Sekuel SEKRETARIS KESAYANGAN
~
Meira pikir, setelah direktur marketing di perusahaan tempat dia bekerja digantikan oleh orang lain, hidupnya bisa aman. Meira tak lagi harus berhadapan dengan lelaki tua yang cerewet dan suka berbicara dengan nada tinggi.
Kabar baik datang, ketika bos baru ternyata masih sangat muda, dan tampan. Tapi kenyataannya, lelaki bernama Darel Arsenio itu lebih menyebalkan, ditambah pelit kata-kata. Sekalinya bicara, pasti menyakitkan. Entah punya masalah hidup apa direktur baru mereka saat ini. Hingga Meira harus melebarkan rasa sabarnya seluas mungkin ketika menghadapinya.
Semakin hari, Meira semakin kewalahan menghadapi sikap El yang cukup aneh dan arogan. Saat mengetahui ternyata El adalah pria single, terlintas ide gila di kepala gadis itu untuk mencoba menggoda bos
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ya ampun…
Meira berteriak histeris saat merasakan wajahnya basah karena air.
“Jahat!! keluarga jahat!!” teriak Meira tanpa membuka matanya, dia menendang-nendang kakinya ke udara, tanpa sengaja mengenai tubuh ibunya yang sedang duduk di tepian ranjang, mencoba membangunkannya sedari tadi.
“Astaghfirullah, Mei!!” hentak Bu Arum. “Ini pasti kamu nggak baca do’a sebelum tidur.” Ibu menepuk-nepuk pipi Meira, gadis itu masih betah menutup mata, padahal wajahnya sudah di basuh ibunya dengan air, karena terlalu sulit di bangunkan.
“Meira!! itu calon suami kamu udah nunggu di luar, perias pengantin juga udah nungguin kamu dari tadi! mentang-mentang kamu lagi libur salat, bukan berarti kamu bisa bangun sesukanya, ya… ini hari penting kamu, Meira!!” suara Bu Arum mulai meninggi, di sertai goncangan yang lumayan kuat pada tubuh anak sulungnya.
“Hhhh…” Meira menghela napas panjang, dia langsung duduk, memegangi lehernya yang basah karena keringat. Mimpi buruk benar-benar menguras emosi dan tenaganya. Mengerikan, bukan horor namun tentang sebuah kehidupan baru yang akan dia jalani setelah menikah.
“Ibu bilang apa?! Darel udah datang? aku belum mandi, belum di—“
“Makanya bangun lebih cepat, kamu mau nikah kok kayak nggak serius sih? lagian kamu mimpi apa?! kok bisa-bisanya sampai nendang-nendang begitu?!” pertanyaan bertubi-tubi, Bu Arum sodorkan pada anaknya yang sedang kebingungan.
“Bu, serius, calon suami Mei udah datang?!” tanya Meira sekali lagi, tanpa menjawab pertanyaan ibunya.
“Belum, cepetan mandi, bersih-bersih yang wangi, perias pengantin udah nunggu di luar.” Ibunya mengingatkan sekali lagi sambil berlalu.
Setelah ibu keluar, Meira memegangi dadanya. Jantungnya berdebar kian cepat, mengingat mimpi yang baru saja dia alami. Benar-benar menyeramkan dan menakutkan. Adegan terakhir yang ada dalam mimpinya adalah, Darel menyeretnya ke kamar mandi, lalu menyemprot wajahnya dengan air melalui shower. Benar-benar manusia keji dan kejam.
“Ya Allah, walau cuma mimpi, kenapa aku sekhawatir ini? kalau jadi nyata gimana?” Meira bergegas, mengambil handuk, lalu bersiap seperti yang di perintahkan ibunya.
\~
Menatap tidak percaya pada pantulan cermin yang ada di hadapannya, Meira jadi susah berkedip. Dia tak percaya kalau dirinya bisa secantik ini, tidak percuma dia menyewa jasa MUA mahal, jika bisa mengubah penampilannya. Balutan kebaya berwarna silverpun menambah kesan anggun pada dirinya. Sungguh luar biasa.
jangan bahagia, jangan senyum-senyum. Lo nggak bakal tau kehidupan lo setelah ini gimana!! Meira mengingatkan pada dirinya sendiri, ketika dia akan mengukir senyum bahagia di pagi ini. Dan akhirnya Meira kembali menunduk, sesekali dia menatap langit melalui jendela di kamarnya. Beberapa menit lagi dia akan…
“Nak, mereka udah datang,” ucap Bu Arum, masuk ke dalam kamarnya yang tidak di kunci.
Meira mejamkan matanya, mengambil napas sedalam-dalamnya, menegakkan tubuhnya. Harus siap menghadapi kenyataan di depan mata.
“Ayo, Nak. Semuanya udah berkumpul dan menunggu dari tadi. Acara bisa langsung di mulai karena calon mempelai laki-laki juga udah datang.” melihat Meira tak melakukan pergerakan apapun, Bu Arum berkerut kening, sambil memegang pundak anaknya.
“Ada apa?” tanya Bu Arum pelan.
“Mei takut, Bu-“
“Apa yang kamu takutkan, Nak?”
“Semuanya, sebenarnya Mei belum siap-“
“Kenapa kamu baru bilang sekarang? nggak dari kemarin-kemarin waktu mereka datang melamar?” sesal ibunya juga terdengar dari nada bicaranya.
“Kalau Mei nolak, utang kita nggak akan terbayar.” Akhirnya Meira berani jujur, dia menoleh pada ibunya.
“Tapi, kayaknya Darel jauh lebih baik dari pada Dimas, ibu yakin mereka keluarga baik-baik.” Bu Arum mencoba menenangkan.
Dengan sangat berat hati dan langkah, Meira berdiri, berjalan sambil menggandeng ibunya. Jika orang-orang akan bahagia di hari pernikahannya, Meira justru ketakutan, dan sedikit menyesal. Tapi, dia tak bisa berbuat apa-apa. “Doakan Mei tetap hidup setelah menikah, ya Bu?” pintanya sebelum keluar pintu kamar.
“Hussh kamu ngomong apa? memangnya mereka mau bunuh kamu?!”
Tanpa mau menatap Darel, Meira duduk di belakang calon suaminya yang sudah bersiap berjabat tangan dengan seorang laki-laki yang Meira panggil dengan sebutan ‘om’ dan tak lain adalah adik kandung dari almarhum bapaknya Meira. Kini lelaki itu menjadi wali dalam pernikahan keponakannya.
Akad nikah sederhana yang hanya dihadiri oleh beberapa keluarga terdekat Meira saja, pada saat mendengar kabar tentang pernikahan Meira, mereka juga terkejut karena semuanya terkesan mendadak.
Suasana hening seketika, saat ijab qabul mulai dilangsungkan, Darel mengambil napas dalam sebelum dia memulai, “Saya terima- sebentar,” lelaki itu meminta waktu, saat kegugupan melanda bertubi-tubi. Ibra, sang ayah sangat ingin menertawakannya saat ini, semalam Darel dengan sombongnya berucap bahwa dia akan sangat lancar dan tidak mengenal kata gugup saat mengucapkan ijab qabul, tapi nyatanya?
Bukan hanya Darel yang gugup dan berdebar, Meira pun sama. Ini benar-benar seperti penikahan sungguhan, meski takut akan kehidupan setelah pernikahan, tapi mengapa Meira menantikan kalimat sakral itu terucap dari mulut Darel dan menantikan kata sah dari para saksi. Ada apa dengannya?
Astaghfirullah, Ya ampun… Meira istighfar dalam hati.
Ijab akhirnya diulang sampai Darel mantap mengucapkannya, “Saya terima nikah dan kawinnya Meira Amanda binti Adibrata Mukhti, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai,” ucap laki-laki itu dengan satu napas dan di sambut kata “sah” oleh para saksi dan orang-orang yang hadir di sana.
Mahar berupa satu kilogram emas dan uang sejumlah dua milyar yang di sebutkan dalam akad tentu membuat semuanya tercengang, terutama dari pihak keluarga Meira yang menganggap mereka akan kaya mendadak.
Ya ampun… aku benar-benar jadi istri orang, sekarang. Bukannya berucap syukur seperti yang lainnya, Meira justru masih mengeluhkan itu.
Darel menoleh ke belakang, saat tak melihat pergerakan sama sekali dari wanita yang sudah menjadi istrinya saat ini, harusnya Meira mendekati dan menyalami Darel layaknya pasangan pengantin normal yang berbahagia. Tapi, Meira masih asyik sendiri dalam lamunannya.
“Meira!!” bisik Bu Arum, yang saat itu tepat duduk di sampingnya. “Suami kamu nunggu, cepat sana mendekat dan salami dia!!” titah ibunya, sambil menahan emosi karena Meira telrlihat malu-maluin.
😄