Ruby Alexandra harus bisa menerima kenyataan pahit saat diceraikan oleh Sean Fernandez, karna fitnah.
Pergi dengan membawa sejuta luka dan air mata, menjadikan seorang Ruby wanita tegar sekaligus single Mom hebat untuk putri kecilnya, Celia.
Akankah semua jalan berliku dan derai air mata yang ia rasa dapat tergantikan oleh secercah bahagia? Dan mampukah Ruby memaafkan Sean, saat waktu berhasil menyibak takdir yang selama ini sengaja ditutup rapat?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adzana Raisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baby Shop
Malam mulai merangkak begitu seluruh ruangan dibersihkan oleh para pekerja resto sebelum ditutup. Kiran merapikan kertas-kertas bekas pelangan dari meja kasir untuk dibuang ke tong sampah. Selepas memastikan jika ruang kerja bersih mengkilat, ia pun lekas berbenah dan menghampiri Ruby untuk mengajak perempuan itu pulang.
Ruby tampak sedang menyimpan alat-alat masak yang sudah bersih ke dalam tempat steril ketika Kiran datang. Tentunya perempuan hamil itu tak melakukannya sendiri, ia tetap dibantu oleh Mario. Begitu para koki dan asisten lainya, mereka nampak saling bahu membahu. Membersihkan, hingga mengkilat tanpa cela. Sebab sedikit saja mereka meninggalkan jejak noda, maka jangan harap bisa pulang tanpa teguran dari Wira.
"Kak, ayo pulang," ajak Kiran begitu Ruby selesai dengan pekerjaannya.
"Ya, tunggu sebentar." Ruby mencuci tangannya sampai bersih, dan kini keduanya pun menuju ruangan lain untuk mengambil tas yang sebelumya tersimpan di loker.
"Kak, aku ingin mengajakmu ke sesuatu tempat," ucap Kirana begitu dirinya dan Ruby sudah keluar dari area resto. Mereka berjalan di pinggir trotoar, bergandeng tangan sembari menunggu angkutan umum yang melintas.
"Kemana? Inikan sudah malam."
"Ada deh, pokoknya ikut saja denganku." Kiran melambai pada sebuah taksi, hingga kendaraan berwarna putih itu terhenti. "Ayo, kak," ajak Kiran yang langsung menarik tangan Ruby untuk lekas masuk ke dalam taksi.
"Loh, Kiran. Nanti bagaimana jika Ibu mencari kita?." Saat sudah memasuki taksi pun Ruby masih berusaha menolak. Ia takut jika Fatimah sudah menunggu kepulangan mereka.
"Tenang, jangan khawatir. Aku sudah mengatakan pada Ibu jika kita akan pulang terlambat." Kiran bahkan duduk di kursi penumpang dengan begitu tenang. Mengabaikan Ruby yang cemas.
Ruby pun mengalah. Ia ikuti saja keman Kiran akan membawanya.
"Kuran, sebenarnya kita mau kemana?." Tanya Ruby yang sibuk menatap kanan kiri. Mencari tau di mana keberadaan mereka di dalam taksi yang masih berjalan.
"Rahasia."
Ruby menghela nafas begitu mendengar jawab singkat dari gadis di sampingnya.
"Sudahlah, Kak. Santai saja dan nikmati perjalanan kita. Aku pastikan jam dua belas nanti kita sudah sampai rumah."
"Kiran!" Ruby memekik. "Kau giila! Jam dua belas malam kau bilang? Itu tengah malam. Memang kita akan kemana, hingga sampai pulang tengah malam?." Ruby geram. Menatap tajam pada Kiran, sementara yang ditatap justru tergelak.
"Bercanda, Kakak." Kiran kembali tergelak. "Nah, kita sudah sampai. Stop, pak," titah Kiran pada sang sopir.
"Siap, Neng." Taksi pun terhenti. Selepas membayar ongkos Kiran menarik Ruby untuk lekas keluar. Ruby pun terpaku sejenak, melihat kearah bangunan yang menjadi tempat tujuan Kiran.
"Kiran kita ke--" Ruby menatap penuh tanya pada Kiran yang justru membawanya ke sebuah toko perlengkapan khusus anak.
"Iya, kak. Ayo masuk."
"Tapi Kiran, Kakak tidak ---" Ruby cemas, pasalnya ia hanya membawa sedikit uang di dalam dompetnya.
"Jangan khawatir. Aku yang akan membayarnya. Hitung-hitung sebagai kado untuk calon keponakanku." Tak ingin mendengar penolakan, Kiran kembali menarik tangan Ruby untuk masuk ke dalam.
💗💗💗💗💗
"Kak, yang ini lucu," seru Kiran dengan pandangan mata berbinar, terarah pada rak pakaian bayi dengan berbagai model yang sontak menarik perhatiannya.
Ruby meringis. Memang pakaian yang di maksud Kiran terlihat lucu dan menggemaskan, hanya saja masih terlalu besar untuk dipakai bayi yang baru lahir.
"Kiran, ukuranya tidak sesuai dengan bayi yang baru lahir. Itu pakaian untuk anak yang sudah belajar berjalan."
"Tapi itu lucu, Kak," rengek Kiran seperti bocah.
Ruby geleng kepala. Itu bukanlah barang yang akan mereka cari di tempat ini.
"Kiran, kita cari barang yang penting saja. Lebih tepatnya pilih pakaian-pakaian yang khusus untuk ukuran bayi."
Kiran pura-pura cemberut.
"Memangnya kau punya uang berapa hingga berani mentraktirku?."
Gadis bernama Kiran itu meringis kemudian menyunggingkan senyum lebar.
"Pokoknya cukup untuk membelikan calon keponakanku pakaian dan peralatan bayi lainnya." Kiran membusungkan dada, merasa bangga akan diri sendiri. Semenjak beberapa bulan lalu ia sengaja menyisihkan uang gajinya dengan niat untuk sedikit membantu meringankan beban Ruby, dan hal inilah yang ia lakukan. Membeli pakaian bayi untuk persiapkan Ruby melahirkan nanti.
"Kau ini ya," ucap Ruby haru kemudian membawa tubuh Kiran untuk ia dekap. "Terimakasih, Kiran. Kau memang adik yang terbaik," sambung Ruby kian mendekap erat tubuh Kiran.
"Sudah adegan peluk-peluknya. Kita harus cepat memilih sebelum toko tutup." Kiran cepat mengurai dekapan tangan Ruby, ia sengaja mengalihkan perhatian. Sebab jika melihat Ruby menangis, dirinya yang pura-pura santai akan ikut menangis juga.
Mereka lekas menuju beberapa sudut toko yang menumpuk pakaian bayi dan beberapa peralatan bayi baru lahir lainya seperti kaos kaki, topi dan selimut.
"Kak, kasur bayinya jangan sampai lupa," ucap Kiran memperingatkan. Ruby sendiri dibuat khawatir, pasalnya barang yang sudah mereka ambil cukup banyak. Bukan hanya berapa banyak uang yang akan Kiran keluarkan, namun cara membawanya pulang pun membuat gadis itu kebingungan.
"Kiran, stop. Ini sudah terlalu banyak. Kita beli lain kali saja ya," bujuk Ruby pada Kiran.
"Em, baiklah. Kasur ini untuk yang terakhir."
Ruby menghela nafas berat. Ia dibantu Kiran mendorong dua troli belanjaan menuju kasir. Ia penasaran untuk mencari tahu berapa nominal uang yang akan gadis itu keluarkan. Akan tetapi begitu mendekati meja kasir, mata kedua perempuan itu terbelalak manakala mendapati seorang pria yang juga tengah mengantre di depan mereka.
"Kalian," ucap pria tersebut dengan ekspresi terkejut.
"Tu-tuan Wira," jawab ke dua perempuan bersamaan.
Wira kemudian menatap pada isi dua troli bawahannya. Selepas menatap isi troli, Wira kemudian menatap pada perut Kiran dan Ruby secara bergantian dengan pandangan sulit diartikan.
Sementara pandangan kedua perempuan itu justru tertuju pada barang-barang dalam keranjang belanjaan Wira.
Ruby dan Kiran terbelalak dengan saling berpandangan.
"Dot bayi dan susu," jawab keduanya lirih seraya menelan ludah kasar. Wira yang tersadar lekas meminta kasir untuk membungkus barang miliknya. Selepas itu Wira pun pergi tanpa berpamitan pada kedua bawahannya tersebut.
"Memang dia punya bayi?." Ruby berbisik pada Kiran selepas memastikan jika Wira sudah keluar dari toko.
Kiran sendiri mengendikkan bahu. Ia tak tau.
Pembicaraan mereka tentang Wira terhenti saat seorang kasir perempuan mulai menghitung jumlah belanjaan. Ruby terbelalak saat perempuan itu menyebut total belanjaan yang terbilang banyak untuk ukuran kantong mereka. Wajah Ruby benar-benar pias, namun tidak dengan Kiran yang biasa-biasa saja.
💗💗💗💗💗
"Kiran Kakak janji akan mengganti uangnya begitu gajihan nanti." Ruby berucap selepas keduanya keluar dari Baby Shop. Cukup kepayahan kedua gadis itu membawa barang-barang belanjaan.
"Kau ini aneh, Kak. Bukankah sudah kubilang jika ini traktiran. Apa Kakak mulai mengajak hitung-hitungan denganku," geram Kirana. Merasa tak suka dengan ucapan Ruby.
"Maaf," lirih Ruby.
"Kak, tunggu sebentar ya. Aku akan ke depan untuk mencari angkutan umum."
Ruby mengi-iyakan dan Kiran pun mulai bergerak. Akan tetapi saat melihat Wira yang masih berada di area parkir membuat gadis itu sontak membalikkan badan dan urung berjalan keluar untuk mencari taksi.
Tbc.
Note. Aku ucapkan terimakasih banyak atas dukungan dan apresiasi dari para pembaca dalam tulisan My Boss Is My Ex-Husband yang beberapa hari lalu sempat masuk rangking 200 besar katagori Karya baru. Senang? Tentu luar biasa senang dan sempat aku abadikan juga🤭🤭 Salam sayang sekebon bunga untuk semua pembaca. Jangan bosan untuk membaca dan tabur like dan komentar. Terimakasih🙏🙏
la ini malahan JD bencana gr2 percaya Sama mamaknya