Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .
Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.
Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menangis
Ceklek..
"Buruan makan, gue udah gorengin telor." ucap Chandra yang berdiri di ambang pintu kamarku.
Aku yang lagi rebahan sambil main ponsel meresponnya dengan anggukan.
"Gue mau keluar dulu ya bentar."
"Eh kemanaaa?" tanyaku.
"Keluar ada urusan."
"Ikuttttt."
"Cuma bentar By."
"Aku gak mau sendirian di rumahh. Ikut dong."
"Astaga gak ada 10 menit."
Aku lalu bangkit, aku mendekat menghampiri Chandra.
"Emang kemana sih? Kok aku gak boleh ikut?" tanyaku.
"Ke kelab."
Mataku auto membulat dengan sempurna.
Apa ke kelab malam?
"Aku ikut pokoknya!" ucapku penuh semangat.
Aku sangat ingin ke kelab malam dari dulu. Seumur-umur belum pernah kesana. Aku tuh kepo rasanya di tempat itu kayak apa. Suasananya kayak apa? Sama kayak di film-film yang pernah kutonton gak ya?
Sumpah aku kepo tingkat akhir iniiii.
Masa anak remaja gak pergi ke kelab sih? Kan gak gaul gaes.
"Gak boleh!" ucap Chandra sambil melotot.
"Ayo dong kak, aku belum pernah kesana. Aku kepo tauk disana itu kayak apa. Anak-anak seusia aku udah pada pernah kesana loh. Masa aku doang yang belom?" aku coba rayu Chandra supaya diijinin.
"Lagian umur aku udah 18 kak, udah punya ktp juga."
"Tapi Gaby..."
"Ayo dong kak, sekaliiii ini aja." ucapku sambil memelas. Chandra tetep menggeleng.
"Kan perginya sama kakak. Udah pasti aman kok. Bolehin donggg, ya ya yaa? Plissss. Sekali ini aja, plissssssssssss...."
Chandra menghela napas panjang, kemudian mengangguk.
Yesss.
Akhirnya dia luluh juga. Dia mengijinkan aku buat ikut. Ini bakal jadi malam yang paling berkesan dalam hidupku!
Langsung aja deh aku ganti baju.
Sebentar-sebentar, bajunya orang ke kelab malam itu seperti apa ya? Aha aku coba googling dulu aja, biar gak salah.
"Gaby jadi ikut nggak?" tanya Chandra dari luar kamarku.
"Jadiiii!" jawabku dengan lantang.
Aku udah siap nih langsung aja aku menghampiri Chandra.
"Ayoo kak." ucapku sembari menyambar tangannya buat aku gandeng.
Eett tapi dia cuma diem.
Dia lalu menatapku dari atas sampek bawah.
Kenapa sih? Aku salah kostum ya? Kan yang ada di google tadi gini, gak mungkin aku salah.
"Rok mini?? Gaby sumpah ya lo mau bikin gue marah?" ucap Chandra.
Lah kenapa dia tiba-tiba marah-marah sih???
"Siapa yang ngajarin pakek baju kayak gitu?" sinis Chandra.
"Tapi..."
"GANTII!"
Aku akhirnya kembali ke kamarku. Yaudahlah aku ganti baju aja daripada gak jadi berangkat.
Selesai ganti, aku turun lagi buat menghampiri keberadaan Chandra.
Dia melihatku dari atas sampek bawah lagi. Dia lalu bangkit dan berjalan keluar rumah.
Dia udah gak protes soal penampilanku. Udah cocok mungkin di mata dia.
Kenapa sih padahal kan mau ke kelab malam, pakaian tadi bukannya udah sesuai kan? Malah sekarang aku pakek baju kayak gini, pasti nanti disana aku yang paling culun. Hiihh sebel.
"Nanti sebentar aja ya, jam 9 udah harus sampek rumah. Lo masih sekolah besok." ucap Chandra yang lagi nyetir.
"Iya."
Sesampainya di lokasi...
Mataku gak henti-hentinya terpukau dengan kerlap-kerlip lampu yang ada di langit-langit ruangan ini. Terdapat bar minuman di beberapa sudut ruangan. Banyak orang minum disini. Aku gak tahu mereka minum apa, mungkin alkohol.
Ada orang yang nyebat juga. Asap rokok disini mengepul kemana-mana. Bener-bener deh disini tuh bebas banget.
"Uhuk uhukkk." Aku tiba-tiba terbatuk.
Chandra melihatku yang masih uhuk-uhuk. Dia akhirnya mengajakku agak ke tengah supaya gak terpapar asap rokok.
Aku lihat beberapa orang berjoget di depan orang yang sedang nge-dj. Ada penari tiangnya juga di sebelah sana.
Baru masuk aku disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa, beberapa orang sedang berpelukan, bahkan berciuman di hadapan orang banyak. Leher-leher mereka tak luput dari bercak merah keunguan, persis kek lehernya Jevin kemarin.
Etts kok tiba-tiba keinget Jevin sih. Aaah dahlah lupain, aku disini kan mau seneng-seneng.
Hmmm mereka yang pada ngelakuin hal itu di depan umum kek gini apa gak malu yaa?? Jujur aja, aku yang liat aja malu kok. Aku bener-bener eneg berada disini. Tapi gak mau pulang. Sayang dong sama masa mudaku.
Di sini alunan suara musiknya begitu menggelegar, hingga buat ngobrol aja harus teriak-teriak kayak aku sama Chandra sekarang ini.
"Lo jangan jauh-jauh ntar ilang!" ucap Chandra. Aku pun mengangguk.
Chandra kemudian menggenggam tanganku. Dia lalu ngajak lagi untuk lebih masuk ke ruangan yang lain.
Hingga sampailah kita berdua di ruangan lain. Di ruangan ini suasananya lebih tenang, musik tidak terlalu keras seperti di ruangan yang tadi.
Aku lihat ada seorang cowok yang melambaikan tangannya ke arah kita berdua. Chandra lalu mengajakku buat menghampiri cowok tersebut.
Ini siapa ya? Kayaknya baru pertama kali lihat.
"Lo kemana aja gak pernah kesini? Sibuk nyervice pacar lo terus ya." ucap cowok ini.
"Gak ya anjir." ucap Chandra.
"Eh By, lo duduk sana ya sama Bimo, gue ada bisnis bentar."
Aku menuruti perintah Chandra. Aku langsung berjalan menghampiri kak Bimo yang sedang duduk di sebuah sofa.
Kak Bimo seketika melotot melihatku. Dia kayak heran gitu atas kehadiranku.
"Wih Gaby lo main kesini juga?" ucap kak Bimo dan aku mengangguk.
"Sini sini duduk." suruh kak Sean.
Lohh ada kak Sean juga?
Aku lalu duduk diantara kak Bimo dan kak Sean.
"Lo diajak Chandra ya?" tanya Sean.
"Iya."
"Mana tuh anak?"
"Disana." tunjukku. Tapi aku gak nemuin sosok Chandra seperti yang aku tunjuk.
Lohh Chandra kemana? Tadi kan ada disana. Pindah kemana tuh anak, masa aku ditinggalin sih?
Aku clingak-clinguk mencari keberadaan Chandra.
"Udah gak papa Chandra udah gede." ucap kak Bimo.
"Iyaa, ntar kalo ditinggalin lo pulang sama gue aja, oke?" kata kak Sean.
"Gak Gaby biar pulang sama gue aja." ucap kak Ken yang tiba-tiba nongol dari belakang.
Ternyata disini ada kak Ken juga. Mereka bertiga ternyata mainnya kesini.
"Lo kenapa Ken?" tanya Bimo.
"Agak pusing." jawab kak Ken. Wajah Kak Ken kalo dilihat-lihat agak merah gitu, dia juga megangin kepalanya terus dari tadi.
"Kobam?" tanya kak Sean. Kak Ken menggeleng.
"Gue mau kencing dulu." ucap kak Ken. Dia lalu pergi. Kayaknya ada yang gak beres deh sama kak Ken, kenapa dia jalannya sempoyongan kayak gitu sih?
"Kak Ken kenapa sih?" tanyaku pada kak Bimo dan kak Sean. Mereka cuma menaikkan kedua pundaknya.
Hmm entahlah...
Aku ngobrol-ngobrol sama kak Sean dan kak Bimo sambil nungguin Chandra yang katanya lagi ada bisnis.
"Lo aus ya? Gue beliin minuman mau?"
Aku langsung mengangguki tawaran kak Sean.
Dia lalu pergi. Sekarang dia balik lagi sambil bawa air mineral dalam botol.
'Aihh, kirain kak Sean mau beliin aku bir atau sejenisnya.'
Kak Sean lalu memberikannya kepadaku.
"Makasih ya." ucapku. Dan kak Sean cuma senyam-senyum.
"Eh ayo liat penari tiang." ajak kak Bimo yang langsung menggelandang lenganku ke ruangan tadi.
Sesampainya di sana, kita berdua menyaksikan orang yang lagi bergelayutan di tiang. Kak Bimo seneng banget lihatnya.
Apaan sih, perasaan biasa aja.
Emang gerakannya agak erotis, pakaiannya yang nari juga seksi banget. Pantes aja kak Bimo sampek gak kedip lihatnya.
Tiba-tiba...
"Woyy ada yang berantem woyy!" teriak seseorang dari ruangan tempat kita tadi.
Orang-orang pada berhamburan kesana, mereka mau lihat keadaan disana. Kak Bimo juga, dia langsung lari ninggalin aku begitu aja.
"Kak Bimmm!"
"Woi kak Bim!!!" teriakku tapi percuma dia gak denger.
"Aduh." pekikku. Tubuhku jatuh karena tertabrak orang-orang yang lari mau melihat keributan.
Awww untung aja gak keinjek sama orang.
Aku lalu bangkit dan menuju ke TKP. Aku juga penasaran siapa sih yang berantem.
Orang-orang pada berdiri di depan sebuah pintu. Kayaknya itu pintu kamar deh. Aku coba membelah kerumunan orang-orang, lalu maju mendekat ke ambang pintu kamar tersebut.
Deg
Chandra?
Dan
Kak Ken?
Aku membelalak melihat kejadian di hadapanku ini. Kakakku lagi berantem. Dan lawannya itu kak Ken.
Chandra menghajar kak Ken yang udah terkapar lemas di lantai. Darah udah mengalir di sudut bibirnya kak Ken. Muka kak Ken udah gak karuan bentuknya, udah bonyok sana sini. Kak Sean sama kak Bimo coba melerai mereka.
"Lepas goblok!" teriak Chandra pada kak Sean yang menahan tubuhnya dari belakang. Chandra berontak lalu menghempaskan tubuh kak Sean hingga tersungkur ke lantai.
Chandra kemudian mendorong kak Bimo yang lagi menopang kepala kak Ken.
Chandra meraih kerah baju kak Ken. Chandra nonjok mukanya tanpa ampun. Kak Ken itu udah gak sadarkan diri tapi Chandra tetep gak berhenti mukulin dia terus.
Orang-orang gak tinggal diem, mereka juga ikut turun tangan buat ngeberhentiin aksi Chandra. Tapi percuma tangan Chandra terus bergerak meninju wajah kak Ken.
Air mataku seketika menetes dengan sangat deras.
Bugh
Buggghhh
Aku sangat takut.
Aku cuma bisa nangis dan nangis.
Tiba-tiba ada seorang perempuan yang mendekat ke arah mereka. Perempuan yang hanya dibalut selimut di tubuhnya. Dia telanjang.
Perempuan itu turut turun tangan melerai Chandra dan kak Ken.
"Darling stop!"
Hah?
Aku kenal suara itu.
Kak Silvy?!!
Kenapa dia ada disini? Bukannya kemarin sudah kembali ke luar negeri???? Benerrr! Aku sama Chandra udah nganter dia ke bandara kan kemarin, tapi kok bisa...
"DIEM LO JAL*NG!" teriak Chandra.
Hahh???
Di sini Kak Slvy udah banjir air mata. Aku gak paham sama apa yang baru saja terjadi. Kenapa Chandra mukulin kak Ken? Kenapa Chandra ngatain Kak Silvy kayak gitu?
Chandra masih melanjutkan aktifitasnya. Dia terus membabi buta.
Bugghh
Bugggghh
Bugggghhhh
"KAK UDAHHH!" teriakku.
Chandra akhirnya memberhentikan pukulannya. Dia melepaskan cengkeramaannya sehingga tubuh kak Ken jatuh terkulai ke lantai.
Chandra bangkit, dia menarik tanganku dengan kasar. Dia mengajakku keluar dari tempat ini.
"Chan, Gaby biar pulang bareng gue aja." ucap kak Sean menghadang langkah kita.
"Minggir lo!"
Brakk
Chandra membanting pintu mobilnya. Dia menghidupkan mesin mobilnya kemudian melaju dengan kecepatan tinggi.
Aku tahu kalo dia lagi marah, tapi gak gini caranya. Dia gak boleh berkendara kalo lagi emosi. Ini sangat membahayakan.
Aku gak berani mengucapkan sepatah kata apapun. Buat ngelihat Chandra aja aku gak berani.
Chandra tetap ngebut, dia gak ngurangin kecepatan sama sekali. Dia malah terus tancap gas.
Aku hanya bisa memejamkan mata sambil meremas sabuk pengaman yang aku pakek.
Aku bener-bener sangat takut.
Ciiiitttttttt
Tubuhku terhempas kedepan. Aku aman gak terbentur dashboard mobil karena pakek sabuk pengaman.
Aku membuka mata, menoleh ke sisi kanan. Chandra udah gak ada, dia udah turun dari mobil.
Ternyata kita udah sampek di depan gerbang rumah.
Aku lihat Chandra berjalan masuk ke dalam gerbang. Dia meninggalkan aku gitu aja, mobilnya juga gak dimasukin ke dalam garasi.
Aku langsung mengejar Chandra yang udah ada di dalam rumah.
"Kak." Dia tidak menghiraukan panggilanku sama sekali.
"Kakak." Aku pegang tangannya. Tapi dia langsung menghempaskan tanganku dengan kasar.
Brakkk
Chandra masuk ke dalam kamarnya, lalu mengunci pintu kamarnya dari dalam.
"Kak buka."
"Kak biarin aku masuk."
"Tolong kak, Gaby mohon, bukain!"
Aku gedor-gedor pintunya. Aku gak bisa diem aja. Aku harus nemenin dia di dalem. Aku takut kalo Chandra ngelakuin hal yang enggak-enggak.
Aku denger Chandra teriak-teriak dari dalem. Terdengar suara barang-barang yang pecah juga dari sana.
"Tolong jangan banting semua barang-barangmu Kak."
Suara pecahan dan hantaman terus-terusan menggema diiringi teriakan Chandra.
Aku takut. Sangat sangat takut. Aku hanya bisa nangis dengan keras. Aku tutup telingaku sekuat tenaga. Suara itu sungguh mengganggu, membuat telingaku seketika berdengung.
Aku benci suara seperti ini.
Aku sudah tidak tahan lagi. Aku akhirnya lari ke kamarku. Aku meraih Teby lalu mendekapnya kedalam pelukanku.
"Teby, ini tidak papa kan? Semua akan baik-baik saja, iya kan? Katakan padaku!"
Aku memejamkan mata. Aku mencoba mengontrol diri agar tidak ikut-ikutan hilang kendali.
Aku terus berdoa dan berdoa. Mencoba memohon dalam hati supaya malam yang mencekam ini segera berakhir.
Aku mohon YaAllah, sudahi ini semua.
Aku gak tahan.
"AKKKKKHHHH!!!!"
Aku kembali teringat memori masa kecil. Apakah ini dejavu? Tiba-tiba aku inget Mama. Mama kandungku.
Enggak.
Aku gak boleh inget. Aku udah lupain dia.
Air mataku mengalir semakin deras. Dadaku rasanya sangat sesak.
Tok tok tok...
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarku.
"Kakak?"
Aku langsung bangkit. Berlari kearah pintu.
Ceklek.
Chandra langsung menarik tubuhku ke dalam dadanya. Tubuh yang besar itu mendekap tubuhku dengan sangat erat, seketika ketakutanku menghilang. Tapi...
Terdengar isakan yang keluar dari mulutnya. Aku kaget, bener-bener sangat kaget mendengar kakakku menangis.
Selama 11 tahun hidup bersamanya, ini kali pertamanya aku tahu dia menangis.
Hatiku sangat sakit melihat Chandra yang seperti ini.
"Udah Kak, tolong jangan menangis. Gaby mohon... "
~tbc...