JANDA BUKAN, SEORANG ISTRI PUN BUKAN!
Ayubi mengira ia adalah seorang Janda ditinggal mati selama 6 tahun ini, ternyata ia bukan lah seorang janda karena suaminya masih hidup.
Sayangnya, suami Ayubi menggunakan identitas dari kembaran suaminya. Suami dari Ayubi menjadi pengganti suami untuk wanita lain selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Ini Papa Key!
Terdengar suara patahan kayu dari dalam kamar dimana Ayubi dan Azka berada, dengan jantung bertalu-talu Abimanyu berlari kencang masuk kedalam.
Di dalam sana, tubuh Bram terkapar tak berdaya di lantai. Pria jahat itu menger4ng kesakitan, keluar banyak darah dari belakang kepalanya.
Tampak di sekitar Bram sebuah kursi terbuat dari kayu terlihat rusak, Abimanyu menatap istrinya dengan tak percaya.
"Kamu yang melakukan nya, Ayu?"
Ayubi mengangguk dengan kuat, telunjuknya mengarah pada Bram. "Dia ingin mengambil putra kita, Bang! Aku terpaksa memukulnya dari belakang tepat di kepalanya! A-apa dia akan mati? Apa aku jadi seorang pembunuh sekarang, Bang? Tapi nggak papa, Bang! Lebih baik aku di penjara karena membunuhnya daripada dia mengambil anakku! Dasar bajinggaan!"
Ayubi tiba-tiba histeris, tubuh wanita itu bergetar hebat sepertinya wanita itu masih syok dengan apa yang terjadi.
Abimanyu merasa iba, mungkin untuk pertama kalinya dalam hidup wanita selembut Ayubi bertindak kasar.
Beberapa para anak buah Abimanyu merengsek masuk ke dalam kamar, mereka memeriksa nafas Bram dan tenyata pria itu masih hidup.
"Dia masih bernafas, Tuan muda!"
"Bagus! Bawa dia ke rumah sakit dan laporkan penculik4n anakku pada polisi, jaga rumah sakit agar dia tidak kabur!"
"Baik, Tuan muda. Ayo bawa dia!"
Beberapa anak buah Abimanyu menggotong tubuh Bram.
Abimanyu menarik tubuh Ayubi ke dalam dekapan.
"Azka, sini Nak!"
"Paman Abi?"
"Bukan! Mulai sekarang panggil Papa Abi! Ini Papa mu, Nak. Papa Abimanyu!"
Mata bocah itu berkaca-kaca, meski tidak mengerti sepenuhnya namun setidaknya ia tahu Abimanyu adalah orang baik.
Ketiga orang itu pun pergi dari sana, Abimanyu membawa istri dan anak lelakinya ke kediaman Tuan Darma.
.
.
Di cafe sekaligus tempat bermain anak-anak, Kezia dan Candra kompak menjaga Azkia bersama-sama. Namun Keysa merasa kesal melihat Ibunya terus memperhatikan Azkia, seketika bocah itu pun mengamuk.
"Mama ndak sayang Key lagi! Mama cekalang sayang Kia! Papa! Key mau Papa! Huwaaaa...."
Anak perempuan itu terus tantrum, Kezia kewalahan menenangkan anak itu.
Candra akhirnya mengambil alih, "Sini Om gendong, kita beli eskrim yuk!"
Tangisan Keysa akhirnya berhenti, ia menoleh pada Candra lalu pada Azkia. "Tapi jangan bawa Kia... Key ndak suka!"
Candra jadi serba salah.
"Kia ndak boyeh makan esklim cembarangan sama Mama... Kia ndak ikut beli kok."
"Oh iya, Om lupa! Jadi, Kia sama Tante Kezia dulu ya. Om temenin Key beli es krim sebentar."
Kepala kecil Azkia mengangguk, gadis itu tersenyum manis seakan mengerti dengan kemarahan Keysa.
Drrtttt
Baru saja Candra akan menggendong Keysa, ponselnya di dalam saku celana berdering.
"Abi!"
Kezia juga terkejut, apa terjadi sesuatu pada Azka?
"Halo, Abi."
"Azka selamat dan sekarang aku berada di rumah Papa, tapi ternyata Papa nggak ada di rumah... katanya Fenita dibawa ke rumah sakit karena pingsan. Dia sedang hamil anak si bangsatt Bram!"
"Aku sedang bersama Kezia dan anak-anak, aku akan membawa mereka pulang."
"Aku tau, anak buahku sudah melapor! Ayubi masih belum tenang, dia masih syok. Cepat bawa pulang Kia, mungkin dengan kehadiran putri kami... keadaan istriku akan segera membaik."
"Oke! Kami pergi sekarang!"
Candra mematikan panggilan, ia menatap Kezia. "Azka selamat... Abi membawa Ayubi dan Azka ke rumah mertuamu. Maksudku ke rumah mantan mertua mu, dia bilang Ayubi mengalami syok. Kita harus bawa Kia pulang sekarang juga!"
"Endakk! Mau es klim! Key ndak mau pulang... mau es klim Mama... hiksss...." bocah itu kembali menangis.
Akhirnya sebelum pulang, Kezia membelikan es krim lebih dulu untuk putrinya.
.
.
Abimanyu masih menenangkan Ayubi di dalam kamar tamu, wanita itu masih tampak gelisah karena sudah memukul Bram meski ia merasa perbuatannya tidak ia sesali.
Abimanyu tidak bisa menempatkan Ayubi di dalam kamarnya di rumah itu, sebab kamar Abimanyu selama ini adalah kamar bersama dengan Kezia.
Azka sudah tertidur di atas ranjang di samping Abimanyu, sesekali ia mengelus kepala putra sambungnya.
"Bang, ada kabar belum? Apa dia mati?" lirih Ayubi.
"Belum ada kabar lagi, mungkin masih di periksa Dokter. Kamu jangan mikiran keadaan Bram terus, kalaupun dia mati... kamu hanya melakukan pembelaan diri, bukan sengaja membunuhnya."Abimanyu terus mengecup kening istrinya untuk menenangkan, ia memeluk Ayubi di atas ranjang.
Tak lama suara Azkia terdengar memanggil nama ibunya dari arah luar kamar.
"Mama!"
"Kia!"
Pintu kamar tamu terbuka, Kia masuk lalu menghamburkan diri ke pelukan Ayubi yang sudah merentangkan tangan di atas ranjang.
Ayubi memeluk tubuh mungil putrinya, ia menciumi wajah Azkia dengan lembut. Abimanyu tersenyum, ia pun memeluk keduanya.
"Papa!"
Satu lagi bocah masuk ke dalam kamar, Keysa berlari ke arah ranjang dimana Abimanyu masih memeluk Ayubi dan Azkia.
"Lepasin! Ini Papa Key!"
Tiba-tiba Keysa mendorong tubuh Azkia hingga pelukan Abimanyu terlepas, ia pun memeluk tubuh Paman yang ia anggap adalah ayah kandungnya itu.
Mata Azkia berkaca-kaca, Ayubi turun dari ranjang lalu memeluk tubuh putrinya agar tidak menangis.. Abimanyu merasa serba salah, ia tak bisa menolak Keysa namun ia pun tak ingin Azkia putri kandungnya itu menangis.
abimanyu serba slah pelan"harus kashn pengertian k keysa...kshan azkia