Bagaimana nasib gadis nakal itu setelah dinikahkan oleh Daddy nya dengan seorang pria matang yang sudah mempunyai kekasih ?.
" walaupun kita sudah menikah Aku tidak akan ikut campur soal hubungan kalian , asal kemanapun kakak pergi Aku ikut " Pernyataan Ara yang duduk di tepi ranjang pada Rey dimalam pernikahan mereka .
" Hehhh, gadis gila jadi kau juga ingin ikut ketika Aku jalan dengan kekasihku ?" ucap Rey menatap gadis itu dengan sorot mata intimidasi.
" Kemanapun Kakak pergi Aku ikut " senyum lebar Ara penuh kemenangan karena hanya bersama Rey lah Ara bisa melihat dan menikmati dunia luar dengan bebas tidak seperti kehidupan nya selama ini yang layaknya burung di dalam sangkar emas .
" Aku berjanji hanya ikut saja tidak akan mengganggumu Kak " sambung Ara meyakinkan.
yuk baca kelanjutannya 📜
S2 dari novel Ambisi Cinta Gadis Labil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Pertengkaran
Ditengah obrolan serius mereka ponsel Ara bergetar dan itu lebih dulu mengalihkan perhatian Rey .
" Angkatlah" ucap Rey melirik ponsel Ara di atas bantal .
" Nomernya tidak dikenal Daddy " ucap Ara melirik saja ponselnya dari jarak jauh .
" Itu ada profilnya" ucap Rey yang sebenarnya menyuruh Ara mengangkat karena orang itu sudah menelpon berkali-kali sehingga Rey menjadi penasaran.
" Wahhhh, Om bule " riang Ara begitu mengambil ponselnya dan melihat foto profilnya orang yang menelfon nya .
" Hallo , sudah tidur?" suara berat Alex begitu Ara menjawab telfon nya .
" Belum " jawab Ara singkat .
" Om kenapa bisa dapat nomer ponsel Aku?" tanya Ara karena nomer ponselnya hanya dimiliki orang tertentu saja selama ini .
" Karena Aku ingin mendapatkan Kamu " tawa Alex yang juga membuat Ara terkekeh .
" Cobalah kalau dapat " ucap Ara malah menantang Alex dengan main-main.
" Astaga gadis kecil kau berani menantang ku biar Aku datang melamar malam ini juga kerumah mu " ucap Alex penuh keseriusan.
" Aaaa, kenapa tidak mengajak pacaran dulu ?" tanya Ara pada Alex dan saking asiknya bicara dengan pria yang baru beberapa hari ini dia sukai Ara sampai lupa kalau ada Rey bersama nya .
Mungkin Ara memang terkesan plin-plan yang tidak bisa berpegang pada satu keputusan nya yang setiap saat selalu berubah sesuai nalurinya namun itu wajar lantaran dia memang masih labil dan belum bisa mengambil keputusan final .
Ara sangat mudah tergoda dengan hal-hal yang dia sukai .
" Mengapa ingin berpacaran lebih baik kita menikah lalu setelah menikah barulah kita menikmati indahnya pacaran setelah menikah" ucap Alex yang terus mengatakan hal-hal indah pada Ara sampai gadis itu benar-benar dibuat meleleh mendengar setiap ucapan manis yang selama ini belum pernah dia dengar .
" Benarkah kita,,,"
Brakk
Rey yang sudah tidak tahan mendengar mengambil ponsel Ara lalu melempar dengan jarak cukup jauh sampai ponsel itu rusak karena terpelanting jauh .
Rey membaringkan Ara lalu menciumnya dengan brutal sampai Ara menangis karena merasa sakit dengan perlakuan Rey .
Rey berhenti ketika mendengar Isak tangis Ara yang seperti kesakitan dan Rey tidak sadar telah menyakiti Ara dengan perlakuan nya .
" Maaf " ucap Rey berbaring miring lalu membawa Ara yang sedang menangis itu kedalam pelukan.
Ketika Ara berhenti menangis Rey menatap Ara dengan tatapan dalam dan mereka saling tatap dalam diam .
" Jujur sama Daddy , apakah kamu menyukai Tuan Alex ?" tanya Rey yang ingin memastikan walaupun menatap mata Ara saja Rey sudah punya jawaban kalau kini istri kecilnya sudah menyukai orang lain .
" Jawab Ara " tanya Rey dengan tatapan hambar dan semakin sesak ketika Ara mengangguk .
" Ara seneng kalau dekat dia Dad" ucap Ara dengan jujurnya walaupun sebenarnya Ara sendiri tidak tau bagaimana perasaan nya .
" Huftt" Rey menarik nafas panjang mendengar kejujuran istri kecilnya.
Rey duduk lalu mengancingkan baju dan berjalan keluar kamar dengan segala beban pikiran nya .
....
" Mungkin ini adalah pembalasan atas kesalahan ku " batin Rey yang duduk di balkon kamar menatap langit malam sambil meneguk wine di dalam gelasnya .
Rey tak bisa menyalahkan Ara atas perasaan nya karena bagaimana pun akar permasalahan adalah Rey yang membiarkan perasaan Ara tumbuh untuk orang lain dengan tetap berpacaran padahal sudah menikah .
Ara tidak bisa disalahkan karena itu tidak lebih dari dia mencontoh apa yang Rey lakukan padanya .
Tok
Tok
Rey langsung menyembunyikan botol dan gelas wine yang diminumnya kebalik sofa begitu Ara mengetuk pintu balkon .
" Daddy maafin Ara " ucap Ara berdiri tepat di hadapan Rey yang duduk di lantai bersandar pada pagar balkon .
Rey menatap Ara yang berdiri di hadapan dengan hambar lalu berdiri dengan sedikit terhuyung karena terlalu banyak minum alkohol.
" Daddy " Ara memapah Rey yang hampir terjatuh karena berjalan tak seimbang .
" Ada apa lagi?" tanya Rey menatap Ara dengan sayu .
" Mau tidur " ucap Ara yang tengah memapah Rey masuk kedalam kamar , entah kenapa sekarang Ara tidak bisa tidur dengan nyaman jika tidak di peluk Rey .
" Sudah Daddy nggak papa , tidurlah" ucap Rey menolak di papah Ara dan berjalan masuk kedalam kamar dengan langkah biasa.
Rey tidak mabuk hanya sedikit kehilangan keseimbangan tadi karena terlalu banyak minum wine .
" Pergilah tidur ke kamar tadi " ucap Rey yang duduk di tepi ranjang merasa tak nyaman sekali melihat tatapan Ara yang berdiri di samping nya .
" Hiks , Ara mau tidur sama Daddy " ucap Ara mengusap air matanya yang entah kenapa menetes saat Rey mengusirnya.
" huftt" Rey menarik nafas kasar melihat Ara yang malah menangis di hadapannya.
" Sini " ucap Rey berbaring ketengah ranjang lalu merentangkan tangannya, peka kalau Ara ingin tidur di peluk seperti biasanya.
Ara naik keatas ranjang dengan cepat dan masuk kedalam pelukan Rey walaupun masih menangis .
" Hiks, Daddy mabuk ya?" tanya Ara yang menghirup aroma alkohol dari mulut Rey .
" Tidak , Daddy minum tapi tidak mabuk kok " ucap Rey agar Ara tenang .
" Sudah jangan menangis lagi tidur lah " ucap Rey mengelus kepala Ara dan menarik selimut .
" Katanya ingin tidur ?" tanya Rey menatap Ara yang malah terus menatapnya sedari tadi bukannya memejamkan mata.
" Iya , nanti Daddy ganti ponsel kamu " ucap Rey melirik ponsel yang masih di pegang Ara walaupun dia berada dalam pelukan Rey .
Rey semakin bernafas kasar setelah mengambil ponsel di tangan Ara yang ternyata layarnya sudah retak walaupun ponselnya masih bisa menyala .
" Ara sudah apa lagi yang kamu tangis kan" ucap Rey meletakkan ponsel Ara di atas nakas menatap Ara yang masih saja menangis dalam pelukannya.
" Daddy maafin Ara , Ara janji nggak bakal suka sama pria lain lagi " ucap Ara dengan serius menatap Rey sambil menghapus air mata nya .
" Asal Daddy jangan marah lagi sama Ara " ucap Ara mengajukan syarat.
" Kamu nggak usah mengorbankan perasaan kamu hanya karena takut Daddy marah " ucap Rey tulus , saat emosi dalam dirinya mereda Rey tersadar kalau dia memang tidak seharusnya memaksa Ara untuk mencintai nya .
" Ara bakal melakukan apapun asal Daddy jangan marah sama Ara" ucap Ara yang membuat Rey meneguk Saliva nya .
" Kenapa?" tanya Rey mengelus kepala Ara .
" Hiks, Ara nggak tau , saat Daddy Rey marah pada Ara rasanya sama, hiks kayak Daddy Ara yang lagi marah " tangis Ara dengan air mata berderai merasa sedih sekali .
Tadi setelah ditinggal kan oleh Rey di dalam kamar sendiri Ara merasa takut dan sedih melihat Rey yang sudah marah sampai meninggalkan Ara sendiri.
" Jangan marah lagi sama Ara Daddy , jangan diam " tangis Ara memeluk Rey semakin erat .
" Tidurlah" ucap Rey singkat mematikan lampu utama kamar.
" Hiks , tu kan Daddy marah sama Ara , maafin Ara Daddy . Ara bakal melakukan apapun asal Daddy jangan diami Ara " ucap Ara yang tidak mau tidur sebelum masalah selesai .
" Gadis polos ini " senyum simpul Rey membatin .