Hanya karena logam mulia dan wasiat yang di punya oleh kakek masing-masing membuat Nathan dan Tiffani berakhir di jodohkan. Tiffani tak menyangka bahwa dia harus menikah dengan laki-laki terpandang yang terkenal dari keluarga sendok emas. Sedangkan Nathan hanya bisa pasrah dengan masa depannya setelah dia mendapatkan garis keturunan sebagai calon penerus perusahaan Kakeknya, salah satunya dengan menikahi gadis yang tak pernah dia duga sebelumnya. Bahkan perjodohan ini membuat Nathan harus menyerah untuk menikahi sang pujaan hatinya yaitu Elea.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
Pagi-pagi sekali ponsel Nathan yang berada di nakas sudah bergetar. Dengan setengah kesadaran Nathan mencoba membuka mata dan melihat siapa kiranya yang menelponnya.
'Mama'
Tertulis nama ibunya disana, Nathan langsung terduduk dan menggeser ikon hijau di ponselnya.
"Ada apa ma?"
"Kapan kamu pulang?"
"Nanti malam Ma pesawatnya."
"Besok ada klien penting yang mengharuskan kamu ikut."
"Iya Ma."
"Cepat pulang, jangan terlalu lama di Jepang."
Panggilan terputus. Nathan memijit pelipisnya bangun tidur dia sudah mendapatkan omelan dari Ibunya. Ditambah lagi beban perusahaan yang sebentar lagi akan dia pikul.
Nathan menoleh melihat Elea yang masih tidur nyenyak. Dia melihat jam yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi waktu Jepang, Nathan bangkit dari kasur dan langsung mandi. Memakai kaos oblong dan celana pendek tidak lupa dengan topi Nathan memilih jalan-jalan sekalian olahraga keluar.
...****************...
Elea yang terbangun karena suara dari Nathan yang masuk ke dalam kamar. Perempuan itu membuka matanya lebar saat melihat Nathan sudah rapi tidak seperti bangun tidur.
"Dari mana kamu?" tanya Elea yang melihat Nathan memakai kaos oblong dan topi.
"Habis jalan keluar." jawab Nathan lalu menaruh bawaanya di atas meja.
"Kamu ngapain beli makanan sebanyak itu?" tanya Elea saat melihat Nathan membawa tiga kantong plastik berisi makanan ringan.
"Ini tadi lewat mini market, terus kepikiran buat beli makanan, oleh-oleh di rumah."
Elea berpikir ke hal yang lain. "Apa kamu membelikan itu semua untuk perempuan itu?" tanya Elea ketus.
"Ini semua buat orang yang ada di rumah." jawab Nathan melakukan pembelaan.
Mendengar penjelasan Nathan, Elea memutar bola mata malas seolah tak percaya jika makanan ringan yang Nathan beli hanya untuk keluarganya. Dalam pikiran Elea pasti perempuan yang berstatus sebagai istri dari Nathan juga ikut merasakan apa yang kekasihnya beli.
"Kita jalan-jalan apa kamu packing barang-barang kamu dulu?" tanya Elea yang masih tidur di kasur, sementara Nathan duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Jam berapa memang pesawatnya?" tanya Nathan karena memang tiket kepulangannya pun juga diurus oleh Elea.
"Jam sebelas malam, dua jam sebelumnya kita harus berangkat."
"Memangnya kamu hari ini mau mengajakku kemana?"
"Jalan-jalan aja sih, sambil shopping."
"Kalau gitu packing nanti aja, buruan mandi kita sarapan ke bawah."
"Oke."
Elea langsung turun dari ranjang menuju ke kamar mandi sesuai perintah dari kekasihnya. Sementara Nathan sendiri sudah rapi akibat pergi jalan-jalan tadi pagi.
Beberapa jam kemudian Elea sudah berdandan rapi. Mereka berdua pun turun kebawah untuk sarapan. Saat keluar dari kamar tangan Elea dengan sigap menggandeng Nathan.
Nathan dan Elea mengambil makanan yang tersedia, selanjutnya pergi duduk. Nathan melayangkan pandangannya ke arah sekitar.
“Kamu kenapa?” tanya Elea, melihat Nathan yang terlihat mengabsen sekitar.
“Nggak, masih takut saja ada orang yang mengenali kita.”
“Tenang saja kita aman disini.” Elea menenangkan.
...****************...
Keberanian yang besar dibutuhkan hari ini oleh Tiffani pasalnya dia akan mulai masuk kuliah seperti biasanya.
Namun, berbeda dengan kehidupan sebelum menikah yang harus repot-repot terlebih dahulu untuk mencari transportasi umum, tapi kali ini setelah menikah Tiffani bisa santai-santai karena diantarkan oleh sopir.
Setelah berpakaian rapi, Tiffani turun ke bawah untuk ikut makan pagi bersama keluarga Yudistira. Semua anggota keluarga sudah bergabung duduk di meja makan.
“Hari ini mulai masuk kuliah ya?” tanya Nenek.
“Iya Nek hari ini Tiffani sudah mulai masuk kuliah.”
“Diantar sopir kan?” tanya Nenek kembali memastikan.
“Apa perlu aku antar?” tawaran yang dilayangkan Rey tiba-tiba membuat anggota keluarga yang di meja makan menatap ke arah laki-laki tersebut.
“Tidak perlu, aku berangkat dengan sopir saja.” jawab Tiffani.
Mendengar jawaban Tiffani, para anggota keluarga seperti mendapatkan angin sejuk. Memang anggota keluarga yang lain tidak melarang kedekatan Rey dan Tiffani namun apa kata masyarakat, keluarga Yudistira hanya tidak ingin adanya pemberitaan negatif mengenai anggota keluarga mereka.
“Nanti malam, katanya Nathan pulang.” jelas Mila di sela-sela makan.
“Besok ada klien penting kan?” Nenek bertanya memastikan.
“Betul bu, Nathan juga harus ikut untuk mendampingi Papanya.”
Fatma mengangguk paham. “Lusa kita juga ada acara penting, Tif lusa tolong dampingi Nathan.”
Tiffani yang menunduk sibuk makan menjadi melihat ke arah Nenek. “Baik Nek.”
Tidak mungkin Tiffani menolak mentah-mentah apa yang sudah menjadi tugasnya. Apalagi baginya ini semua hanya tipuan, pernikahannya pun juga hanya sekedar janji diatas kertas. Setelah menikah Tiffani seolah mengambil peran seperti di film-film untuk kelangsungan hidup Keluarga Yudistira.
...****************...
Tiffani: kalian ada dimana?
Sandra: gedung yang buat kuliah hari ini tif
Talitha: kamu sudah sampai?
Tiffani: ini mau sampai
Sandra: langsung saja ke gedung tempat kuliah kita hari ini tif
Mobil yang ditumpangi Tiffani sudah mulai masuk area kampus. Di dalam mobil, Tiffani dapat melihat banyak pasang mata yang melihat ke arah kendaran yang dia tumpangi.
“Pak berhenti di gedung itu.” tunjuk Tiffani.
“Iya mbak.”
Mobil pun berhenti. Tiffani mengambil napas lantas keluar dari mobil dengan nyali sedikit ciut. Pasang mata melihat ke arahnya saat dia keluar dari mobil, dia tengah menjadi sorotan apalagi banyak juga dari mereka yang berbisik satu sama lain.
Sandra dan Talitha langsung kompak menghampiri Tiffani, seolah mereka memberikan dukungan kepada sahabatnya agar tidak merasa terintimidasi kehadiran kedua sahabatnya membuat Tiffani tersenyum dan sedikit lega.
...****************...
Elea dan Nathan sudah tiba di bandar udara internasional Tokyo. Mereka berdua masih menunggu keberangkatan karena pesawat delay satu jam, alhasil Nathan baru bisa terbang pukul dua belas malam.
Kini keduanya duduk di bangku, Elea menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Nathan. Hati perempuan tersebut terasa sendu pasalnya kekasih hati yang sudah tiga hari ini selalu bersamanya harus kembali pulang.
“Bisa nggak sih kamu nemenin aku saja disini?” tanya Elea sendu.
“Nggak bisa dong, andai bisa aku akan disini nemenin kamu.” jawaban dari Nathan terdengar menenangkan.
Sudah hampir pukul dua belas, penerbangan pesawat milik Nathan sudah mulai terdengar. Maka dari itu Nathan bersiap-siap.
Sebelum akhirnya Nathan benar-benar pergi Elea memeluk Nathan lama.
“Nanti kalau aku pulang dari sini kita harus bertemu lebih lama lagi.”
“Kamu disini jaga kesehatan, jangan sampai terlalu capek.” Nathan memperingatkan.
“Kamu juga, walaupun kekasihku ini akan menjadi sangat hebat harus tetap jaga kesehatan. Satu lagi ingat hanya aku perempuan yang mencintai kamu, dan statusmu yang menikah bukanlah apa-apa.” Elea berbicara tulus seolah tidak ingin kehilangan Nathan.
Mendengar hal tersebut Nathan menjadi tersipu, seolah mereka baru berpacaran beberapa hari. “Aku harus berangkat.”
“Nanti kalau sudah sampai, jangan lupa kabari aku.”
“Iya, kalau begitu sampai bertemu lagi.”
Nathan membalas pelukan Elea lantas mengecup puncak kepalanya.
Setelah itu Nathan benar-benar pergi meninggalkan Elea, laki-laki tersebut melambai sebagai tanda perpisahan. Air mata Elea mulai menetes, tiga hari yang cukup membahagiakan sampai-sampai dirinya tidak ingin berpisah dengan Nathan.