#TURUN RANJANG
Tiga tahun pasca sang istri meregang nyawa saat melahirkan putranya, Zeshan tetap betah menduda dan membulatkan tekad untuk merawat Nadeo sendirian tanpa berpikir sedikitpun untuk menikah lagi.
Namun, hal itu seketika berubah setelah Mommy-nya datang dan berusaha meluluhkan hati Zeshan yang telah berubah sebegitu dinginnya. Berdalih demi Nadeo, Amara menjanjikan akan mencarikan wanita yang pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung Nadeo.
Zeshan yang memang terlalu sibuk dan tidak punya kandidat calon istri pasrah dan iya-iya saja dengan siapapun pilihan Mommy-nya. Tanpa terduga, Mommy Amara ternyata merekrut Devanka, adik ipar Zeshan yang mengaku sudah bosan sekolah itu sebagai calon menantunya.
*****
"Ingat, kita menikah hanya demi Nadeo ... jangan berharap lebih karena aku alergi bocah bau ingus." -Zeshan Abraham
"Sama, aku juga alergi om-om bau tanah sebenarnya." - Devanka Ailenatsia
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
PLAGIAT/MALING = MASUK NERAKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 - Jangan Sebut Nama Itu
Amarah Zeshan kali ini tidak bercanda, selama perjalanan menuju kediaman mereka Devanka hanya diam, tak berani berbicara walau sepatah kata pun. Di luar hujan, tapi suasana di antara mereka seolah tengah memanas.
Hingga tiba di rumah, Zeshan masih konsisten dengan wajah datar dan tatapan tajamnya. Jika sudah dalam keadaan begitu, mana berani Devanka menggoda atau bicara random seperti biasa.
"Turun."
Dia menurut saja sewaktu Zeshan memerintahkannya untuk turun, genggaman tangan pria itu hanya berhenti sewaktu mengemudi, setelahnya kembali lagi. Zeshan kembali mencengkram tangan sang istri dan meminta Devanka masuk segera.
Suasana di rumah pun terasa berbeda sore ini, sepi, sunyi dan memang tidak ada Nadeo yang menyambut mereka. Hujan di luar juga mendukung suasananya menjadi semakin syahdu, Devanka sejenak terkecoh sebelum kemudian terkejut lantaran Zeshan menghempaskannya ke atas tempat tidur.
Seolah tidak memberikan kesempatan Devanka untuk melepaskan diri, Zeshan kini naik dan mengungkung tubuh sang istri sembari mengunci tangannya di atas kepala hingga Devanka panik seketika.
"Kak, Zeshan mau ap_"
Sedikit pun Zeshan tidak memberikan kesempatan untuk Devanka bicara. Baru juga hendak bersuara, Zeshan sudah membungkam mulutnya dengan ciuman tak biasa.
Bukan hanya bernaffsu, tapi kini pria itu melahapnya begitu rakus. Tak hanya bibir, tapi dia juga menyusuri leher dan dada Devanka sembari meninggalkan bekas gigitan di sana.
"Ampun, Kak ...." Di sela isak tangisnya, Devanka memohon dengan suara lemah.
Gigitan yang Zeshan berikan cukup berasa, sakit dan Devanka tidak bercanda. Sayang, tangisnya Devanka seolah tidak membuat Zeshan terketuk untuk melakukannya dengan sedikit lebih halus.
Tidak ada kata-kata lembut kali ini, Devanka benar-benar menemukan sosok Zeshan yang dia duga selama mereka mengenal.
Begitu kasar cara Zeshan melucuti pakaian sang istri hingga kancing kemejanya berhamburan tanpa arah. Walau memang Devanka tidak memberikan perlawanan, tapi pria itu tetap menggila seakan Devanka tengah berontak saja.
"Kak Zeshan pelan-pelan," pinta Devanka masih berharap Zeshan akan memberikan ampunan.
"Jangan menangis ... kamu sendiri yang minta kakak melakukan ini, Devanka," ucap Zeshan usai merobek bungkus pengaman dengan giginya yang tajam.
Tatapan pria itu tak lepas dari pemandangan indah di depan sana. Aset pribadi Devanka yang selalu tersembunyi dan hanya bisa dilihat olehnya seorang itu memang cukup menantang.
Tidak berbohong, naluri kelelakian Zeshan sebagai pria yang memang haus belaian jelas meronta. Terlebih lagi, saat ini wanita yang tengah menangis di bawahnya sudah berstatus istri dan sah baginya.
Kasar bukan prinsip Zeshan sebenarnya, tapi bayangan saat Devanka dipeluk dan beberapa orang bertepuk tangan di lapangan tadi lagi-lagi membangunkan sisi lain dari Zeshan tanpa dikehendaki.
Dia benar-benar marah, Zeshan kecewa tatkala kepercayaan yang dia berikan ternyata dikhianati oleh seorang bocah. Setelah kemarin dipertegas di hadapan teman-temannya dengan ciuman tidak jera juga.
Kali ini Zeshan menegaskan dengan cara yang lain yang membuat Devanka menjerit dan menangis dalam waktu bersamaan kala Zeshan memaksa menerobos benteng pertahanan yang malam kemarin sempat Zeshan jamah.
Tanpa roleplay atau pemanasan seperti malam itu, Zeshan benar-benar menghujamnya dengan sekali hentakan sore ini. Dan, hal itu sudah sangat cukup untuk menjadi alasan Devanka menganga sembari memejamkan mata.
"Kak Zeshan sakit!!" desis Devanka setelahnya dengan suara yang terdengar begitu sulit.
Hal itu tak lepas dari pandangan Zeshan yang kini berkuasa di atasnya. Air mata Devanka bercucuran, dia kembali menangis dan untuk beberapa saat Zeshan tidak melakukan apa-apa.
Sementara dia biarkan tubuh Devanka terbiasa dan menerima, hingga ketika napas Devanka sudah sedikit lebih tenang barulah Zeshan perlahan menggerakkan tubuhnya.
Tak semudah itu bagi Devanka merasakan nikmat yang saat ini Zeshan rasakan. Rasa sakit masih mendominasi bagi Devanka hingga cukup sulit baginya untuk mendessah sekalipun Zeshan sudah menuntunnya.
Ciuman yang Zeshan berikan sebagai penenang dan pelarian memang Devanka terima, tapi hanya sedikit kenikmatan yang terasa, sisanya ya sakit.
Bahkan, sakitnya melebihi ekspetasi Devanka. Dia mencoba mencari dimana letak nikmatnya, karena saat ini lenguhan Zeshan terdengar begitu indah bahkan hati Devanka yang memang menyukai deep voice kaum Adam sejak dahulu jelas saja berdebar.
Cukup lama bagi Devanka bisa menerima serangan dadakan Zeshan yang sama sekali tidak dia duga. Hingga, perlahan namun pasti rasa sakit itu berganti menjadi sebuah candu yang tak bisa Devanka ungkapkan dengan kata-kata.
Dessahan yang tadi hanya didomninasi Zeshan seorang, kini berbalas hingga membuat pria itu kembali terpacu untuk membawa Devanka terbang ke awang-awang.
Perbedaan jam terbang dan Zeshan yang sudah begitu lama merindukan membuat sulit untuk meledak bersamaan. Sudah bisa dipastikan Devanka yang lebih dulu lemah tak berdaya dalam pergolakan asmara di antara keduanya.
Butuh beberapa saat bagi Zeshan untuk menuntaskannya, pria itu mengerang dan bersamaan dengan bibirnya yang tampak meloloskan sesuatu lewat lisannya.
"Tal_"
"Shuut!!"
Devanka menggeleng, walau dirinya sudah seperti kehilangan tenaga, tapi dia masih mampu untuk menempelkan jemari ke bibir Zeshan demi membuat suaminya tidak lanjut bicara. "Jangan sebut nama itu jika sedang menikmatiku, Kak!!" tegas Devanka dengan suara lemahnya.
.
.
- To Be Continued -