Lihat saja, aku bersumpah, aku akan membuatnya memohon untuk menikah dengan ku kurang dari 100 hari ini.
Luna mengucapkan sumpah di depan sahabatnya, Vera yang hanya menganga menatap ke arahnya, merasa sumpahnya itu konyol dan takkan pernah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Abel menatap dirinya di cermin. Masih mengingat manisnya wajah Luna yang tertidur di lengannya.
"Semalam, kenapa dia mau tidur dengan ku? " gumam Abel.
Kemudian matanya menatap ke arah pintu.
"Apa dia juga menyukai ku? " tanya Abel meskipun tak ada yang menjawabnya.
Di kamar, Luna juga menatap dirinya di cermin.
"Aduhhh, nanti mau gimana di depan pak Abel?" keluhnya.
Dia menyesal karena telah tidur dengannya dan akan merasa malu jika bertemu dan berhadapan dengannya nanti.
#
Mereka berdua keluar secara bersamaan. Mata beradu mata kemudian menunduk, mengingat kebodohan masing-masing.
Luna menarik kopernya, begitupula Abel. Tak ada saling sapa, hanya berjalan keluar.
"Ahhhh, kalian akan pergi hari ini ya! " seru Frans.
Tangannya terbuka meminta pelukan, Abel tersenyum kemudian hendak memeluknya.
Tapi pria paruh baya itu menghampiri Luna bukan dirinya. Abel menangkup gigi, merasa kesal dengannya.
"Aku akan merindukan mu cantik! " ucap Frans.
Luna tersenyum.
"Aku juga paman Frans" ucap Luna.
"Aku suka kau memanggilku seperti itu. Jika kau ke Los Angeles lagi, jangan sungkan untuk datang meskipun aku sudah mati" ucap Frans.
"Jangan bicara seperti itu, anda akan panjang umur seperti senyuman yang selalu anda berikan pada semua orang, hidup dan indah" ucap Luna.
"Lihat, aku menempel foto ku dengan mu, semua keluarga ku akan melihatnya dan ingat pada mu" ucap Frans.
Lun tersentuh, dia memeluk Frans kemudian mengecup pipinya.
"Sekali lagi terimakasih paman Frans" ucap Luna.
Abel membulatkan matanya.
'Mudah sekali dia mencium pria itu! ' ucap hati Abel.
#
Sampai di pesawat.
Luna menghapus air matanya. Abel melihatnya.
"Kenapa? " tanya Abel cemas.
"Tidak, hanya saja, paman Frans sangat baik. Semoga dia diberikan umur yang panjang" ucap Luna.
"Kau jadi ingat ayah mu? " tanya Abel.
Luna menunduk, menatap sapu tangannya.
"Semalam juga sama, bapak bersikap seperti ayah dan kak Galuh, jadi aku..... " Luna terhenti.
Abel menghela, merasa pemikiran nya tentang Luna yang mulai menyukainya itu salah.
"Maaf, saya.... " Luna merasa salah karena membahas itu.
"Aku melakukannya karena aku menyukai mu" ucap Abel kemudian menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya.
Luna terdiam, tentu saja lebih terkejut mendengar ucapannya yang kali ini dikatakan saat dia sedang tak mabuk.
Kemudian, tangan Abel melebar ke arahnya. Luna menatapnya.
"Mau lepas landas, pegang tangan ku dan bersandar, tarik nafas dan pejamkan mata mu" ucap Abel masih dengan mata terpejam.
Luna menatap tangannya, kemudian menggenggamnya. Seperti biasa, selalu setiap mereka pergi menggunakan pesawat.
#
Mereka sampai, tapi tak langsung ke rumah.
"Kita ke rumah ibuku sebentar" ucap Abel.
Arul menyalakan mobil dan tancap gas. Luna pun ikut.
Tiba di rumah, Liana sedang menangis, Suryo hanya menatapnya dari jauh dengan tangan melipat di dada.
Saat Abel dan Luna datang, Liana bangun dan menghampiri mereka. Abel membuka tangannya hendak menerima pelukan ibunya, tapi Liana malah memeluk Luna.
"Aluna..... !" seru Liana.
Luna terkejut, Abel kembali menangkup giginya merasa kesal dengan semua orang. Sementara Suryo tersenyum dengan tingkah istrinya.
"Iya Nyonya" jawab Luna.
"Mikaela... " Liana melepas pelukannya dan menatap Luna.
Luna menghela.
'Benar, Mikaela' ucap hati Luna kemudian menatap Abel.
Abel menghindari tatapannya, tapi juga berpikir tentang Mikaela.
Luna mengajak Liana duduk.
"Aku akan buatkan teh untuk anda, sebentar" Luna pergi ke dapur.
Abel duduk agak jauh dari mereka.
"Novel menelpon mu? " tanya Suryo.
"Bukan dari Novel, aku tahu dari Devan" jawab Abel.
"Devan tahu dari pengacara keluarga mungkin" Suryo mengambil spekulasi.
"Tidak, Sheila mendengar dari obrolan grup sekolah anaknya, jadi kupikir itu hanya gosip" jelas Abel.
"Berita seperti selalu saja menyebar dengan cepat, kasihan Mikaela ku sayang" ucap Liana kemudian terisak lagi.
Tak lama Luna datang dan memberikan tehnya pada Liana.
Suryo dan Abe menatapnya.
"Minum dulu nyonya, ini akan membuat anda lebih tenang" ucap Luna.
Liana menurut, dia minum kemudian meminta Luna duduk didm dekatnya dan terus menggenggam tangannya.
#
Luna keluar dari kamar Liana.
"Ibu sudah tidur? " tanya Abel.
"Sudah Pak" jawab Luna seraya berjalan menuju ruang depan.
"Kami harus pulang Yah" Abel pamit pada ayahnya.
"Itu terdengar seperti kalian akan pulang ke satu rumah" ucap Suryo.
Abel salah bicara, dia salah tingkah karena ucapan ayahnya.
#
Sampai di depan rumah mereka, Luna terdiam menatap pintunya. Abel datar saja menekan passcode pintu rumahnya sendiri.
Luna menatapnya sinis.
"Ada apa lagi? " Abel tahu Luna menatapnya seperti itu.
"Ibu anda sampai sedih seperti itu, bisa anda bayangkan bukan bagaimana Mikaela nanti? " ucap Luna seraya mendekati nya.
Abel kesal, dia menarik Luna ke dalam kemudian menutup pintunya.
Luna di sudutkan ke dinding, kemudian dia mendekat.
"Aku tidak peduli, sudah aku katakan bahwa aku hanya peduli padamu, tidak dengan yang lainnya" ucap Abel.
Luna hanya diam dengan mulut sedikit menganga karena tak percaya Abel akan mengatakan hal itu.
Abel terus menatap bibir Luna yang sangat dekat dengan bibirnya.
"Ke.. nna... pa? " Luna terbata.
"Karena kau selalu.... ceroboh" ucap Abel sambil tetap menatap bibirnya.
Luna memasang wajah kesal, dia mendorong tubuh Abel dan hendak pergi, tapi Abel kembali menariknya dan kali ini wajahnya lebih dekat.
Deg...
Kali ini jantung Luna berdebar lebih kencang.
"Aku cinta kamu Luna" ucap Abel kemudian mengecup bibirnya.
Mata Luna membulat penuh seolah akan lompat dari tempatnya.
Dia juga menutup bibirnya setelah Abel sedikit mundur.
Abel menurunkan pandangannya melihat reaksi Luna.
Luna keluar dari rumahnya, Abel ditinggalkan dengan sesekali menggigit bibirnya sendiri.
Luna masuk ke kamarnya, kemudian menutup bibirnya lagi.
Suara Abel yang mengatakan cinta terngiang lagi.
Luna terus mengambil nafas dalam.
"Tidak... " Luna mencubit tangannya sendiri.
"Aww sakit! Ini bukan mimpi" ucapnya.
Kemudian menyentuh bibirnya, masih terasa kecupan bibir Abel.
"Ini bukan pertama kali aku berciuman, tapi kenapa masih saja terasa" ucapnya.
Dia masuk ke kamar mandi dan menatap dirinya sendiri di cermin.
"Luna.... bagaimana ini? " tanyanya pada dirinya.
"Dia menyukaimu, tidak... dia mencintaimu" ucap Luna lagi.
Kemudian Luna tersenyum malu, dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan nya.
Di sisi lain, Abel mengambil kopi dingin, kemudian dia masukkan ke dalam microwave.
Tak berapa lama dia mengambilnya dengan tangan kosong.
"Aww panas! " keluhnya.
Dia baru tersadar.
"Aku kan tidak suka kopi panas, kenapa aku memasukkannya ke dalam microwave" gumamnya.
Abel salah tingkah, dia tak bisa tenang karena sudah mengungkapkan perasaan nya pada Luna. Tapi merasa sudah salah saat mengingat reaksi Luna.
"Apa dia tidak menyukai ku? " tanya Abel dengan mata menatap ke arah sisi rumah Luna.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>