ARGRAVEN

ARGRAVEN

1. >>Buang sampah?

HAPPY RËÄDING

Buang sampah?

****

Suara kendaraan berlalu-lalang terdengar dengan jelas dari dalam sebuah kafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari jalan raya.

Kafe tersebut memang sepi pengunjung. Namun, pada malam hari tidak jarang juga didatangi oleh pelanggan setianya. Contohnya dua pria yang sekarang sedang menikmati pemandangan orang yang berlalu-lalang. Lebih tepatnya hanya satu orang yang menikmati.

"Oooiiikk!" teriak seorang pria bertubuh atletis yang memakai kaos putih polos. Tangannya berusaha menggapai sesuatu yang berada di meja depannya.

"Hm," deham pria lain dengan masker hitam menutupi sebagian wajahnya.

"Bro! Bantuin ambilin rok, eh, rokok itu!" pinta pria tersebut sambil menunjuk-nunjuk rokok yang tinggal beberapa senti saja dari tangannya.

"Tangan lo mau gue potong?" balasnya dengan sarkas.

Dengan cepat pria atletis itu menarik tangannya kembali. Walau kesadarannya hanya tersisa setengah, ia masih dapat mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh temannya. Pria itu sedang mabuk, itu sebabnya apa yang ia lihat seperti menjadi dua. Termasuk rokok yang berjarak dua senti saja dari tangannya, tapi terlihat sangat jauh dari penglihatannya.

Sebelum ia kehilangan organ yang bisa membantunya untuk makan dan bertahan hidup, lebih baik ia tidak usah meminta bantuan kepada teman minus akhlak dalam berbicara, seperti teman yang duduk di depannya sekarang.

"Sadis bener," cibir pria tersebut dengan lirih.

"Gue cabut," ujar pria bermasker tersebut dengan tiba-tiba. Kemudian pria itu beranjak dari duduknya dan hendak pergi. Namun, saat mendengar ocehan temannya yang tidak jelas, membuat pria bermasker tersebut terpaksa kembali berbalik.

"Eh, Bang Rav? Mau kemane? Gue jangan! Jangan gue!" racau pria itu tidak jelas.

"Ada sampah berkeliaran, mau gue buang," jawab pria tersebut dengan suara intimidasi miliknya.

"Ikut jangan! Ayo, ikut jangan bantuin lo gue,"balas pria mabuk itu sambil berdiri dengan sempoyongan.

"Yaak, boleh pasti--"

"GALVA!" sentak pria tersebut dengan tajam. Seketika pria yang diketahui bernama Galva itu langsung berdiri tegak dengan mata melotot.

"SIAP!" jawabnya dengan gaya hormat.

Dengan malas pria bermasker tersebut membawa Galva menuju mobil miliknya yang terparkir. Pria itu berniat mengantarkannya ke rumah. Jika dibiarkan ditinggal, dapat dipastikan pria itu akan tidur di jalanan sampai pagi. Selalu seperti itu.

Setelah menempuh waktu kurang lebih 17 menit, mereka akhirnya sampai di depan salah satu rumah bernuansa Eropa. Pria itu langsung mengeluarkan Galva dari dalam mobilnya. Setelah itu ia letakkan begitu saja di depan gerbang rumah tersebut. Diketahui rumah itu adalah rumah milik pria yang bernama Galva.

Pria bermasker tersebut langsung melajukan mobilnya tanpa membantu Galva untuk masuk ke dalam rumah.

Diantar sampai depan rumah saja, Galva harus banyak-banyak bersyukur.

...

"Mau ikut dengan saya?"

Seorang gadis kecil sedang berjalan di bahu jalan dengan wajah dipenuhi memar. Ia mendongak untuk melihat siapa yang mengajaknya berbicara.

"Kakak siapa?" tanyanya dengan polos. Tangannya mulai bergetar karena takut. Orang yang memakai masker hitam itu hanya menatap datar ke arah anak kecil tersebut.

Karena tidak mendapat jawaban, anak kecil itu hendak pergi. Namun, orang yang mengajaknya berbicara sudah lebih dulu menarik kerah baju belakangnya.

"Jawab pertanyaan saya."

Gadis kecil itu bingung, lantas bertanya, "Pertanyaan apa?" Di dalam benak gadis kecil itu mengira bahwa laki-laki itu ingin menculiknya.

"Hidupmu bahagia?"

Dengan takut-takut anak perempuan itu mengangguk dengan ragu-ragu.

Laki-laki itu melengos. Ia tidak suka dibohongi. "Katakan dengan jujur!" tegasnya.

"Iya, aku bahagia. Aku sangat bahagia, Kak," jawabnya cepat.

Lagi-lagi laki-laki itu mendengus kasar. "Bulshitt! Malam-malam begini kenapa berkeliaran di jalanan? Katakan di mana rumahmu?"

"Kakak mau apa? Di rumahku ada anjing galak!" jawab gadis kecil itu panik.

Laki-laki itu tersenyum miring dibalik masker hitamnya. Ia tau siapa yang dimaksud anjing galak oleh gadis kecil di depannya. Bahkan lebih dari tau. Ia hanya mencoba, apakah gadis itu akan mengeluh atau tidak. Nyatanya gadis itu justrumenutupi semuanya.

"Baiklah. Sekarang pulanglah!"

Dengan tersenyum gadis itu mengangguk. "Terimakasih, Kakak!"

Setelah gadis kecil itu pergi, laki-laki itu membuka masker hitamnya dan menampilkan wajahnya yang sangat tampan. Namun, sangat jarang ia perlihatkan kepada orang-orang. Hanya kepada keluarga, sahabat dan targetnya, lah, ia mau menunjukkannya.

"Let's play with me," gumamnya menyeringai. Laki-laki itu kembali memakai maskernya.

Langkahnya kembali menuju mobil yang ia tinggalkan sedikit jauh dari posisinya saat menemui gadis kecil tadi.

Mobilnya mulai melaju dengan kecepatan sedang. Tujuannya sekarang adalah tempat bersenang-senang di mana para manusia menabung dosa.

Setelah beberapa menit, akhirnya laki-laki itu sampai di tempat tujuannya yaitu Aerglo Club. Salah satu club terkenal yang terdapat di kota tempat yang ia tinggali sekarang.

Bukan tanpa alasan laki-laki itu menginjakkan kakinya ke tempat itu. Tentu saja ada misi yang ia tuju di sana. Yang jelas ia ingin menyenangkan dirinya sendiri.

Nama laki-laki itu adalah AGRAVEN KASALVORI. Ingat baik-baik nama itu. Kerap dipanggil Raven oleh orang-orang terdekatnya. Nama Raven seakan-akan telah mendeskripsikan bagaimanaseorang Raven. Hitam bagaikan gagak.

Langkah dari kaki jenjangnya mulai memasuki kawasan yang penuh dengan hiruk-pikuk musik dan orang-orang di dalamnya. Tatapan tajam miliknya menelusuri seluruh area dance floor yang dipenuhi oleh orang yang sedang meliuk-liukkan tubuhnya. Bahkan setiap sudut sudah dipenuhi oleh manusia yang sedang sedang bercumbu. Cih, ingin rasanya laki-laki itu muntah melihatnya. Sangat menjijikan.

Setelah menemukan target yang sudah direncanakan untuk memuaskannya malam ini, Agraven tersenyum menyeringai dibalik masker hitamnya.

Langkah kakinya perlahan mendekati si target. Masker yang semula masih terpasang, segera ia lepas. Hanya melihat wajahnya, si target akan dengan mudah jatuh ke dalam perangkapnya. Seperti biasa yang telah lalu.

"Ekhem!" Agraven berdeham untuk menghentikan aktivitas panas di depannya.

Kedua orang yang semulanya bercumbu panas, langsung berhenti karena ada yang berani mengganggu mereka.

"Siapa, lo? Pergi, jangan ganggu!" usir si laki-laki berambut gondrong, sedangkan perempuan di depannya terdiam. Lebih tepatnya terpana melihat ketampanan laki-laki asing yang berani mengganggu kesenangannya. Siapa lagi laki-laki itu kalau bukan Agraven Kasalvori.

"Anda yang siapa? Beraninya bermain dengan milik saya," jawab Agraven menekankan kata milik dan mengaku-ngaku bahwa perempuan didepannya adalah miliknya. Kita lihat saja, respon dari perempuan itu.

"Benar ini pacar, lo?" tanya laki-laki berambut gondrong kepada perempuan itu.

"Iya! Dia pacar gue!" jawab perempuan itu dengan cepat. Tepat dengan dugaan Agraven. Karena ini bukan untuk pertama kalinya. Dengan hanya melihat ketampanannya, bitch itu sudah masuk ke dalam perangkapnya. Dasar bitch bodoh, pikir Agraven.

"Nih, ambil! Gue udah nggak butuh!" ketus laki-laki gondrong itu, lalu berlalu pergi meninggalkan Agraven dengan perempuan yang diketahui bernama Eira.

Setelah laki-laki itu pergi, Eira langsung menggandeng lengan Agraven dengan agresif.

"Tangan menjijikkan, segera ucapkan selamat tinggal kepada pemilik bodohmu itu!" batin Agraven mendesis.

"Nama kamu siapa? Kamu tergoda sama aku, ya? Makanya kamu ngaku-ngaku sebagai milikku?" tanya Eira dengan nada dibuat sensual. Menjijikan.

Dasar bodoh!

"Mau bermain dengan saya?" tanya Agraven langsung. Sudah pasti pemikiran wanita itu menuju ke perbuatan setan yang menurutnya adalah surga dunia.

"Tentu saja. Hanya untukmu sayang. Pakai saja tubuhku sepuasnya," jawabnya menggoda.

"Ikut saya." Agraven menarik tangan Eira dengan lembut. Dengan senang hati Eira mengangguk.

"Kita mau ke mana? Kamu mau bawa aku ke hotel yang---"

"Hm," potong Agraven cepat. Sangat malas mendengar suara yang mendayu-dayu itu.

Eira tersenyum. "Aku pastikan nanti kamu akan memanggil-manggil namaku dengan desa--"

"Iya." Lagi-lagi Agraven memotong. Telinganya panas mendengar kata-kata menjijikkan yang keluar dari mulut Eira.

Tidak beberapa lama mereka sampai di depan sebuah rumah yang tidak bisa dikatakan hanya besar saja, tetapi juga mewah.

"Wow! Ini rumah kamu?" tanya Eira takjub.

"Hm, dan akan menjadi rumah 'terakhir' untuk kau nantinya," jawab Agraven dengan santai, tetapi penuh dengan makna.

Eira yang mendengar itu terbawa perasaan. Ia sudah kepalang senang. Apa ia akan menjadi Nyonya di rumah besar di hadapannya sekarang?

"Ini nggak mimpi? kalau ini mimpi jangan bangunin gue!" teriak Eira dari dalam hati. Jika saja ia tau, maka ia akan berharap ini semua adalah mimpi buruk dan memohon agar segera dibangunkan

"Ayo!" Agraven menghancurkan lamunan Eira. Dengan antusias Eira mengangguk dan mengikuti langkah Agraven.

Lagi-lagi Eira terpana melihat dekorasi di dalam rumah, err lebih tepatnya mansion tersebut. Belum selesai rasa kagumnya ia tersentak saat Agraven menarik tangannya ke sebuah ruangan. Ia pikir itu adalah sebuah kamar. Namun, kenyataannya ruangan itu lebih dari sebuah kamar. Di dalamnya sangat luas. Terdapat ranjang, lemari-lemari dan terdapat tiga pintu lagi di dalam ruangan itu. Entah itu ruangan apa.

Agraven mendorong Eira sehingga perempuan itu jatuh terlentang di atas kasur king size miliknya.

"Kamu sudah tidak sabar rupanya," ujar Eira tersenyum menggoda. Dengan gerakan sensual ia melepas dress mini yang sedang ia pakai dan hanya meninggalkan kain tipis yang menutupi tubuhnya.

"Jangan terburu-buru bitch," ujar Agraven lalu menindih tubuh Eira. Nanti kau akan menyesal lanjut Agraven dalam hati.

Eira tidak mempermasalahkan panggilan bitch untuk dirinya. Memang itu kenyataannya, 'kan?

Eira tersenyum. Tangannya mulai bergerilya di dada Agraven. "Kamu begitu tampan," ungkap Eira mengagumi paras Agraven. Tangannya perlahan membuka kancing atas kemeja yang Agraven kenakan.

"Apa kamu mau mengikat tanganku?"

"Tidak. Saya lebih menyukai mainan saya bebas agar lebih leluasa," jawab Agraven menyeringai. Tentu saja ada maksud lain.

Eira perlahan mencium tulang selangka Agraven.Laki-laki itu mendesis. "Bitch sialan. Setelah ini berteriaklah dengan nikmat!" batin Agraven dengan smirk di bibirnya.

"Now get the fuck off me," pinta Agraven dengan berbisik.

"Tidak akan! Bahkan kamu belum menikmati tubuhku yang indah ini, dan aku juga belum melihat milikmu, jadi aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Aku sudah berada di rumahmu, jadi nikmatilah," jawab Eira cepat. Ia tidak akan melepaskan Agraven begitu saja.

Tanpa Eira tau, ia sudah menolak tawaran untuk tetap hidup.

"Oke, penawaran bagus dari saya, sudah kau tolak, sayang. Jadi nikmatilah permainannya," balas Agraven dengan smirk-nya.

Pipi Eira merona saat dipanggil sayang oleh Agraven. Tangannya semakin gencar menyentuh tubuh Agraven, tetapi laki-laki itu tetap diam dengan wajah datarnya.

"Apa kau sudah menikah?" tanya Agraven. Bertanya sesuatu yang telah ia ketahui.

"B-belum--"

"Tidak usah berbohong. Saya tau," potong Agraven.

"Tapi suami aku udah mati. Kamu tenang--"

"Kau penyebab kematiannya?"

"Enggak! Dia mati karena keracunan makanan, bukan aku--"

"Kau yang meracuninya, bukan?" Eira menegang. Melihat itu Agraven terkekeh. "Tenang, saya tidak peduli tentang hal itu. Pertanyaan kedua, apa kau mempunyai anak?"

"Enggak--"

"Lalu siapa gadis kecil yang setiap malam kau pukuli, lalu kau suruh mengemis malam-malam, hm?" Eira menjadi gugup. Bagaimana mungkin laki-laki tampan di atasnya ini tau tentang kehidupannya?

"Kau tenang saja. Saya tidak peduli itu, cukup nikmati setiap permainan dari saya. Mengerti?" kata Agraven. Eira kembali tersenyum dan mengangguk. Ia kira akan gagal untuk menikmati tubuh Agraven.

"Teriak sekeras-keras yang kau bisa, di rumah ini hanya ada kita dan ruangan ini kedap suara, jadi tidak ada satupun yang dapat mendengarnya. kalau seandainya sakit, silahkan teriak nama iblis ini. Namanya Raven," bisik Agraven.

Diam-diam dia sudah memegang benda kesayangannya. Benda yang menemani kemanapun ia pergi. Benda yang menjadi sahabatnya. Pisau lipat yang terdapat ukiran burung gagak di bagian pangkalnya. Benda berharga bagi Agraven Kasalvori.

Jleb

"Aaaaakkhhh! Apa yang kau lakukan? ini sakit!" teriak Eira kesakitan. Sesuatu yang tajam menembus kulit bagian pinggang di sebelah kirinya.

"Main-main, bitch!" jawab Agraven terkekeh sinis.

Eira memegang pinggang kirinya. Darah? pikirnya.

Belum sempat ia bangun, Agraven lebih dulu mendorong mainannya dengan kasar ke lantai. Membaca gerakan target sudah hafal diluar kepala oleh Agraven. Ia mendekati Eira yang tersungkur di lantai. Laki-laki itu berjongkok di depan targetnya.

Plak

Plak

plak

Bugh

"Shhh, sakit."

Agraven menampar kiri-kanan pipi Eira. Bahkan tanpa rasa kasian ia menendang perempuan itu.

"Gimana, hm?" Agraven terkekeh sinis. Dagu Eira ia tarik dengan kasar.

"Ini belum seberapa bitch!!" desis Agraven. Tangannya menyentak kasar tangan Eira.

Krek

Suara tulang patah memasuki indra pendengaran Agraven. Ia tersenyum senang. "Tangan ini sudah lancang menyentuh tubuh Agraven Kasalvori."

Entah dari mana Agraven mendapatkan palu besar di tangannya. Dengan santai ia memukul kepala Eira dengan palu itu. Darah mulai bercucuran dari kepala perempuan itu.

Bughh

"AAAKKKKΚΗΗΗΗ SAKIT!! TOLONG!"

Jeritan kesakitan Eira memenuhi isi kamar.

"Berteriaklah! Sebut nama saya. Bukankah tadi saya sudah mengatakannya, hm? Di rumah ini hanya ada kita berdua. Sangat romantis, bukan?" kata Agraven lalu tertawa.

"Kepala dan otak mending hancur dari pada tidak kau pakai," lanjutnya sinis.

Setelah puas memukul kepala Eira yang hampir pecah, Agraven pindah ke leher Eira

Srrkk

"Arrghh! Hiks sakit! Tolong lepas--akkkhhh, aku mohon--" Agraven tersenyum senang mendengar teriakkan memohon dari targetnya malam ini. Pisau kesayangan yang ia beri nama Blaze itu menancap sempurna di leher Eira.

"Sshhh, apa tujuan kamu hiks, apa s-salahku-"

"Ini yang dirasakan gadis kecil itu setiap malamnya. Setiap kau siksa. Rasanya sakit."

"Aku--"

"DIAM! Jangan bicara lagi! Kau cukup teriak menikmati rasa itu!" sentak Agraven.

Agraven tidak berhenti mengukir karyanya di setiap inci tubuh Eira, dari perut, paha, lengan, pipi dan bagian lainnya. Pisau lipat kesayangannya terus saja ia goreskan membentuk pola abstrak.

Agraven memposisikan pisau lipat kesayangan di atas kenala Eira. Dengan sadis ia mengulitikepala Eira. Bahkan tulang tengkorak perempuan itu sampai kelihatan dan kepalanya sudah tidak berbentuk. Deru napas Eira mulai melemah. Darahnya sudah banyak keluar di setiap inci tubuhnya.

"Jangan mati dulu. Saya belum puas, Bitch!" umpat Agraven.

Dengan santai Agraven memotong tangan dan jari-jari lentik milik Eira. Tangan yang ringan saat memukul anaknya, tangan yang pernah meracuni suaminya sendiri, dan jari-jari yang sudah lancang menyentuh dirinya,.

"Ckk, bitch lemah!"

"Mainan malam ini kurang menggairahkan," keluhnya.

Drrrrt drttt

"Setan mana yang berani mengganggu Agraven Kasalvori!" desis Agraven karena ponselnya yang berbunyi.

"Bitch!! ckk, mati," decak Agraven.

Dengan santai Agraven menyeret jasad Eira ke salah satu pintu. Jika pintu itu terbuka, pemandangan hijau langsung menyapa indra penglihatan jika di siang hari. Siapapun akan kagum melihat pemandangan itu, tidak tau saja bahwa di sana ada hewan yang mampu mengantarkannya ke surga ataupun ke neraka.

Agraven meletakkan jasad Eira di tengah-tengah padang rumput hijau. Laki-laki itu memanggil peliharaan kesayangannya. Tidak lama seekormacan yang sangat besar datang mendekatinya.

"Hei, Elder!" sapa Agraven sambil mengelus hewan buas di depannya. Sesuai namanya, Elder yaitu antusias. Hewan itu sangat berantusias jika Agraven datang membawa makanan untuknya.

"Silahkan menikmati makan malam Anda, Tuan Elder Kasalvori!" ujarnya terkekeh.

Setelah melihat Elder yang sudah memangsa jasad Eira, Agraven kembali ke dalam rumahnya.

Saat kembali ke ruangannya, ponselnya masih berbunyi.

"Setan," desisnya. Tak urung ia tetap menjawab panggilan itu.

"AGRAVEN KASALVORI!!!"

Tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!