Song Lin Qian adalah Seorang pangeran yang terasingkan sejak masih kecil, dia harus menjalani kehidupan yang keras di dunia luar untuk mencari tahu akan jati dirinya yang sebenarnya.
Dengan berbekalkan jepit rambut peninggalan mendiang sang ibu, Song Lin Qian yang diasuh oleh sepasang pendekar suami-istri akhirnya turun gunung, dan demi mengetahui akan siapa dirinya yang sesungguhnya, Song Lin Qian harus menghadapi banyak masalah di dalam pencariannya.
Akankah Song Lin Qian berhasil dalam pencariannya? Ikuti alur cerita yang berjudul "PANGERAN PENDEKAR NAGA" hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembunuhan Pertama
"Kalian bertiga pergi dari sini, biar aku saja yang menahan mereka!" kata Fa Lio Bai dengan suara pelan.
"Mana mungkin paman mampu melawan mereka berempat sendirian? Sebaiknya kita bersama-sama saja menghadapinya!" kata Qian.
"Jangan bodoh, mereka bukan lawan yang mudah untuk dihadapi oleh kalian," jawab Fa Lio Bai.
"Selama kita bekerja sama, kita pasti bisa meloloskan diri dari mereka," ucap Qian.
Melihat Qian yang tidak menurut, Fa Lio Bai tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan Fa Xian juga seperti enggan untuk pergi meninggalkan dirinya yang akan melawan keempat pendekar yang menghampiri mereka.
"Tuan, kenapa Tuan menyerang kami? Apa salah kami?" tanya Fa Lio Bai.
"Kalian memang tidak memiliki kesalahan apapun, hanya saja kami tidak bisa membiarkan orang yang melihat aksi kami ini dibiarkan hidup, demi menjaga kerahasiaan tugas kami, maka saksi mata harus dihilangkan," kata sosok Pendekar paruh baya.
Fa Lio Bai memperhatikan senjata mereka berempat, dia tahu jika di setiap senjata mereka masing-masing mengandung racun, jika sampai terkena satu goresan kecil saja, maka akibatnya sangat fatal.
"Xian, kamu dan Qian serta adikmu jangan sampai terpisah, waspadalah terhadap senjata mereka, jangan sampai kalian terkena satu goresan sekecil apapun oleh senjata itu, karena senjata itu sangatlah beracun," kata Fa Lio Bai.
"Aku mengerti ayah!" jawab Fa Xian.
Keempat Pendekar itu kini mulai memutar-mutar senjata tali mereka dan akan segera memulai serangannya kepada Fa Lio Bai, sedangkan Qian dan Fa Xian maju melindungi Fa Xieyin.
"Adik, kamu ambil senjata kami di kereta!" kata Fa Xian.
Fa Xieyin segera berlari untuk mengambilkan senjata milik mereka berdua sekaligus mengambil busur panahnya, sedangkan keempat Pendekar itu tidak memperdulikan Fa Xeiyin, karena mereka berpikir jika Fa Xeiyin dan kedua pemuda di belakang Fa Lio Bai tidaklah berbahaya.
Qian terkejut saat Fa Xeiyin memberikan Pedang Naga Api nya yang masih terbungkus oleh lilitan kain merah, dia tentu tidak berharap untuk menggunakan Pedang nya saat ini, karena Pedang itu hanya akan membuatnya kehilangan tenaga nya.
"Terima kasih, tapi aku tidak akan menggunakan ini!" kata Qian.
Kedua Pendekar Jiwa Ahli melemparkan Mata Pisau nya ke arah Fa Lio Bai, keduanya memainkan tali tersebut dengan sangat lihai sehingga serangan mereka yang fleksibel bergerak dengan leluasa untuk melukai Fa Lio Bai.
Fa Lio Bai melompat menghindari setiap serangan seraya bergerak ke arah Keretanya lalu segera mengambil tongkat panjang. Dengan permainan tongkatnya, Fa Lio Bai mulai menahan setiap mata pisau yang terayun ke arahnya sembari bergerak maju untuk memberikan serangan dari jarak dekat.
Kedua Pendekar Jiwa Petarung lainnya kini mengincar Fa Xian dan Qian, mereka berdua tersenyum karena mereka tahu jika kedua pemuda itu baru menjadi seorang Pendekar Jiwa Petarung, jadi kemampuan bertarung kedua pemuda itu tidak akan mungkin sebanding dengan kedua Pendekar dari Racun Kalajengking.
Fa Xian mencabut pedangnya lalu menyerang salah satu pendekar dengan menggunakan jurus permainan pedang yang biasa diperagakan saat di pertunjukan. Dengan permainan pedang yang memiliki gerakan lincah dan sangat gesit, Fa Xian berusaha melancarkan serangannya dari jarak yang sangat dekat, dia tidak akan memberikan kesempatan bagi lawannya untuk menyerangnya.
Pendekar yang satu lagi juga memulai serangannya kepada Qian yang tidak mau menggunakan pedangnya, jadi pendekar tersebut sangat yakin jika dia akan dapat dengan mudah membunuh Qian.
Dengan ilmu meringankan tubuh yang sudah dikuasainya, Qian melompat dan menghindari setiap serangan pisau yang datang, walau sudah bergerak dengan sangat lincah, namun tetap saja Qian selalu saja hampir terkena mata pisau itu, terkadang hampir mengenai lengannya, wajahnya, hingga lehernya, untungnya Qian selalu bisa menghindarinya.
Fa Xeiyin masih fokus memperhatikan pertarungan Fa Xian dan Qian serta Ayahnya. Setelah di perhatikan dia merasa ayahnya lah yang memerlukan bantuannya sehingga dia segera menarik busurnya dan menargetkan salah satu Pendekar Jiwa Ahli yang berhadapan dengan ayahnya.
Yang mengetahui kemampuan asli Fa Xieyin tentu adalah ayah dan kakaknya, sedangkan Qian hanya melihatnya sekali saja, jadi dia belum sepenuhnya mengetahui kemampuan memanah Fa Xeiyin yang sebenarnya, dan kali ini Fa Xeiyin akan menunjukkannya.
Ibu Fa Xeiyin sebenarnya adalah seorang Pendekar yang memiliki nama julukan sebagai Pemanah Mata Angin, dia adalah salah satu murid dari perguruan besar Aliran Bebas yang bernama Perguruan Bulan Suci dimana perguruan murid-muridnya semuanya adalah wanita.
Perguruan Bulan Suci akan mengeluarkan murid-murid dari perguruan apabila murid itu menikah. Aturan di Bulan Suci memang harus murid-murid yang masih perawan Suci lah yang boleh tinggal selamanya, dan jika ada yang memilih untuk menikah, itu artinya dia sudah tidak berhak lagi menjadi bagian dari perguruan karena akan segera memberikan kesuciannya kepada suaminya.
Hingga saat ini Perguruan Bulan Suci masih ada, dan bahkan berkembang hingga menjadi salah satu perguruan besar di aliran Bebas, walau demikian Perguruan itu tidak mengekang murid-muridnya, para murid-murid yang merupakan gadis-gadis suci diberikan kebebasan untuk memilih takdir hidup mereka sendiri, kecuali satu larangan saja yang tidak boleh dilanggar, yaitu tidak boleh berzina, sebab itu akan dianggap sebagai aib yang akan mencoreng nama besar Perguruan mereka.
Jika ada salah satu murid yang berani melanggar aturan dan ketahuan sudah tidak perawan sebelum menikah, maka hukumannya tidak hanya akan dikeluarkan dari perguruan, seluruh ilmu beladiri yang diajarkan akan hilangkan lalu akan dikeluarkan dengan tidak hormat oleh guru besar perguruan.
Berbeda halnya dengan yang masih perawan dan akan menikah, mereka akan dikeluarkan namun semua ilmu beladiri yang mereka pelajari dari perguruan tidak akan dihilangkan, sebab mereka tahu jika itu sangat dibutuhkan untuk melindungi keluarga nya sehingga mereka bisa keluar secara terhormat seperti Istri Fa Lio Bai.
Fa Xeiyin berusaha memfokuskan bidikan anak panahnya ke arah salah satu Pendekar tersebut, walau pendekar itu masih bergerak dengan bertukar posisi dengan Fa Lio Bai, itu tidak membuat Fa Xeiyin kesulitan.
Fa Xeiyin menunggu waktu yang tepat untuk melepaskan anak panahnya, dan setelah menemukan momen tersebut, Fa Xeiyin segera melepaskan anak panahnya yang melesat dengan cepat seperti membelah Angin ke arah Pendekar yang sudah ditargetkan.
Pendekar itu yang terlalu fokus menyerang Fa Lio Bai sama sekali tidak mewaspadai hal lainnya, tentu dia tidak tahu jika saat ini akan ada anak panah yang melesat ke arahnya, dan begitu dia akan kembali menyerang, barulah dia merasakan jika ada anak panah yang akan segera mengenai dirinya.
Pendekar tersebut yang baru menyadari akan hal itu terlambat untuk menghindari serangan laju anak panah sehingga anak panah itu menancap tepat di sela-sela tulang rusuknya yang menembus jantung hingga tembus rusuk yang di sebelah.
Pendekar itu mengerang kesakitan seraya menatap gadis yang memanahnya dengan tatapan tidak percaya, namun tidak berselang beberapa lama, pendekar itu akhirnya jatuh dan menghembuskan nafas terakhirnya dengan kondisi mulut mengeluarkan darah.
Melihat rekannya yang mati oleh anak panah Fa Xeiyin, pendekar tersebut ingin menyerang Fa Xeiyin, namun mana mungkin Fa Lio Bai akan membiarkannya sehingga dia dengan cepat menghadangnya. "Sekarang kita berimbang satu lawan satu," kata Fa Lio Bai dengan senyuman menyeringai karena sekarang pertarungannya akan seimbang.
Qian yang berusaha menghindari serangan lawannya jelas terkejut melihat Fa Xieyin yang berhasil membunuh seorang Pendekar jiwa Ahli hanya dengan sekali panah, sekarang barulah dia mengetahui kemampuan Fa Xeiyin yang sesungguhnya.
"Apa dia sudah sering melakukan hal ini?" batin Qian.
Selama ini Qian belum pernah membunuh orang, itu sebabnya dia terkejut saat melihat Fa Xieyin yang membunuh seorang Pendekar tanpa terlihat rasa penyesalan sedikitpun di wajah cantiknya, seolah-olah dia sudah terbiasa membunuh.
Qian yang masih ragu-ragu terus menghindari serangan lawannya sebelum akhirnya dia di kejutkan dengan suara teriakan seorang Pendekar yang menjadi lawan Fa Xian, dia melihat ternyata pendekar tersebut juga terkena anak panah milik Fa Xeiyin yang menancap di dadanya sehingga pendekar tersebut mengerang kesakitan. Melihat Pendekar itu masih hidup, Fa Xian segera menebas leher Pendekar tersebut sehingga pendekar itu langsung tumbang dan mati dengan kondisi leher menganga.
Qian benar-benar syok melihat pembunuhan itu, bahkan kini kedua kakak beradik itu terlihat tidak menyesali perbuatan mereka yang telah menghilangkan nyawa orang lain.
Kini hanya tersisa dua orang Pendekar saja, satu masih saling serang dengan Fa Lio Bai, sedangkan satu lagi masih berusaha membunuh Qian yang terus bergerak.
"Qian, jangan ragu untuk membunuh, jika kamu ragu, maka kamulah yang akan terbunuh," kata Fa Xian.
Qian yang mendengar perkataan Fa Xian melihat kearah lawannya yang tidak mau melepaskan dirinya, sesaat hatinya menolak karena dia memang ingin mengalahkannya, namun tidak ingin membunuhnya.
Namun setelah dia memikirkan ucapan Fa Xian, dia merasa jika apa yang Fa Xian katakan itu mungkin memang benar, hal itu menimbulkan rasa keinginan Qian untuk membunuh, sebab dia sendiri juga memiliki tugas balas dendam yang kemungkinan besar juga akan terlibat saling membunuh.
"Baiklah kalau begitu!"
Qian menjadi lebih bersemangat lalu dia merubah pergerakannya dan segera berlari ke arah lawannya dengan kedua tangannya yang mengepal dengan erat. Pendekar tersebut terkejut saat melihat Qian yang berhenti menghindar dan justru berbalik ke arahnya.
"Kamu pikir dengan semangatmu bisa mengalahkanku anak muda? Terima ini!"
Pendekar tersebut kembali melepaskan serangan tali pisaunya dengan serangan yang lebih cepat ke arah Qian, namun Qian dengan kegesitan nya bergerak secara acak seraya mengepalkan tinjunya.
"Dasar anak ingusan! Akan aku bunuh kamu," ucap pendekar tersebut yang sangat marah namun seketika itu juga Qian sudah berada cukup dekat dengannya.
"Jujur, aku belum pernah menggunakan jurus ini sejak aku melatihnya, sekarang ayo kita coba lihat hasilnya," kata Qian yang sudah menarik kepalan tangannya di belakang dan bersiap untuk melepaskan pukulannya.
Pendekar tersebut yang tidak memahami maksud Qian berencana untuk melompat mundur seraya akan melukai Qian, namun tinju Qian lebih cepat daripada gerakan Pendekar tersebut.
"Pukulan Penghancur Gunung."
"Bam…!"
"Krakk!"
"Urgh..!"
Suara pukulan keras hingga suara tulang-tulang yang retak terdengar hingga ke telinga semuanya, tubuh Pendekar tersebut sampai melengkung saat pukulan Qian menghantam dadanya yang membuat seluruh tulang rusuknya patah dan keluhan rasa sakit yang disertai dengan muntahan darah melemparkan tubuh Pendekar itu jauh hingga menabrak dinding rumah para penduduk.
Pendekar tersebut langsung mati hanya terkena satu pukulan yang Qian lepaskan, sedangkan Qian melihat Pendekar itu telah mati langsung mematung, dia benar-benar tidak menyangka jika dirinya akan menghilangkan nyawa seseorang, dan ini adalah Pembunuhan Pertama sejak pertama kali dirinya turun gunung.