NovelToon NovelToon
ARGRAVEN

ARGRAVEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Eva

WARNING ⚠️

Mengandung beberapa adegan kekerasan yang mungkin dapat memicu atau menimbulkan rasa tidak nyaman bagi sebagian pembaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22>>Limerence

Limerence

***

"Kek!" Agraven memanggil orang itu. Kompak keduanya menoleh ke belakang. Mata Aza melotot kaget, begitupun dua orang itu.

Tubuh Aza seketika mundur. Namun, dengan cepat tangan Agraven menarik pinggang Aza untuk kembali mendekat ke arahnya. Alhasil Agraven merangkul pinggang Aza dengan sedikit posesif.

"Agra?"

"Raven?

Mereka adalah sang Kakek dan sang Kakak dari Agraven. Alferd dan Ludira. Keduanya sama-sama kaget saat melihat Agraven membawa seseorang.

Agraven membawa Aza untuk mendekati mereka. Dengan santai Agraven duduk dan diikuti oleh Aza di sampingnya. Sebenarnya Aza enggan duduk, tetapi Agraven yang menariknya untuk duduk.

"Agra dia siapa?" tanya Alferd menuntut jawaban.

"Calon istri." Agraven menjawab dengan sangat santai.

Alferd, Ludira bahkan Aza melotot kaget.

"B-bukan, Aza bukan calon istri Kak Agra," sanggah Aza cepat.

Alis Alferd menukik sambil menatap Aza, sedangkan Ludira menatap datar ke arah Aza.

Alferd merasa aneh dengan cucunya. Tumben sekali Agraven membiarkan orang lain memanggilnya dengan panggilan Agra selain dirinya.

Ludira merubah raut wajahnya, lalu tersenyum cantik menatap Aza.

"Kamu, kok, nggak cerita sama Kakak, Rav? Masih ingat kamu masih punya seorang kakak?" ujar Ludira mengerucutkan bibirnya.

Agraven tetap diam. Ia menoleh ke arah Aza yang terlihat tidak nyaman.

"Kamu tenang aja. Mereka Kakek dan Kakak saya," bisik Agraven sambil menggenggam telapak tangan Aza yang yang sudah berkeringat dingin.

Aza menatap Agraven dengan pandangan bertanya-tanya.

"Bukannya Kak Ludira pacar kamu?" tanya Aza pelan. Ia menunduk tidak berani menatap Alferd. Sang pemilik kampus tempat ia berkuliah dulu.

Kening Agraven mengerut dan setelah itu ia terkekeh ringan. "Tau dari mana, hm? Kenapa berasumsi gitu?" Agraven sedikit menjitak kening Aza dengan keningnya.

Ingin rasanya Aza memberengut, tapi ia tahan karena masih menjaga sopan santunnya di depan Alferd dan Ludira.

"Agra, cepat jelaskan! Drama apa ini?" tegas Alferd.

Mendengar kata drama dari mulut sang kakek membuat Agraven sedikit tersinggung. Hei, dia tidak sedang mendrama.

"Agra enggak lagi drama. Ini serius! Agra akan menikah dengan Aza secepatnya!"

Lagi-lagi Alferd, Ludira dan Aza terkejut mendengar pengucapan Agraven yang sedikit kesal.

"Karena apa? Sejak kapan kamu mencintai gadis ini? Kenapa selama ini tidak bercerita kepada Kakek soal ini? Kenapa mendadak? Siapa orang tua gadis ini? Apa tujuan kamu--"

"Karena Aza mengandung anak Agra!" Agraven memotong pertanyaan beruntun dari sang kakek.

Damn

"Drama macam apa ini, Agraven Kasalvori?" Alferd nampak marah. Terlihat ia menatap sang cucu dengan tatapan menajam.

Dapat Agraven rasakan tangan Aza yang masih ia genggam mulai bergetar. Agraven lantas membalas tatapan sang kakek dengan tak kalah tajam.

"Jangan membuatnya takut," desis Agraven sambil melirik Aza di sampingnya.

Ludira hanya diam sembari menyimak.

Alferd memijit pelipisnya. Cucu kesayangan selalu saja membuatnya pusing.

"Kau brengsek Agra! Siapa yang mengajari kamu menjadi laki-laki bejat seperti ini?" tanyanya frustasi.

"Kehidupan ...." Agraven menjeda ucapannya. "Kehidupan yang membentuk Agraven Kasalvori menjadi seperti ini, kehidupan yang memaksa Agraven Kasalvori terpaksa melakukan ini." Alferd terdiam.

"Jangan membuat spekulasi sebelum Agra menjelaskan," lanjut Agraven.

"Siapa gadis ini? Apa benar dia mengandung anakmu? Apa tujuanmu menghamili dia? Kakek yakin ...." Alferd menggantungkan perkataannya. "Kakek yakin kamu melakukannya tanpa alasan," sambung Alferd.

Agraven melepas genggamannya dari tangan Aza, tapi dengan cepat ditahan oleh perempuan tersebut. Aza menatap Agraven seolah-olah ingin mengutarakan, 'mau ke mana? jangan tinggalin Aza di sini'.

Agraven manarik sudut bibirnya tipis. Hanya Aza yang dapat melihatnya.

"Sebentar," ucap Agraven. Dengan berat hati Aza melepas tangan Agraven.

Melihat hal itu membuat salah satu yang berada di sana merasa muak. "Drama yang memuakkan," batinnya.

Agraven berdiri di depan sang Kakek yang duduk di sofa tunggal. Pria tersebut sedikit membungkuk untuk bisa membisikkan sesuatu kepada Alferd.

Aza melirik takut ke arah Ludira. Dapat ia lihat senyum menawan dari gadis yang sedang menatapnya. Aza membalas senyuman Ludira dengan sangat canggung.

Aza beralih menatap ke arah Agraven yang masih membisikkan sesuatu kepada Alferd. Dapat Aza lihat perubahan wajah dari laki-laki yang sudah tua, tetapi masih terlihat bugar itu secara drastis.

Agraven kembali duduk di samping Aza. Dengan takut-takut Aza melirik Alferd. Sekarang ia melihat senyum lembut dari pria itu sedang menatapnya.

Aza merasa ada yang aneh. Sebelumnya Alferd menatapnya dengan sorot tidak suka dan terkesan sinis. Namun, sekarang dirinya melihat berbagai macam arti tatapan yang ditunjukkan Alferd kepadanya. Yang sangat jelas adalah tatapan bahagia.

"Jadi kalian kapan menikah?" tanya Alferd dengan antusias. Sangat berbeda nada bertanya sebelumnya. Perubahan pesat.

"Secepatnya," jawab Agraven.

"Tapi kalian berbeda?" celetuk Ludira yang sedari tadi diam.

Agraven langsung paham maksud kata berbeda dari kakaknya. Dengan santai ia menjawab,"akan kita samakan."

"Kakek sangat setuju. Segeralah menikah," celetuk Alferd.

"Kakek tidak sabar mempunyai cicit," sambung Alferd lagi.

"Nama kamu siapa, Nak?" tanya Alferd dengan lembut kepada Aza. Walau kenyataannya ia sudah mengetahui itu.

"A-Azalea."

"Sangat mirip dengan Atresia," batin Alferd dengan senyuman yang terpatri di bibirnya.

"Aih, kamu mau langkahi Kakak, Rav? Aku bahkan belum punya pacar!" Ludira mengaku.

"Galva menerima," balas Agraven terkekeh.

Sudah hampir setengah jam mereka berbincang dengan Aza yang hanya diam menyimak. Akhirnya Agraven pamit untuk pulang.

"Agra pulang. Waktunya Aza istirahat."

"Cepat menikah! Tidak baik kalian tinggal bersama tanpa ikatan," peringat Alferd.

Agraven hanya mengangguk.

Setelah itu Agraven membawa Aza keluar dari rumah besar sang Kakek.

Sebelum masuk ke dalam mobil, Agraven berhenti, lalu memperhatikan Aza yang hanya diam di sampingnya.

"Kamu dengar sendiri bagaimana antusiasnya Kakek?" tanya Agraven membuyarkan lamunan Aza.

Aza mendongak untuk melihat Agraven yang jauh lebih tinggi darinya.

"Kenapa bilang Aza hamil? Aza nggak hamil?"

Agraven memegang kedua pundak Aza agar menatap ke arah matanya.

"Menikah dengan saya, Azananta," ungkap Agraven dengan tulus. Benar-benar tulus. Aza dapat melihat ketulusan itu.

Perempuan itu hanya diam tanpa menjawab. Ia hanya bingung dengan kisah hidupnya yang serba tiba-tiba.

Karena tidak mendapat jawaban dari Aza, Agraven menghela napas.

Agraven menuntun Aza untuk masuk ke dalam mobilnya. "Jangan terlalu dipikirin. Kita akan tetap menikah," finalnya.

Gila.

Agraven itu aneh. Baru beberapa detik yang lalu ia memohon kepada Aza, sekarang sifat pemaksa kembali.

Agraven menutup pintu mobil setelah memastikan Aza sudah duduk dengan nyaman. Aza hanya diam melihat Agraven yang berjalan mengitari mobil.

Setelah Agraven duduk di kursi pengemudi, Aza menoleh ke arah Agraven.

"Kak Gagak," kata Aza.

Agraven langsung menoleh dan menatap Aza bingung. "Ulangi?"

"Kak Gagak," ulang Aza tanpa ragu.

"Kak Gagak?"

"Iya, selain arti nama kamu itu gagak, kamu juga serem kayak gagak, Kak," jawab Aza.

Agraven mendelik tidak percaya. "Enggak," balasnya. Entah apa yang enggak, Aza tidak mengerti.

"Jangan panggil Gagak," jelas Agraven setelah paham maksud tatapan bingung Aza.

"Maunya itu," cicit Aza langsung menunduk.

"Panggil Agra aja," usul Agraven.

Namun, Aza menjawab dengan gelengan. "Maunya Gagak," mohon Aza terlihat memelas.

Agraven diam beberapa saat untuk menimbang-nimbang. "Oke ...."

"Kak Gagak!" panggil Aza sedikit tersenyum.

Agraven mengangguk. "Ada syaratnya," imbuh Agraven.

Senyum tipis di bibir Aza langsung luntur.

"Syarat lagi?"

"Kamu boleh panggil saya Gagak, asal kamu mau menikah dengan saya," tawar Agraven tersenyum evil.

Aza menghela napas. Ia bisa apa? Menolak?

Percuma saja.

"Terserah," pungkas Aza.

"Good girl," balas Agraven menepuk-nepuk puncak kepala Aza

"Hm, Aza boleh tanya sesuatu ke kak Gagak?"

Alis Agraven menyatu mendengar pertanyaan Aza. "Boleh," jawabnya.

"Apa kamu cinta sama Aza, Kak?"

Agraven kurang jelas mendengar pertanyaan yang nyaris tak terdengar dari Aza. Ia menoleh. "Kenapa?" tanyanya meminta diulang pertanyaannya.

"Apa Kakak cinta sama Aza?"

Sedikit terkejut mendengar pertanyaan Aza, Agraven menetralkan kembali raut wajahnya.

Agraven kembali menatap jalanan sebelum menjawab pertanyaan Aza.

"Sedang berusaha," jawab Agraven pada akhirnya.

"Apa Kak Gagak yakin?"

"Yakin."

"Kenapa Aza?"

"Hah?"

"Kenapa Aza yang kamu pilih, Kak?"

"Karena Azalea Kananta adalah objek hidup Agraven Kasalvori selama ini."

Aza terkejut mendengar penuturan Agraven yang begitu yakin.

"Objek?"

"Hmm. Kamu tujuan saya bertahan selama ini." Agraven tetap menjawab tanpa menoleh ke arah Aza.

"Kenapa?"

"Kamu nggak perlu tau," jawab Agraven.

"Tapi Aza berhak tau. Kamu kenal Aza sejak kapan, Kak?"

Agraven terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "sejak kejadian itu terjadi."

"Kejadian apa?" tanya Aza penasaran. Ia langsung menghadap ke arah Agraven dengan antusias. Sadar dengan tingkahnya yang seperti sudah sangat mengenal Agraven, Aza lantas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Aza kembali ke posisi awal dengan gerakan canggung.

Agraven terkekeh melihat itu.

Menggemaskan.

"Nggak perlu tau. Kejadian itu berdampak untuk kesehatan kamu," jawab Agraven.

Belum puas dengan pertanyaan-pertanyaan yang ia lontarkan, Aza kembali bertanya. "Kalau Kak Gagak udah kenal lama dengan Aza, kenapa baru beberapa minggu lalu muncul di kehidupan Aza? Dan kenapa dengan cara ...." Aza menghentikan pertanyaannya. Ia tau, Agraven paham maksud yang ia tanyakan.

"Kamu sendiri yang menunjukkan diri, Azananta. Bukan saya yang baru muncul," jawab Agraven. Memang benar adanya.

Pipi Aza langsung terasa panas. Ia teringat pada malam itu, saat ia meminta tolong kepada Agraven dan mencegatnya di tengah jalan.

"Dan untuk kejadian itu... saya minta maaf. Cara saya memang brengsek."

Setelahnya terjadi keheningan.

Suara ponsel Agraven memecahkan keheningan mereka. Agraven menepikan mobilnya sebelum melihat ponsel.

Aza terkejut melihat rahang Agraven yang mengeras, tangannya terkepal kuat memperlihatkan otot tangan pria tersebut.

Agraven terlihat sangat emosi dan itu membuat Aza ketakutan.

Agraven mengirimi pesan singkat kepada seseorang. Setelah beberapa menit, sebuah mobil berhenti di depan mereka.

Seorang pria keluar dari mobil itu sambil menyugar rambutnya ke belakang. Ia berjalan santai ke arah mobil Agraven.

Tok tok

Agraven menuruni kaca mobilnya.

"Ada apa, Rav? Galva ganteng sejagat raya siap membantu anda!" ujar pria yang diketahui adalah Galva.

"Antar Aza pulang. Gue ada urusan mendadak," jawab Agraven.

"Siap laksanakan! Mobil Galva ganteng akan selalu terbuka untuk Degem!" seru Galva.

Agraven hanya memutar bola matanya malas, lalu menoleh melihat ke arah Aza yang kebingungan.

"Kamu diantar Galva pulangnya. Saya ada urusan mendadak," ucap Agraven.

"Pulang ke rumah Aza?" tanya Aza antusias.

"Iya, rumah kita." Agraven terkekeh.

Mendengar itu Aza langsung cemberut. Ia pikir akan pulang ke kontrakkannya. Agraven benar-benar tidak akan membiarkannya pergi.

Agraven kembali menoleh ke Galva yang mengibas-ngibaskan wajahnya yang terpapar matahari.

"Jaga dia. Jangan sampe kabur, jangan sampe lecet--"

"Iya-iya! Cepetan Degem, panas ini!" potong Galva yang sudah kepanasan akibat sinar matahari yang menyengat kulitnya.

Aza mengangguk. Ia langsung keluar dari mobil Agraven, lalu berpindah ke mobil Galva.

Agraven pergi lebih dulu. Aza hanya menatap kepergian mobil Agraven yang melaju dengan kecepatan tinggi melewati mereka.

"Kak Agraven mau ke mana? Emm ...." Aza bingung memanggil Galva siapa. Ia lupa nama cowok tampan tersebut. Walaupun lebih tampan Agraven, sih. Aza mengakui itu.

"Panggil aja Banggal, ya, Degem!" seru Galva semangat.

"Banggal? Degem?" bingung Aza.

"Bang Galva! Kalau Degem itu panggilan kesayangan gue untuk, lo, dedek gemes," jawab Galva lalu tertawa.

Aza hanya tersenyum aneh untuk menanggapi.

"Diam aja, nih, degem. Lagi sariawan mungkin,' batin Galva mengada-ada.

"Raven masih sering nyakitin, lo?" tanya Galva. Dasarnya seorang Galva itu tidak bisa diam.

"Emm, enggak. Terakhir lima hari yang lalu," jawab Aza mengingat-ingat.

"Lo diceburin ke kolam?" tebak Galva tepat sasaran.

"Iya."

"Hm, Banggal tau banyak tentang kak Agraven?" Aza ingin bertanya banyak mengenai Agraven pada Galva.

"Banyak banget!" jawab Galva.

Aza tersenyum antusias.

"Kak Agraven orangnya gimana?"

Galva tersenyum evil. Saatnya membalaskan dendam kesumatnya pada Agraven. Akan Galva jabarkan semua keburukan Agraven kepada Aza.

"Raven itu walaupun seorang psikopat eh pembunuh--"

"Banggal tau juga kak Agraven itu psikopat?" potong Aza kaget.

"Kalau lagi di depan Raven, jangan sekali-kali bilang dia itu psikopat, ya, Degem! Bahaya," peringat Galva terkekeh.

Aza langsung mengangguk.

"Raven itu aslinya baik, walau banyak sadisnya, sih ...."

"Dia itu di depan doang tampangnya yang ganteng, cool, keren, tapi aslinya dia itu jarang mandi, kentut sembarangan, kalo bangun tidur nggak cuci muka dulu tapi langsung makan! makannya sering numpang di rumah gue!" Galva tersenyum bangga setelah menjelek-jelekkan image Agraven di depan calon istri cowok itu.

Aza nampak terkejut mendengar pengakuan Galva yang notabenenya sahabat Agraven.

"Oke, kita lanjutkan memuji keburukan Raven haha!" batin Galva tertawa bahagia.

To be continue...

Spam next

Gak spam gak lanjut

1
Los Dol TV
Keren dan Inspiratif.... semoga sudi singgah ke Karyaku , Rindu Gugat
Neneng Dwi Nurhayati
ini cerita nya Agra sama Ara itu beda agama gmna Kak,
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak
opiko
Sudah menunggu dengan tidak sabar lanjutan cerita selanjutnya! Teruslah berkarya, author!
Rosalie: udah up yah🤗
total 1 replies
Rakka
Jangan bikin saya penasaran thor, update secepat mungkin ya! 🙏😊
Rosalie: Silahkan follow akun ini buat dapetin update an terbaru dari cerita ARGRAVEN 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!