Ditindas dan dibully, itu tak berlaku untuk Cinderella satu ini. Namanya Lisa. Tinggal bersama ibu dan saudara tirinya, tak membuat Lisa menjadi lemah dan penakut. Berbanding terbalik dengan kisah hidup Cinderella di masa lalu, dia menjelma menjadi gadis bar-bar dan tak pernah takut melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh keluarga tirinya.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anim_Goh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balas Menyerang
Plaakkk
Kepala Lisa tertoleh ke samping setelah mendapat tamparan dari ibu tirinya. Alih-alih menangis atau merintih kesakitan, dia malah mengatur napas kemudian berbalik menatap galak pada wanita jahat di hadapannya.
"Apa tidak bisa ditunda untuk besok saja sikap kasarmu itu? Aku baru saja pulang dari menjadi pelayan. Tubuhku sangat lelah."
"Hei, kau pikir kau siapa berani mengatur keinginanku. Dasar anak tak berguna!" bentak Arina penuh amarah. Setelah beberapa hari menghilang, akhirnya gadis bengal ini kembali pulang ke rumah. Tanpa pikir panjang dia langsung memberinya hukuman sebagai efek jera karena berani pergi tanpa ijin.
"Anak tak berguna?" Lisa menyeringai. Sembari mengusap sudut bibirnya yang berdarah, dia melangkah maju mendekati ibu tirinya. "Siapa yang kau sebut sebagai anakmu, hah? Aku? Cih, kapan aku pernah hidup di dalam rahimmu? Jangan mengaku-ngaku ya."
"Kau!"
Ucapan Arina terhenti. Sanggahan Lisa cukup membuatnya tak berkutik. Dia sempat kehilangan kata-kata sebelum akhirnya teringat dengan perbuatan gadis ini.
"Kau ... siapa yang mengajarimu kabur tanpa ijin? Apa jangan-jangan kau menginap di rumah pria hidung belang selama dalam pelarian?" cecar Arina tak ragu menuduh Lisa berbuat hal buruk di luar rumah. Lagipula memang apa yang bisa dilakukan oleh gadis ini tanpa uang dan identitas. Tidak ada selain menjadi pemuas n*fsu para lelaki di luaran sana.
"Ya. Aku tinggal di rumah seorang lelaki hidung belang yang tampan dan kaya raya. Kenapa memangnya? Masalah untukmu?" sahut Lisa dengan lantang mengiyakan tuduhan sang ibu tiri. Toh itu memang fakta. Bedanya lelaki hidung belang yang dia maksud mempunyai kualitas nomor satu. Bahkan pacar Hanum pun kalah.
(Dasar nenek sihir. Andai kau tahu siapa lelaki hidung belang yang ku maksud, aku yakin hidungmu akan langsung mimisan karena iri)
"Yakkk!! Arina berteriak. Dia mulai frustasi dengan keberanian Lisa menjawab pertanyaannya. Geram, tangannya kembali terayun hendak memberikan tamparan. Arina merasa tak dihargai oleh gadis ini.
"Coba saja tangan kotormu itu berani menyentuh kulit wajahku lagi. Aku bersumpah hanya operasi plastik yang bisa membuatmu terlihat sama seperti sekarang. Lakukanlah!"
Lisa tak gentar sedikit pun menghadapi sikap brutal ibu tirinya. Ya kali dia mengalah. Tidak ada cerita seorang cinderella modern kalah oleh cerucut busuk yang sukanya menjadi parasit di rumah orang.
"Sialan! Berani sekali kau mengancamku!"
"Kenapa tidak berani? Kita sama-sama manusia pemakan nasi. Kita bahkan mengeluarkan kotoran yang sama juga. Apa bedanya sehingga aku harus takut padamu?"
Hanum yang mendengar ribut-ribut di teras depan, menjadi penasaran kemudian keluar dari kamar. Dan begitu melihat siapa pelakunya, kedua matanya langsung membelalak lebar. Tak terima melihat Lisa terus melawan ibunya, dengan serta merta dia mendekat kemudian menjambak rambutnya.
"Awhhhhhhh!" pekik Lisa kesakitan. Dia tak tahu Hanum datang jadi tak sempat mengelak.
"Gadis sundal, apa yang kau lakukan pada ibuku hah? Beraninya menyerang orang tua. Lawan aku. Dasar tak tahu diri!" sentak Hanum sambil terus menarik rambut Lisa.
"Selalu saja mainnya keroyokan. Cihh!" sahut Lisa sambil mencari akal untuk melepaskan diri.
Belum sempat Lisa menyelamatkan diri dari serangan Hanum, dia kembali mendapat serangan dari ibu tirinya. Kalah jumlah dan juga kalah kekuatan, dia pasrah saat tubuhnya dihujani pukulan oleh kedua wanita jahat tersebut. Lisa melindungi diri semampunya saja.
Brukkk
Dengan kejam Hanum dan ibunya mendorong tubuh Lisa hingga jatuh terjungkal ke belakang. Setelah itu mereka berdua mengibaskan tangan sambil tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha, rasakan itu! Makanya jangan sok kuat ingin melawan kami. Tahu rasakan kau sekarang!" ejek Hanum sambil menatap sinis pada Lisa yang sedang berusaha bangun. Siku gadis itu sepertinya terluka karena goresan pasir. Jantungnya berdetak, tapi berusaha dia tahan rasa tak tega yang tiba-tiba muncul di hati.
(Tidak, Hanum. Kau tidak boleh lemah. Lisa adalah musuhmu. Kau tidak seharusnya merasa kasihan padanya. Sadar)
"Tertawalah sepuas kalian. Suatu saat nanti, pasti akan tiba hari di mana akulah yang menertawakan kesialan kalian," ucap Lisa dengan suara tercekat. Tubuhnya kurus dan baru sembuh dari sakit. Wajar jika kalah saat diserang oleh dua orang dengan tenaga yang cukup besar.
"Makan saja khayalanmu itu, Lis. Karena sampai kapan pun juga kau tidak akan pernah bisa membalas apa yang telah kami perbuat terhadapmu," sahut Arina dengan angkuh. Masih belum puas, dia menendang perut Lisa hingga membuatnya kembali terjatuh. "Bagaimana? Sudah sadar belum kalau kau itu tidak mungkin memiliki kesempatan untuk menertawakan kami?"
Tangan kurus Lisa tampak terkepal setelah ibu tirinya menendang bagian perut. Kesal, menggunakan sisa kekuatan terakhir dia mencoba bangun kemudian menubruk tubuh ibu tirinya hingga mereka sama-sama terjungkal ke belakang. Tak berhenti sampai di sana, Lisa dengan gilanya naik ke atas perut kemudian mulai memukul asal wajah nenek sihir yang selalu menyakitinya.
"Rasakan! Walau pun tubuhku kecil, aku tidak akan membiarkan kalian bisa seenaknya menindasku. Kalian pecundang. Beraninya mengeroyok gadis enam belas tahun yang sering kelaparan. Rasakan ini! Rasakan!" teriak Lisa seperti orang gila.
"Akhhhh! Ha-Hanum, tolong Ibu!" Arina berteriak sambil berusaha melindungi wajah dari serangan Lisa yang sangat brutal. Jujur, dia sedikit kaget melihat tenaga gadis ini. Arina tak menyangka kalau Lisa akan melakukan serangan balik seperti sekarang.
"B-baik, Bu," sahut Hanum gagap. Tindakan Lisa diluar dugaan. Dia sampai blank ketika menyaksikan Lisa menubruk ibunya kemudian memukulinya dengan brutal.
Tiga orang wanita yang tinggal dalam satu atap, kini terlibat perkelahian tak imbang di mana Lisa terus memukuli wajah ibu tirinya, sedangkan di belakang ada Hanum yang berusaha membuatnya turun dari atas perut sambil menjambak rambut. Pemandangan ini cukup miris. Sayang sekali tak ada yang melerai. Andai ada yang melihat, mereka pasti akan iba pada nasib Lisa yang begitu kasihan.
"Brengsek! Mati saja kau sialan!" maki Arina setelah berhasil lepas dari Lisa. Segera dia berlari ke arah pintu untuk menyelamatkan diri. Tampak ada banyak sekali bekas cakaran di wajah, juga sudut bibir yang terluka.
"Bu, cepat masuk ke kamar dan kunci pintunya. Gadis ini terlalu liar untuk dibiarkan masuk ke dalam. Cepat!" teriak Hanum sambil memegangi Lisa yang kesetanan ingin kembali menyerang ibunya. Napas mereka sama-sama ngos-ngosan, tapi Lisa lebih parah.
"Lalu kau bagaimana?"
"Itu masalah gampang. Yang penting Ibu selamat dulu."
"Baiklah."
Melihat ibu tirinya melarikan diri, Lisa kembali berontak yang mana membuat Hanum kewalahan. Tak dinyana, tepat ketika pegangan di tubuhnya terlepas, tiba-tiba pandangan Lisa menjadi buram karena kepalanya ditimpuk benda keras dari arah belakang. Lisa terdiam. Pandangannya mengabur.
"Maafkan aku, Lis. Aku terpaksa memukul kepalamu dengan balok karena kau terlalu membahayakan ibuku. Pintu tidak akan ku kunci. Kau istirahat saja di kamarmu," ucap Hanum sesaat sebelum berlari masuk ke dalam rumah. Suaranya bergetar.
Lisa terheran-heran. Dia kemudian mencubit pipinya dengan kuat untuk menyadarkan diri apakah sedang bermimpi atau tidak. "Awhh sakit. Astaga, jadi ini nyata ya? Hanum meminta maaf? Kok bisa? Apa dia sedang kerasukan jin baik sehingga sikapnya jadi berbeda? Mengerikan sekali."
Menunggu sampai pandangannya kembali normal, barulah dengan langkah tertatih Lisa masuk ke dalam rumah. Untung saja kepalanya tidak berdarah, jadi dia tak pingsan. Rasa lelah yang begitu mendera, membuat Lisa langsung terlelap begitu menyentuh tikar yang enam tahun ini selalu menemani malamnya. Dia tak mempedulikan luka-luka yang yang mulai membiru.
***
Apa kau adalah saudara tirinya Lionel?
lisa adalah definisi pasrah yang sebenernya. udah gk takut mati lagi gara2 idup sengsara