dia, kan bukan orang lain. Dia Istri kamu." jawab Arumi cepat.
"Pinter ya sekarang kamu berkata-kata." Ucap Erlan menanggapi ucapan Arumi diiringi sedikit tawa.
Arumi sontak kembali ikut tertawa mendengar pujian atau mungkin celaan yang ditujukan Erlan padanya.
"Kok kamu belinya malah di tempat Nenek itu? Bukannya barang dagangannya kelihatan udah sedikit layu." Ucap Erlan saat Arumi mulai berjalan kembali menelusuri penjual-penjual di sekelilingnya.
"Aku kasihan sama si Nenek. Udah tua tapi masih tetap berjualan. Penjual yang lain mungkin udah banyak pembelinya, tapi beliau, belum tentu ada yang tertarik sama barang dagangannya. Lagian, aku juga suka sama semangatnya yang gak pantang menyerah." Jawab Arumi menjelaskan.
"Oh ... Arumi. Aku jadi semakin kagum sama kamu!" sela Erlan.
"Kagum?" Arumi bingung karena pujian Erlan itu.
"Iya, selain parasmu yang cantik. Hati kamu juga gak kalah cantik."
Arumi mendadak tertawa mendengar ucapan Erlan.
"Apaan sih kamu, pinter banget gombalnya."
"Aku gak lagi gombal. Aku ngomong kenyataan."
Lagi-lagi Arumi tertawa. "Kamu tuh bikin aku GR."
"Kamu bisa GR juga ternyata?" Tanya Erlan menggoda.
"Dasar!"
Tiba-tiba seorang pria kuli panggul hampir menabrak Arumi yang tengah berjalan sambil bertukar suara dengan Erlan.
Pria itu membawa sekarung beras yang hampir terjatuh mengenai Arumi.
Beruntung tangan Arumi ditarik dengan cepat oleh Erlan. Sehingga tubuh Arumi bisa terhindar dari hal naas itu dan mendarat tepat di pelukan Erlan.
"Kamu gak papa, Arumi?" tanya Erlan saat tubuh mereka berdua masih saling berdekatan dengan posisi seperti sedang berpelukan satu sama lain.
Arumi tak langsung menjawab pertanyaannya. Yang ia lakukan masih membeku dan mencoba mencerna apa yang tengah mereka lakukan. Arumi terpaku dengan keadaan mereka sekarang ini.
Ia berada di dalam dekapan Erlan? Ia sangat dekat dengan Erlan? Bahkan Arumi kini bisa mendengar detak jantung Erlan.
Dan mungkin Erlan juga sedang mendengar detak jantung Arumi yang tak kalah kerasnya.
"Aku gak papa." jawa Arumi setelah ia bisa mengatur perasaannya.
Erlan melepas pelukannya. Sedang Arumi terlihat canggung dan berlagak sibuk merapikan bajunya.
"Dasar ceroboh!" umpat Erlan kemudian.
Seketika Erlan merebut barang belanjaan Arumi. Ia membawanya dengan tangan kirinya.
Sedangkan tangan kanannya, ia gunakan untuk menggenggam tangan Arumi . Ia mulai melangkah menggandeng tangan Arumi.
Arumi sangat bahagia dengan apa yang mereka lakukan. Tapi Arumi juga sangat panik kalau-kalau ada orang lain yang melihat kelakuan mereka.
"Erlan!" panggil Arumi yang berusaha menghentikan perbuatan Erlan.
"Kalau dilihat orang gimana?"
Erlan tak menghiraukan Arumi. Ia terus melangkah dengan sedikit menarik Arumi.
"Erlan!" panggil Arumi lagi.
"Biarin aja. Kalau kaya gini aku bisa terus jagain kamu. Kamu akan aman di sisiku." Jawab Erlan, ia malah semakin mempererat genggamannya.
Lama-lama Arumi jadi terbiasa dengan apa yang mereka lakukan.
Bahkan sekarang Arumi seolah sedang menikmatinya. Ya, Arumi sangat menikmati kedekatan yang mereka lakukan saat ini. Meski hanya sekedar jari mereka yang saling bertautan.
Arumi merasa sangat bahagia dengan leluasa. Karena hal seperti ini belum pernah ia rasakan saat bersama dengan Ibrahim . Hal kecil yang membuat Arumi sangat berbunga-bunga.
Apa ini nyata? Atau hanya sekedar mimpi? Kalau memang seperti itu, Arumi berharap tak akan pernah terbangun lagi. Biarlah ia terus tidur dengan mimpi indah yang seperti ini.
"Erlan!" panggil seseorang.
Langkah Arumi dan Erlan seketika terhenti. Mereka mencari arah suara dari sosok si pemanggil di tengah-tengah riuhnya suasana di sekitaran pasar.
Arumi sangat amat terkejut. Diantara keramaian orang-orang di tempat ini, Arumi melihat Rika yang sedang berjalan mendekat ke arah mereka.
"Ya, Tuhan, gimana ini!" batin Arumi dengan ketakutan yang tiba-tiba melanda perasaannya.
Arumi sangat beruntung karena suasana pasar yang sangat ramai.
Sehingga mungkin saja Rika tak melihat Arumi apalagi melihat genggaman tangan Erlan terhadapnya.
Jadi secepat kilat Arumi berusaha menghindar. Ia melepaskan tangan Erlan. Arumi dengan cepat meninggalkan Erlan dan bersembunyi di tempat yang tak begitu jauh darinya. Tepat saat Rika nampak berjalan mendekat ke arah Erlan.
"Kamu di sini?" tanya Rika begitu ia sampai di hadapan Erlan.
Pria itu sangat kalut karena kehadiran Istrinya yaang tak pernah ia duga.
"Kamu ngapain di tempat kaya gini?" ulang Rika.
"Aku lagi belanja."
"Belanja?" Rika terheran.
Dan sesaat kemudian ia memperhatikan barang belanjaan yang berada di tangan Erlan. Barang belanjaan yang sebenarnya adalah milik Arumi.
Rika dengan cepat merebutnya. Ia melihat semua isi dari beberapa tas plastik hitam itu.
Daun bawang, kecambah, bawang, lobak, dan masih banyak lagi membuat keheranan Rika semakin menjadi.
"Buat apa kamu beli semua ini, Erlan?"
Erlan terlihat gugup mendengar pertanyaan Rika. Bibirnya masih kelu untuk bersuara.
"Kamu mau memasak?"
"Iyaa.." jawab Erlan sangat terbata. Dan sekilas Rika nampak mengernyitkan kening.
"Tadi tiba-tiba aku mau makan soto. Jadi..."
"Buat apa kamu susah-susah bikin. Tinggal beli, kan gampang."
"Benar juga." Erlan tersenyum terlihat sangat ia paksakan.
"Kamu juga, ngapain di sini?" Erlan gantian bertanya pada Rika.
"Tadi di sekolah pulang lebih awal. Trus si Retno minta temenin ke sini." terang Rika seraya pandangannya tertuju pada sosok wanita yang sedang berdiri tak jauh dari tempat mereka. Ya, dia mungkin teman Rika sesama guru.
"Sebenarnya malas juga ke tempat kaya gini. Becek. Enakkan di swalayan, lebih bersih." gumam Rika dengan raut wajah yang begitu kesal.
"Ayo, pulang bareng!" ajak Rika kemudian.
"Bukannya kamu masih sama teman kamu?"
"Males. Ini juga bikin alasan biar aku bisa cepet pergi dari tempat ini." jelas gadis berambut pendek itu.
"Yuk, Lan!" Rika menggandeng tangan Erlan.
Ia setengah menarik paksa Suaminya agar mau mengikutinya.
Mereka berjalan pergi. Namun sesaat, Erlan terlihat menoleh ke arah Arumi.
Ke arah Arumi yang masih bersembunyi di tempat yang lumayan aman.
Terlihat rasa penyesalan di wajah Erlan hingga beberapa saat kemudian ponsel milik Arumi berbunyi yang rupanya satu pesan dari Erlan.
[Maaf ya, Arumi!]
************
************
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,