Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Aku ingin kau jujur padaku, Rena. Apa kau mengangkat panggilan dari istriku ketika aku tidak membawa ponsel ke toilet?" tanya Liam dengan tenang.
Dia hanya ingin kejujuran dari Serena, mungkin pria itu akan semakin kecewa bila Serena tidak mengakui perbuatannya. Liam tidak ingin membuat Bianca kembali bersedih dengan mempertahankan Serena di sisinya.
"Ya, aku memang mengangkat panggilan dari istrimu. Kenapa? Apa dia mengadukan ucapanmu?"
Ucapan Serena seolah menantang ucapan Liam. Dia sudah menduga akan dipanggil perihal perbuatannya pada Bianca. Sejak sebulan bekerja di Perusahaan Smith, Serena belum pernah melihat Bianca.
Serena penasaran dengan paras Bianca. Beberapa karyawan mengatakan bila Bianca sangat cantik hingga tidak ada yang dapat menandingi kecantikannya. Namun, Serena tahu dengan pasti kalau hubungan Liam dan Bianca tidak begitu romantis. Terbukti dari Liam yang selalu senggang untuk mengantarnya ke rumah sakit. Padahal, itu adalah waktu yang tepat untuk pulang.
"Berani sekali kamu mengatakan kalau kamu adalah kekasihku!" seru Liam.
"Bukankah memang benar? Aku masih kekasihmu, Li. Tidak ada kata perpisahan yang terucap di antara kita. Komunikasi kita terputus begitu saja karena kesibukanku saat berada di luar negeri," tukas Serena.
"Hubungan kita sudah berakhir Serena. Apa kamu lupa kalau kamu yang mengatakan untuk melupakan semua kenangan yang terjadi di antara kita?" Liam kembali mengingatkan saat Serena menolak semua panggilan Liam dan tidak membalas pesan dari pria itu.
Ketika Liam mendatanginya di Negara P, dengan mata kepala sendiri Serena sedang bermesraan dengan seorang pria. Liam menyimpulkan bahwa tidak ada lagi yang dapat dipertahankan dari hubungan mereka. Tentu, Liam tidak perlu repot untuk memvalidasi hubungan mereka yang telah kandas.
Serena membalas pesannya dengan mengatakan bila dia sedang meniti karier dan tidak memiliki waktu untuk sekadar memberi kabar. Selain itu, dia mengatakan untuk melupakan semua yang pernah terjadi di antara mereka. Liam terpuruk mulai saat itu dan tidak lagi mempercayai kata cinta sampai saat ini.
"Aku sudah katakan sejak awal padamu. Aku rela Liam, aku tidak apa-apa bila menjadi yang kedua untukmu. Lagi pula, kau tidak mencintai istrimu, kan?"
Mendengar ucapan Serena, Liam murka. "Aku bukanlah dirimu yang dapat berkhianat, Rena. Mulai saat ini, aku ingin kamu meninggalkan perusahaan ini. Cukup sudah aku membantumu. Ibumu telah sembuh, tidak ada lagi alasan bagimu untuk bekerja di sini. Aku pun telah membiayai semua pengobatan Bu Amira," ujar Liam.
"Kau tidak bisa seperti ini! Kau bersikap tidak profesional dengan memecatku begitu saja karena urusan pribadi," balas Serena terkejut dengan pilihan Liam.
Wanita itu berpikir Liam akan terus mempekerjakan dirinya sebagai sekretaris. Dekat dengan Liam membuat wanita itu terlena hingga tidak berpikir bahwa dia dapat disingkirkan begitu saja dari hidup Liam.
"Justru, dengan mempekerjakanmu aku sudah tidak bersikap profesional. Kau tidak memiliki basic menjadi sekretaris dan aku mempekerjakanmu atas dasar kemanusiaan. Kurasa semua sudah berakhir sejak kau hampir merusak hubunganku dengan istriku. Pergilah, Serena! Aku tidak ingin melihatmu lagi di Perusahaan ini."
"Tidak, aku mohon tetap kerjakan aku Liam!" Serena mendekati Liam dengan tangisan di wajahnya. Dia tidak menyangka semudah itu Liam ingin menyingkirkannya.
"Kau sudah mengecewakanku, Serena. Ingatlah, aku berjanji tidak akan mengganggu hubunganku dengan istriku bila aku menerimamu di Perusahaan ini. Kenyataannya kau mengingkarinya," balas Liam.
"Maafkan aku, Liam. Berikan aku kesempatan sekali lagi. Siapa yang akan membiayai hidupku dan keluargaku? Bila aku tidak bekerja." Serena memohon dengan bersimpuh di hadapan Liam.
Liam bergeming tidak menanggapi ucapan Serena. Kemudian, Liam memanggil Zidane melalui interkom. Dia ingin Zidane membawa Serena keluar dari ruangannya.
"Ada apa, Liam?" tanya Zidane penasaran dengan panggilan Liam.
"Bawa Serena keluar dari ruanganku, minta dia membereskan seluruh barangnya. Mulai hari ini dia tidak bekerja di Perusahaan ini," jawab Liam.
Zidane menyunggingkan senyumnya. Sudah sejak lama dia menunggu Liam bertindak pada Serena. Wanita itu membuat hubungan rumah tangga Liam dan Bianca merenggang. Zidane harap semua yang dilakukan Liam belum terlambat.
Dia mengingat tadi pagi Bianca menghubunginya. Wanita yang menjadi istri sahabatnya itu penasaran dengan sosok Serena. Tentu saja, Zidane tidak bisa berbohong pada Bianca. Zidane mengatakan dengan gamblang bahwa Serena merupakan mantan kekasih Liam.
Setelah itu, Bianca memutuskan komunikasi mereka. Bianca hanya bertanya nama lengkap dari Serena. Dia berkata akan mencari tahu sendiri tentang mantan kekasih Liam itu.
"Kau serius ingin memecatnya?"
"Tentu! Tunggu apa lagi, aku tidak butuh karyawan yang dapat menghancurkan hubunganku dengan Bianca. Dia adalah prioritasku saat ini!"
Serena menangis dan terus memohon. "Tolong, jangan seperti ini Liam. Aku tahu kamu masih mencintaiku. Kamu tidak mungkin menolongku bila tidak memiliki perasaan padaku," ucap Serena.
Zidane menggeleng kemudian memaksa Serena berdiri. "Ayo! Sudahlah Serena, kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik bila kinerjamu bagus," ujar Zidane.
"Lepaskan aku! Aku hanya ingin bekerja di sini!"
"Pergilah, Serena. Semua sudah berakhir," balas Liam.
Serena melangkah dengan perlahan meninggalkan Liam. Kemudian, wanita itu tampak memegangi perutnya yang kram. "Liam... Aku...sa..." Serena limbung dan hampir terjatuh bila Zidane tidak menahan tubuhnya.
"Serena! Apa yang terjadi padamu? Bangunlah!" seru Zidane menepuk wajah Serena.
Liam terkejut dan langsung meminta Zidane untuk membawa Serena ke rumah sakit. "Ayo, kita bawa dia ke rumah sakit. Kamu gendong dia!" perintah Liam yang diangguki oleh Zidane.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca. ❣️